Ayatullah Al Uzhma Nuri Hamadani:
Khutbah Sayyidah Fatimah Mengandung mesej Revolusi Islam
|
Menurut Agensi Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Husain Nuri Hamadani, Rabu (11/4) dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat dan muballigh menyatakan, "Hari-hari syahadah Sayyidah Fatimah As memberi mesej yang sangat banyak dan kita mesti menaruh perhatian atas pesan-pesan itu terutama apa yang telah beliau As sampaikan dalam khutbah beliau. Khutbah beliau mengandung pesanan yang sangat berharga khususnya dalam menjalani kehidupan."
Beliau menambahkan, "Tidak ada persoalan yang lebih penting dari kehidupan ini selain terwujudnya keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan sosial yang diatur oleh sebuah sistem hukum bermasyarakat. Masalah akhlak dan adab sangat bergantung dengan sistem hukum apa yang tengah berlaku di masyarakat, sistem tersebutlah yang memberi pengaruh dan membentuk kehidupan masyarakat."
"Para Anbiya As seperti Nabi Musa As dan Nabi Isa As diutus untuk mengubah tatacara kehidupan masyarakat yang fasik dan rusak menjadi tatacara yang saleh dan berkeadilan." Lanjutnya.
"Demikian pula halnya dengan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw, beliau mengirim surat ke beberapa kerajaan. Beliau mengajak Parsi dan Rom untuk masuk dan memeluk Islam, kepada mereka Rasulullah berkata, "Tunduklah dengan aturan dan syariat Islam." tambahnya lagi.
Ayatullah Nuri Hamadani melanjutkan, "Sayyidul Syuhada Imam Husain As bangkit mencetuskan revolusinya untuk menggulingkan pemerintahan zalim Yazid, dan asyura setiap tahunnya senantiasa menghembuskan semangat baru kepada masyarakat untuk tidak tunduk pada pemerintahan yang zalim dan berusaha sekeras mungkin mengubahnya menjadi pemerintahan yang lebih baik dan lebih sesuai dengan tatacara aturan Islam."
Ulama marja taklid ini kemudian menyebutkan bahwa Sayyidah Fatimah binti Rasulullah lah syuhada pertama dalam Islam yang syahid dalam membela terbentuknya pemerintahan Islam. Beliau berkata, "Hadhrat Fatimah As bangkit membela wilayah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As sebab dalam pemerintahan Islam Ahlul Baitlah yang berhak untuk menjadi imamnya. Pemimpin yang lebih berhak adalah yang lebih fakih, takwa dan memiliki kesetiaan yang luar biasa terhadap perjuangan Islam, yang memiliki kemampuan kepemimpinan, jiwa berani, tabah dengan suasana dan pemikir atau ahli strategi yang kesemuanya itu terdapat dalam peribadi imam Ali As."
Ayatullah Nuri Hamadani menegaskan, "Islam tidak memberi izin sedikitpun kepada orang-orang zalim untuk menjadi penguasa atas masyarakat yang hanya akan memiskinkan masyarakat, bukan hanya dalam material namun juga dalam kebudayaan dan kehidupan spiritual."
Beliau lebih lanjut menegaskan pemerintahan zalim hanya akan menyengsarakan rakyat, "Lihat saja apa yang telah dipersembahkan oleh sejarah. Hukum silih berganti menindas rakyat ketika orang-orang zalim dan tidak paham agama diizinkan menduduki pemerintahan. Mereka hanya akan membawa Negara menjadi jauh terbelakang bukannya melangkah ke depan, dan menjebak kehidupan kaum muda untuk hal-hal yang tidak bermanfaat sehingga lupa memaksimalkan potensi kecerdasan mereka."
"Imam Khomeini sebagai seorang fakih, ahli politik dan pejuang telah tampil dalam panggung sejarah dengan menggulingkan rejim dinasti yang telah berumur 2.500 tahun. Namun perjuangan untuk meruntuhkan rezim zalim tersebut tidak sedikit, kita lihat saat ini nama para syahid yang telah mengorbankan darah dan jiwanya diabadikan menjadi nama-nama jalan dan bangunan-bangunan penting. Kesemuanya itu agar mereka para syuhada tetap memberi kita pelajaran akan pentingnya kebebasan dan kemerdekaan dan arti sebuah revolusi." Tambahnya lagi.
