Syaikh Hasuun:
Sebelum Menghancurkan Makam
Sayyidah Zainab Langkahi Dulu
Syekh
Hasuun Ayatullah Uzma Makarim Shirazi
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Syaikh Badaruddin Hasuun, mufti Suriah dalam situs pribadi beliau memberikan kecaman yang ditujukan kepada kelompok teroris yang berencana hendak menghancurkan makam Sayyidah Zainab di Suriah dengan menyatakan, "Jika teroris hendak menghancurkan makam Sayyidah Zainab ataupun hendak menghinakannya, maka mereka harus melangkahi mayatku dulu."
Disebut beberapa waktu sebelumnya, kelompok Wahabi melalui siaran Washal menyatakan secara terbuka hendak menghancurkan makam Sayyidah Zainab yang banyak dikunjungi pecinta Ahlul Bait. Mereka mengklaim makam suci tersebut dijadikan tempat penyembahan dan amalan kesyirikan sehingga hendak menghancurkannya. Dengan adanya rencana tersebut, Mufti Suriah tersebut menyikapinya dengan menyebutkan kelompok Wahabi tersebut sebagai anak keturunan Muawiyah dan Yazid yang dalam rekaman sejarah sangat membenci Ahlul Bait dan para pengikutnya. "Sampai sebegitu bencinya kalian, sampai makam Ahlul Baitpun hendak kalian hinakan?" tanyanya mengecam.
Sejak adanya ancaman Wahabi hendak menghancurkan makam Sayyidah Zainab di Damaskus, pihak keamanan Suriah semakin memperketat penjagaan.
Disebut beberapa waktu sebelumnya, kelompok Wahabi melalui siaran Washal menyatakan secara terbuka hendak menghancurkan makam Sayyidah Zainab yang banyak dikunjungi pecinta Ahlul Bait. Mereka mengklaim makam suci tersebut dijadikan tempat penyembahan dan amalan kesyirikan sehingga hendak menghancurkannya. Dengan adanya rencana tersebut, Mufti Suriah tersebut menyikapinya dengan menyebutkan kelompok Wahabi tersebut sebagai anak keturunan Muawiyah dan Yazid yang dalam rekaman sejarah sangat membenci Ahlul Bait dan para pengikutnya. "Sampai sebegitu bencinya kalian, sampai makam Ahlul Baitpun hendak kalian hinakan?" tanyanya mengecam.
Sejak adanya ancaman Wahabi hendak menghancurkan makam Sayyidah Zainab di Damaskus, pihak keamanan Suriah semakin memperketat penjagaan.
Ayatullah Makarim Syirazi:
Jangan Ikuti Langkah-langkah Syaitan!
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Syirazi dihadapan ribuan jama'ah shalat di Haram Hadhrat Ma'sumah dalam penjelasan lanjutannya mengenai tafsir surah al Ahzab menyebutkan bahwa turunnya ayat:
«يا أَيهَا النَّبِي اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا * وَاتَّبِعْ مَا يوحَى إِلَيكَ مِنْ رَبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا * وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا»
"Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (Ql Ahzab: 1-3)
Adalah berkaitan dengan perang Uhud. Beliau berkata, "Setelah perang Uhud berlangsung dengan kemenangan di pihak kaum kafir Mekah, mereka kemudian menganggap kekalahan tersebut akan melemahkan barisan kaum muslimin, yang menurut mereka dengan itu mereka mampu menghentikan dakwah Nabi Muhammad saww. Abu Sufyan yang saat itu sedang berada di Mekah merasa bangga dengan kemenangan itu, iapun kemudian mengehendaki agar Muhammad memberi keleluasan kepada mereka untuk tetap melakukan penyembahan kepada berhala dan tidak lagi berkata-kata buruk megenai tuhan-tuhan mereka."
Menukil dari kitab tafsir 'Ruhul ma'ani fi Tafsiril Qur'an al azhim' karya seorang mufasir besar Sunni Sayyid Mahmud al Wasii, Ayatullah Makarim Syirazi menjelaskan lebih detail mengenai ayat tersebut. Al Wasi dalam kitabnya tersebut membagi manusia yang menjadi musuh di masa Rasulullah saww menjadi tiga golongan berdasarkan penjelasan dari ayat tersebut. Yaitu, kaum kafir Mekah penyembah berhala, kaum munafikin Madinah dan kaum Yahudi Madinah.