Ulama yang menjadi guru besar di Hauzah Ilmiyah Qom Iran tersebut kembali menegaskan betapa khutbah Sayyidah Fatimah banyak memberi pelajaran penting, "Khutbah tersebut mengandungi nilai pelajaran yang sangat tinggi dan berlaku sampai kiamat. Khutbah beliau menegaskan bahwa menyimpang sedikit saja dari wilayah Ahlul Bait adalah penyebab keterbelakangan."
"Hari ini, dengan kemenangan revolusi Islam Iran mengingatkan kembali dengan kebangkitan Hadhrat Zahra, yang semangat kebangkitan tersebut menjalar kebeberapa Negara-negara Islam lainnya seperti Tunisia, Bahrain, Yaman, dan Arab Saudi. Syarat dari keberhasilan sebuah revolusi adalah persatuan ummat yang dengan persatuan dan kebersamaan tersebut mampu meruntuhkan rejim apapun. Saat ini kita melihat tanda-tanda keruntuhan dinasti Ali Sabah, Ali Khalifah dan keluarga Ali Sa'ud dan rakyat tertindas akan meraih kemenanganya." Tegasnya menutup pembicaraan.
Beliau menambahkan, "Tidak ada persoalan yang lebih penting dari kehidupan ini selain terwujudnya keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan sosial yang diatur oleh sebuah sistem hukum bermasyarakat. Masalah akhlak dan adab sangat bergantung dengan sistem hukum apa yang tengah berlaku di masyarakat, sistem tersebutlah yang memberi pengaruh dan membentuk kehidupan masyarakat."
"Para Anbiya As seperti Nabi Musa As dan Nabi Isa As diutus untuk mengubah tatacara kehidupan masyarakat yang fasik dan rusak menjadi tatacara yang saleh dan berkeadilan." Lanjutnya.
"Demikian pula halnya dengan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw, beliau mengirim surat ke beberapa kerajaan. Beliau mengajak Parsi dan Rom untuk masuk dan memeluk Islam, kepada mereka Rasulullah berkata, "Tunduklah dengan aturan dan syariat Islam." tambahnya lagi.
Ayatullah Nuri Hamadani melanjutkan, "Sayyidul Syuhada Imam Husain As bangkit mencetuskan revolusinya untuk menggulingkan pemerintahan zalim Yazid, dan asyura setiap tahunnya senantiasa menghembuskan semangat baru kepada masyarakat untuk tidak tunduk pada pemerintahan yang zalim dan berusaha sekeras mungkin mengubahnya menjadi pemerintahan yang lebih baik dan lebih sesuai dengan tatacara aturan Islam."
Ulama marja taklid ini kemudian menyebutkan bahwa Sayyidah Fatimah binti Rasulullah lah syuhada pertama dalam Islam yang syahid dalam membela terbentuknya pemerintahan Islam. Beliau berkata, "Hadhrat Fatimah As bangkit membela wilayah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As sebab dalam pemerintahan Islam Ahlul Baitlah yang berhak untuk menjadi imamnya. Pemimpin yang lebih berhak adalah yang lebih fakih, takwa dan memiliki kesetiaan yang luar biasa terhadap perjuangan Islam, yang memiliki kemampuan kepemimpinan, jiwa berani, tabah dengan suasana dan pemikir atau ahli strategi yang kesemuanya itu terdapat dalam peribadi imam Ali As."
Ayatullah Nuri Hamadani menegaskan, "Islam tidak memberi izin sedikitpun kepada orang-orang zalim untuk menjadi penguasa atas masyarakat yang hanya akan memiskinkan masyarakat, bukan hanya dalam material namun juga dalam kebudayaan dan kehidupan spiritual."
Beliau lebih lanjut menegaskan pemerintahan zalim hanya akan menyengsarakan rakyat, "Lihat saja apa yang telah dipersembahkan oleh sejarah. Hukum silih berganti menindas rakyat ketika orang-orang zalim dan tidak paham agama diizinkan menduduki pemerintahan. Mereka hanya akan membawa Negara menjadi jauh terbelakang bukannya melangkah ke depan, dan menjebak kehidupan kaum muda untuk hal-hal yang tidak bermanfaat sehingga lupa memaksimalkan potensi kecerdasan mereka."
"Imam Khomeini sebagai seorang fakih, ahli politik dan pejuang telah tampil dalam panggung sejarah dengan menggulingkan rejim dinasti yang telah berumur 2.500 tahun. Namun perjuangan untuk meruntuhkan rezim zalim tersebut tidak sedikit, kita lihat saat ini nama para syahid yang telah mengorbankan darah dan jiwanya diabadikan menjadi nama-nama jalan dan bangunan-bangunan penting. Kesemuanya itu agar mereka para syuhada tetap memberi kita pelajaran akan pentingnya kebebasan dan kemerdekaan dan arti sebuah revolusi." Tambahnya lagi.
Ulama yang menjadi guru besar di Hauzah Ilmiyah Qom Iran tersebut kembali menegaskan betapa khutbah Sayyidah Fatimah banyak memberi pelajaran penting, "Khutbah tersebut mengandungi nilai pelajaran yang sangat tinggi dan berlaku sampai kiamat. Khutbah beliau menegaskan bahwa menyimpang sedikit saja dari wilayah Ahlul Bait adalah penyebab keterbelakangan."
"Hari ini, dengan kemenangan revolusi Islam Iran mengingatkan kembali dengan kebangkitan Hadhrat Zahra, yang semangat kebangkitan tersebut menjalar kebeberapa Negara-negara Islam lainnya seperti Tunisia, Bahrain, Yaman, dan Arab Saudi. Syarat dari keberhasilan sebuah revolusi adalah persatuan ummat yang dengan persatuan dan kebersamaan tersebut mampu meruntuhkan rejim apapun. Saat ini kita melihat tanda-tanda keruntuhan dinasti Ali Sabah, Ali Khalifah dan keluarga Ali Sa'ud dan rakyat tertindas akan meraih kemenanganya." Tegasnya menutup pembicaraan.
Fatima-The Withering Rose
It was a short life... As short as the lives of fragrant roses...
A life that Lady Fatima (A.S.) endured and now it is coming to an end... even before it was given the chance to completely blossom!!
Surely the successive calamities and severe hardships which befell Lady Fatima Zahra (A.S.), while she was still young, left her with a broken rib and confined to bed, suffering from her broken rib and remembering what had come to pass and her devoted husband who was her safe refuge in whom she took refuge whenever abused...
She remembered her usurped rights...
She remembered her oppressed husband and his stolen position...
She remembered him being led by his turban to the Mosque while she followed him...
She remembered all this and a gloomy picture appeared before her tired eyes... then a sigh becomes imprisoned deep in her heart...
That heart which longs for the great Messenger who gave her the good news of her speedy departure after him...
Oh! How forsaken she was?!
But, she was the Prophet's daughter!
She was his favorite child!
She whom the Prophet repeatedly expressed the importance of observing her rights!!
And as he said: "Man is observed by respecting his children".
Yet, this did not stop the arrogant ones from encroaching on her rights, nor did it stop the sinful hands from reaching out to strangle the beautiful rose before it completely blossomed!!
Thus, the branch, which the Prophet left among his nation, withered away, its flowers became scattered, its branches wilted.
Fatima (A.S.) appeared pale and faint!!
Allah is with you Umm al-Hassan.
You shall depart towards a generous Lord and a great Father... then you shall complain to him about what you have encountered...
Yes! Umm Al-Hassan... only ninety (90) days are left...
But you, Muhammad's Ummah, remember her...
Write this in the pages of history... and tell the generations about Fatima's sad story!!