"Ayat tersebut berkaitan dengan tiga kelompok musuh tersebut yang Nabi diperintahkan melalui ayat tersebut untuk tidak mengikuti kehendak ketiga golongan tersebut." jelas ulama penulis kitab tafsir al Amtsal tersebut.
Ayatullah Makarim Syirazi kemudian menjabarkan poin penting yang merupakan inti sari dari ayat 1-3 surah al Ahzab tersebut dengan berkata, "Salah satu metode kelompok fasik dan perusak adalah melakukan pengrusakan dengan cara bertahap, sedikit demi sedikit. Mereka tidak menyatakan tujuan mereka sesungguhnya sejak awal. Dan metode seperti ini yang juga diterapkan negara-negara zalim dan penjajah hari ini. Dalam menghadapi Iran mereka tidak secara terus terang menyatakan permusuhan dengan Iran atau menyatakan tujuan mereka sesungguhnya adalah untuk menghancurkan Iran, mereka berlindung dibalik semboyan kemanusiaan dan perdamaian dunia. Atas nama kemanusiaan dan perdamaian dunia mereka menghalangi Iran mengambil manfaat dari pengembangan tenaga nuklir, padahal hakekatnya keinginan mereka adalah ketertinggalan dan kemunduran Iran."
Ulama hauzah tersebut lebih lanjut mengatakan, "Sewaktu kita mengkaji dan menghayati ayat-ayat al-Qur'an, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa strategi penghancuran dengan cara bertahap, sedikit demi sedikit adalah juga strategi syaitan, sebagaimana juga terdapat penjelasannya dalam 4 ayat pada surah al An'am, surah an Nur dan al Baqarah, yang penjelasan mengenai hal itu tersampaikan sampai berulang kali."
"Dalam surah al Baqarah ayat 168 dan 208 dan juga dalam surah al An'am ayat 142, Allah swt memesankan kepada umat manusia untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi umat manusia. Syaitan mengajak manusia menuju kepada kerusakan, kesesatan dan kehancuran. Hal tersebut juga ditegaskan dalam ayat 21 surah an Nur, Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar." Lanjut beliau.
Ayatullah Makarim Syirazi selanjutnya memberikan contoh mengenai langkah-langkah syaitan dalam menjerumuskan manusia. "Syaitan dalam mengajak manusia kepada kesesatan tidak to the point mengatakan, jangan ke masjid. Tetapi dengan ajakan dan bujukan berupa, pagi belum menjelang, kamu masih punya waktu buat istrahat, kamu hari ini memiliki perkerjaan dan kesibukan yang sangat banyak, sehingga juga membutuhkan banyak istrahat. Untuk mencegah manusia melakukan shalat dhuhur dan ashar, syaitan akan mengatakan, bukankah saat ini kamu sedang sibuk, selesaikan dulu pekerjaanmu. Untuk shalat maghrib dan isya, syaitan akan menyatakan bukankah waktu sangat panjang, tidak ada salahnya jika kamu mengakhirkannya, dan kalaupun kamu tidak melakukannya, kamu cukup beristighfar dan Allah akan mengampunimu, begitu seterusnya."
Ayatullah Makarim Syirazi selanjutnya mengingatkan bahwa dalam menghadapi godaan dan tipu daya syaitan, kita harus senantiasa waspada dan berhati-hati. Beliau berkata, "Musuh-musuh Islam hari ini juga tengah menggunakan siasat syaitan tersebut. AS dan dan rezim Zionis dengan mengikuti langkah-langkah syaitan berusaha menjerumuskan umat manusia."
Beliau selanjutnya menambahkan, "Sebagaimana yang telah terjadi di Turki. Atas nama sekularisme dan modernism, mereka mengganti tulisan nasional mereka dari tulisan arab menjadi latin. Setelah lewat beberapa dekade, akhirnya warga muslim Turki paham, maksud sebenarnya penggantian tulisan tersebut adalah untuk menjauhkan mereka dari kitab-kitab klasik Islam, dan pada akhirnya jauh dari agama."