On the Death Bed
The moment when eternal separation starts is anguishing. This is a fact known to everyone who has experienced it, for it is the last opportunity for the beloved to be with his dear ones... then the inevitable, the predestined, happens. At such a moment, one is in earnest need of calmness and tranquility. Yet, many are the ones who mourn and break apart instead.
Lady Fatima Zahra (A.S.) was calm and patient when the women of the Muhajireen and Ansar came to visit her.
Suwaid Ibn Ghafleh said:"When Fatima was inflicted with her illness, the women of the Muhajireen and Ansar gathered around her and said:
'How are you doing, daughter of Allah's Messenger?'
Fatima praised Allah, prayed for her father and said:
"I have become, by Allah, to have feelings of resentment for your world, detesting your men; I have casted them after testing them...
Certainly it (Allah's wrath) has control of their affairs, held them responsible (for deserving it), and launched its disagreement on them"...
How they have snatched it away from the foundations of the Message, the fundamentals of prophethood and guidance, the place of descent for the Devoted Spirit, and he who is clever in the affairs of this world and the hereafter? (She means that they usurped Ali's right)
Surely; (their action) is clear loss. Why were they hostile to Abu Al-Hassan?
They took vengeance, by Allah, from him for his unbiased sword,
his carelessness about his death (i.e., his unprecedented courage),
his deadly assaults
his severe encounters, and
his anger for the sole sake of Allah, Exalted is His Name.
"By Allah,
had they prevented each other from assuming the reigns of power, which Allah's Messenger entrusted to him, he would have held it and led them smoothly,
He would not have harmed them the size of a thread,
Nor would his followers stammer, (meaning they would have lived in harmony under his rule).
He surely would have delivered them to a spring pure, lush, abundant, flowing over its banks yet its sides are not muddy.
He certainly would have brought them back satisfied and advised them secretly and publicly without providing himself with any availing thing.
Nor would he favor himself with the worldly things with any gain, save that which would quench the thirst of the thirsty, and feed the hungry.
Surely the abstinent would have been distinguished from the desirous, and the truthful from the liar.
Had the people of the town believed and feared Allah, We should indeed have opened out to them (all kinds of) blessings from Heaven and Earth; but they rejected (the truth), and We brought them to book for their misdeeds.
And the wrongdoers of this generation; the results of their deeds will soon overtake them (too), and they will never be able to frustrate (Our Plan)!"
"Indeed..
"Come to see!
"As long as you live, time shall show you amazing events!
"I wish I knew what proof they have for that which they have done?
"On what foundation have they stood?
"On what reliable grip have they held?
"Upon whose progeny have they encroached and spoke against?
"Evil, indeed, is the patron and evil the companion!
"They have exchanged, by Allah, the daring for the tales and the capable for the impotent.
"Thus, away with a people who (mistakenly) believe they are doing well (to themselves);
"For surely, they are the ones who make mischief, but they realize (it) not.
"Woe unto them!
"Is he who guides towards truth more worthy to be followed, or the who finds not guidance (himself) unless he is guided?
"What then is the matter with you?
"How do you judge?
"But-upon my life! it has already conceived (meaning that it is too late to do anything).
"So wait until its fruit comes about.
"Then shall ye fillyour buckets with pure blood and fatal venom?
"That day the dealers in falsehood will perish!
"And the ones who come to follow shall know the evil which their successors have established!
"Then awaken the aversion in yourselves to your world!
"Prepare your hearts for calamities,
"Adapt yourselves to a sharp sword;
an assault of a tyrant enemy,
an overwhelming commotion, and
atrocity from oppressors who shall leave your booty worthless, and your crops unharvested;
"Alas!
"What a pity! How will ye be treated? But indeed it hath been obscured from your sight. Shall we then compel you to accept it when ye are averse to it?"
....Thanks to Abu Muhammad Ordooni
Ayatollah Nuri Hamedani is one of the majesties of Shia Maraje (references of imitation). He was born in 1304 of the Iranian calendar in a religious family of Hamedan. His father Hojatol Islam Ibrahim Nuri Hamedani, was a Shia Ulama in Hamedan, contemporary of Ayatollah Al Uzma Akhund Hamedani, who was his roommate in the seminary.