Mengenai bahayanya tipu daya syaitan, Ayatullah Makarim Syirazi mengingatkan, "Sebelum kemenangan revolusi Islam, berkali-kali penulis dan tokoh-tokoh intelektual yang terbius kemajuan Barat mempropagandakan agar Iran turut mengganti tulisan menjadi tulisan latin, namun berkat kegigihan ulama Islam, akhirnya khat Arab bisa tetap dipertahankan sampai saat ini."
Ulama marja taklid tersebut lebih lanjut menyatakan, "Kami mengingatkan kepada saudara-saudara se Islam, laki-laki dan perempuan agar tetap waspada dan terjaga, bahwa Syaitan dan antek-anteknya tidak akan berhenti melakukan upaya untuk menyesatkan kita. Mereka hendak menjauhkan kaum muslimin dari agamanya, termasuk memisahkan antara politik dan agama, sehingga yang akan muncul adalah negara-negara sekular yang jauh dari tuntunan agama."
Guru besar Hauzah Ilmiyah Qom Iran tersebut lebih lanjut dalam penjelasannya menyebutkan bahwa penyimpangan dimulai dari hal yang kecil dan tampak remeh, sebagaimana kobaran api dimulai dari percikan api yang kecil.
Pada bagian lain ceramahnya, Ayatullah Makarim Syirazi turut berkomentar mengenai terjadinya ledakan beruntun di Irak yang telah menewaskan puluhan warga yang tidak berdosa. Beliau berkata, "26 ledakan terjadi justru disaat kaum muslimin sedang khusyuk beribadah di bulan Ramadhan. Apapun alasannya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan."
"Siapa sesungguhnya mereka yang telah melakukannya, telah melakukan pembunuhan atas orang-orang yang tengah berpuasa karena menjalankan perintah Allah swt? Apa sesungguhnya niat dan maksud mereka? Apakah sejarah sebelumnya memberikan contoh bahwa kaum muslimin membunuh sesamanya muslim di bulan Ramadhan? Mereka sesungguhnya meskipun mengklaim diri muslim, pada hakekatnya tidak mampu mencium aroma Islam. Mereka adalah kaki tangan AS dan Israel. Kami nyatakan dengan tegas, mengutuk keras tindakan biadab tersebut dan turut mengecam lembaga-lembaga internasional yang bungkam atas tragedi tersebut." tegas beliau.
«يا أَيهَا النَّبِي اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا * وَاتَّبِعْ مَا يوحَى إِلَيكَ مِنْ رَبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا * وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا»
"Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (Ql Ahzab: 1-3)
Adalah berkaitan dengan perang Uhud. Beliau berkata, "Setelah perang Uhud berlangsung dengan kemenangan di pihak kaum kafir Mekah, mereka kemudian menganggap kekalahan tersebut akan melemahkan barisan kaum muslimin, yang menurut mereka dengan itu mereka mampu menghentikan dakwah Nabi Muhammad saww. Abu Sufyan yang saat itu sedang berada di Mekah merasa bangga dengan kemenangan itu, iapun kemudian mengehendaki agar Muhammad memberi keleluasan kepada mereka untuk tetap melakukan penyembahan kepada berhala dan tidak lagi berkata-kata buruk megenai tuhan-tuhan mereka."
Menukil dari kitab tafsir 'Ruhul ma'ani fi Tafsiril Qur'an al azhim' karya seorang mufasir besar Sunni Sayyid Mahmud al Wasii, Ayatullah Makarim Syirazi menjelaskan lebih detail mengenai ayat tersebut. Al Wasi dalam kitabnya tersebut membagi manusia yang menjadi musuh di masa Rasulullah saww menjadi tiga golongan berdasarkan penjelasan dari ayat tersebut. Yaitu, kaum kafir Mekah penyembah berhala, kaum munafikin Madinah dan kaum Yahudi Madinah.
"Ayat tersebut berkaitan dengan tiga kelompok musuh tersebut yang Nabi diperintahkan melalui ayat tersebut untuk tidak mengikuti kehendak ketiga golongan tersebut." jelas ulama penulis kitab tafsir al Amtsal tersebut.
Ayatullah Makarim Syirazi kemudian menjabarkan poin penting yang merupakan inti sari dari ayat 1-3 surah al Ahzab tersebut dengan berkata, "Salah satu metode kelompok fasik dan perusak adalah melakukan pengrusakan dengan cara bertahap, sedikit demi sedikit. Mereka tidak menyatakan tujuan mereka sesungguhnya sejak awal. Dan metode seperti ini yang juga diterapkan negara-negara zalim dan penjajah hari ini. Dalam menghadapi Iran mereka tidak secara terus terang menyatakan permusuhan dengan Iran atau menyatakan tujuan mereka sesungguhnya adalah untuk menghancurkan Iran, mereka berlindung dibalik semboyan kemanusiaan dan perdamaian dunia. Atas nama kemanusiaan dan perdamaian dunia mereka menghalangi Iran mengambil manfaat dari pengembangan tenaga nuklir, padahal hakekatnya keinginan mereka adalah ketertinggalan dan kemunduran Iran."
Ulama hauzah tersebut lebih lanjut mengatakan, "Sewaktu kita mengkaji dan menghayati ayat-ayat al-Qur'an, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa strategi penghancuran dengan cara bertahap, sedikit demi sedikit adalah juga strategi syaitan, sebagaimana juga terdapat penjelasannya dalam 4 ayat pada surah al An'am, surah an Nur dan al Baqarah, yang penjelasan mengenai hal itu tersampaikan sampai berulang kali."
"Dalam surah al Baqarah ayat 168 dan 208 dan juga dalam surah al An'am ayat 142, Allah swt memesankan kepada umat manusia untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi umat manusia. Syaitan mengajak manusia menuju kepada kerusakan, kesesatan dan kehancuran. Hal tersebut juga ditegaskan dalam ayat 21 surah an Nur, Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar." Lanjut beliau.
Ayatullah Makarim Syirazi selanjutnya memberikan contoh mengenai langkah-langkah syaitan dalam menjerumuskan manusia. "Syaitan dalam mengajak manusia kepada kesesatan tidak to the point mengatakan, jangan ke masjid. Tetapi dengan ajakan dan bujukan berupa, pagi belum menjelang, kamu masih punya waktu buat istrahat, kamu hari ini memiliki perkerjaan dan kesibukan yang sangat banyak, sehingga juga membutuhkan banyak istrahat. Untuk mencegah manusia melakukan shalat dhuhur dan ashar, syaitan akan mengatakan, bukankah saat ini kamu sedang sibuk, selesaikan dulu pekerjaanmu. Untuk shalat maghrib dan isya, syaitan akan menyatakan bukankah waktu sangat panjang, tidak ada salahnya jika kamu mengakhirkannya, dan kalaupun kamu tidak melakukannya, kamu cukup beristighfar dan Allah akan mengampunimu, begitu seterusnya."
Ayatullah Makarim Syirazi selanjutnya mengingatkan bahwa dalam menghadapi godaan dan tipu daya syaitan, kita harus senantiasa waspada dan berhati-hati. Beliau berkata, "Musuh-musuh Islam hari ini juga tengah menggunakan siasat syaitan tersebut. AS dan dan rezim Zionis dengan mengikuti langkah-langkah syaitan berusaha menjerumuskan umat manusia."
Beliau selanjutnya menambahkan, "Sebagaimana yang telah terjadi di Turki. Atas nama sekularisme dan modernism, mereka mengganti tulisan nasional mereka dari tulisan arab menjadi latin. Setelah lewat beberapa dekade, akhirnya warga muslim Turki paham, maksud sebenarnya penggantian tulisan tersebut adalah untuk menjauhkan mereka dari kitab-kitab klasik Islam, dan pada akhirnya jauh dari agama."