He started studying Islamic lectures at first from his father and after that he became a student of Ayatollah Aluzma Mulla Ali Hamedani.
After going to the Qum Hawzah he participated in the lectures of Ulama such as : Damad, Hojat Koohmarehei, Alameh Tabatabaei, Ayatollah Borujerdi and Imam Khomeini a.r.
He has written many books on Islam such as: Al Khums, Masael Men Ijtihad, Jihad and several more.
After going to the Qum Hawzah he participated in the lectures of Ulama such as : Damad, Hojat Koohmarehei, Alameh Tabatabaei, Ayatollah Borujerdi and Imam Khomeini a.r.
He has written many books on Islam such as: Al Khums, Masael Men Ijtihad, Jihad and several more.
Pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait as:
Tanpa Pengorbanan Sayyidah Fatimah, Tidak Ada yang Tersisa dari Islam Ini
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Hujjatul Islam Muhammad Hasan Akhtari, Pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait as berkenaan dengan hari syahadah Sayyidah Fatimah as dalam sebuah wawancara menyebutkan, "Wilayah dalam agama Islam dan syariat Nabi memiliki kedudukan yang sangat penting bukan hanya sebagai penghidup agama namun juga sebagai pelanjut risalah kenabian."
Beliau menambahkan, "Wilayah bermakna wakil Allah Swt di muka bumi. Allah Swt sendirilah yang menetapkan siapa yang menjadi imam dan khalifah di muka bumi, dan imam berperan untuk memberi petunjuk kepada umat, yang menjadi penyebab hidayah dan mencegah penyimpangan aqidah dan amalan di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Imam Baqir as, Islam dibangun dari 5 pondasi, wilayah, shalat, puasa, zakat dan haji."
"Wilayah ibarat akal jika dikaitkan dengan hidayah insane, dan ibarat jantung dalam tubuh manusia. Karena itu dalam pandangan Sayyidah Fatimah az Zahra as, wilayah adalah sesuatu yang sangat penting dalam upaya penegakan syariat Islam di bumi." Tambahnya lagi.
Syaikh Akhtari dikaitkan dengan upaya Sayyidah Fatimah as menjaga risalah Ilahi pasca wafatnya Rasulullah Saww menyatakan, "Benih-benih penyimpangan bermunculan sesaat setelah nabi Muhammad Saww wafat, dan penyimpangan terbesar adalah penolakan atas wilayah, dan sayyidah Fatimah as dengan segenap kekuatannya berupaya meluruskan penyimpangan tersebut, seandainya tidak ada pengorbanan dari Sayyidah Fatimah as maka tidak ada yang tinggal dari Islam yang hakiki ini."
"Beliau Az Zahra as merasa bertanggungjawab meluruskan penyimpangan umat, karena beliaulah satu-satunya warisan hidup dari Rasulullah Saww. Beliau menjadi hujjah bagi keberadaan dan hakikat wilayah. Dalam khutbah-khutbah dan pesan-pesan di sisa umur beliau, beliau senantiasa mengingatkan ummat akan arti pentingnya wilayah dan meninggalkannya berarti kesesatan." Lanjut pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait as tersebut.
Beliau menambahkan, "Wilayah bermakna wakil Allah Swt di muka bumi. Allah Swt sendirilah yang menetapkan siapa yang menjadi imam dan khalifah di muka bumi, dan imam berperan untuk memberi petunjuk kepada umat, yang menjadi penyebab hidayah dan mencegah penyimpangan aqidah dan amalan di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Imam Baqir as, Islam dibangun dari 5 pondasi, wilayah, shalat, puasa, zakat dan haji."
"Wilayah ibarat akal jika dikaitkan dengan hidayah insane, dan ibarat jantung dalam tubuh manusia. Karena itu dalam pandangan Sayyidah Fatimah az Zahra as, wilayah adalah sesuatu yang sangat penting dalam upaya penegakan syariat Islam di bumi." Tambahnya lagi.
Syaikh Akhtari dikaitkan dengan upaya Sayyidah Fatimah as menjaga risalah Ilahi pasca wafatnya Rasulullah Saww menyatakan, "Benih-benih penyimpangan bermunculan sesaat setelah nabi Muhammad Saww wafat, dan penyimpangan terbesar adalah penolakan atas wilayah, dan sayyidah Fatimah as dengan segenap kekuatannya berupaya meluruskan penyimpangan tersebut, seandainya tidak ada pengorbanan dari Sayyidah Fatimah as maka tidak ada yang tinggal dari Islam yang hakiki ini."
"Beliau Az Zahra as merasa bertanggungjawab meluruskan penyimpangan umat, karena beliaulah satu-satunya warisan hidup dari Rasulullah Saww. Beliau menjadi hujjah bagi keberadaan dan hakikat wilayah. Dalam khutbah-khutbah dan pesan-pesan di sisa umur beliau, beliau senantiasa mengingatkan ummat akan arti pentingnya wilayah dan meninggalkannya berarti kesesatan." Lanjut pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait as tersebut.
SOLAWAT
|
Qom Governor visiting Kelantan State
Gabenor Wilayah Qom, Iran, Mohamed Hussein dan Menteri Besar Kelantan, Tuan Guru Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat, bertemu hari ini apabila pemimpin dari Republik Islam Iran itu mengunjungi Tuan Guru.
Mereka melahirkan rasa gembira dan bersyukur kerana akhirnya dapat bertemu.
Pelbagai pandangan, hasrat dan harapan telah dikupas bersama demi untuk kebaikan rakyat dan negara masing-masing.
“Apa yang penting saya mengharapkan hubungan pertama dengan Menteri Besar Kelantan akan menghasilkan sesuatu yang baik, apa lagi hubungan Malaysia dengan kerajaan Iran juga semakin baik,” ujar Mohamed Hussein
Mohamed juga mengharapkan hubungan dua hala dapat dijalinkan khususnya dalam ekonomi, budaya, sosial khususnya untuk masa hadapan.
Katanya, dengan kepimpinan Tuan Guru yang lebih berpegang pada ajaran Islam diharap ianya bertambah erat lagi.
Pada pertemuan itu juga Tuan Guru meminta kerajaan Iran lebih tegas dalam menangani campurtangan negara luar khususnya Amerika terhadap negara-negara Islam khususnya di Iran.
Menurutnya, Iran adalah sebuah negara yang paling berani di Asia Barat yang menentang kemaraan Amerika walaupun masih terdapat beberapa kelemahannya.
“Semoga dengan ketegasan Iran memberi isyarat jelas pada Amerika tidak semua Negara Islam boleh diperkudakan serta perlu mengikut telunjuk mereka,” ujarnya.
Selepas bertemu dengan Tuan Guru lebih satu jam, delegasi berkenaan turut melakukan lawatan ke Perbadanan Kemajuan Iktisad Negeri Kelantan (PKINK).
Di sana mereka telah mendengar taklimat beberapa pelaburan yang boleh dilaburkan di negeri ini termasuk perlombongan.
Taklimat berkenaan disampai Timbalan Ketua Eksekutif PKINK, Zainal Abdul Rahim.
Selepas makan tengah hari di Perdana Resort, rombongan ini turut melakukan lawatan ke Pelabuhan Antarabangsa Tok Bali yang kini sedang dalam pembinaan.
Mereka turut mendengar taklimat pembinaan dari Pengurus Eastcoast Terminal Wan Ahmad Zaheed Wan Mohammad.
Esok hari terakhir mereka di Kelantan akan mengunjungi Bandar Baru Tunjong dan akan mendengar taklimat pembangunan yang dilaksanakan Tunjong Development Corporation (TDC).
Iran bans imports from 100 European companies in tit-for-tat move
PressTV
PressTV
TEHRAN, Apr 12: Iran reportedly plans to ban imports from European companies as part of its counter sanctions against the European Union (EU).
Petua : Imam Baqir a.s : Sesiapa yang menghafal,memelihara surah al-Qadr ia telah memelihara keseluruhan ilmu.
SOLAWAT
No comments:
Post a Comment