Mengenai bahayanya tipu daya syaitan, Ayatullah Makarim Syirazi mengingatkan, "Sebelum kemenangan revolusi Islam, berkali-kali penulis dan tokoh-tokoh intelektual yang terbius kemajuan Barat mempropagandakan agar Iran turut mengganti tulisan menjadi tulisan latin, namun berkat kegigihan ulama Islam, akhirnya khat Arab bisa tetap dipertahankan sampai saat ini."
Ulama marja taklid tersebut lebih lanjut menyatakan, "Kami mengingatkan kepada saudara-saudara se Islam, laki-laki dan perempuan agar tetap waspada dan terjaga, bahwa Syaitan dan antek-anteknya tidak akan berhenti melakukan upaya untuk menyesatkan kita. Mereka hendak menjauhkan kaum muslimin dari agamanya, termasuk memisahkan antara politik dan agama, sehingga yang akan muncul adalah negara-negara sekular yang jauh dari tuntunan agama."
Guru besar Hauzah Ilmiyah Qom Iran tersebut lebih lanjut dalam penjelasannya menyebutkan bahwa penyimpangan dimulai dari hal yang kecil dan tampak remeh, sebagaimana kobaran api dimulai dari percikan api yang kecil.
Pada bagian lain ceramahnya, Ayatullah Makarim Syirazi turut berkomentar mengenai terjadinya ledakan beruntun di Irak yang telah menewaskan puluhan warga yang tidak berdosa. Beliau berkata, "26 ledakan terjadi justru disaat kaum muslimin sedang khusyuk beribadah di bulan Ramadhan. Apapun alasannya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan."
"Siapa sesungguhnya mereka yang telah melakukannya, telah melakukan pembunuhan atas orang-orang yang tengah berpuasa karena menjalankan perintah Allah swt? Apa sesungguhnya niat dan maksud mereka? Apakah sejarah sebelumnya memberikan contoh bahwa kaum muslimin membunuh sesamanya muslim di bulan Ramadhan? Mereka sesungguhnya meskipun mengklaim diri muslim, pada hakekatnya tidak mampu mencium aroma Islam. Mereka adalah kaki tangan AS dan Israel. Kami nyatakan dengan tegas, mengutuk keras tindakan biadab tersebut dan turut mengecam lembaga-lembaga internasional yang bungkam atas tragedi tersebut." tegas beliau.
آیت الله العظمی مکارم شیرازی:
اسلام کنونی به سادگی به دست نیامده است/ سومین
جنگ احزاب در سوریه جریان دارد
|
kepada tindak-tanduk para terroris
di Syria berkata : Perang yang berlaku di Syria sekarang
adalah perang Ahzab ketiga dimana
Israel,Amerika,Inggeris,Saudi,Qatar dan Turki telah
memulakannya dan menumpahkan darah-
darah yang bayak di bulan Ramadan
.
به گزارش خبرگزاری اهلبیت(ع) ـ ابنا ـ «حضرت آیت الله العظمی مكارم شيرازي» امروز ـ شنبه 14 مردادماه ـ مصادف با پانزدهمین روز از ماه مبارک رمضان در جلسه تفسیر قرآن کریم که با حضور زائران و مجاوران کریمه اهلبیت(ع) در شبستان امام خمینی(ره) برگزار شد، با تبريك ميلاد امام حسن مجتبی(ع) و آرزوي بهره گيري از زاواياي مختلف زندگي ايشان در زندگي، در ادامه تفسیر آیه 9 سوره مبارکه احزاب « يا أَيهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا» اظهار داشتند: این آیه سرآغاز بيان ماجراي جنگ احزاب و مبارزه با خرافات و ماجراي جنگ احزاب را دو محور از دوازده محور مختلف اين سوره است.
ایشان افزودند: قرآن در 17 آیه ابعاد مختلف جنگ احزاب را شرح داده است.
مرجع تقلید شیعیان با بیان اینکه در جنگ احزاب تمام طوائف و قبایل عرب که مخالف اسلام بودند دست به دست هم دادند، اضافه کردند: محرک اصلی این جنگ طایفه یهودی "بنی نذیر" بود که دیگر طوائف عرب را علیه جنگ با اسلام مطلع کرد.
آیت الله العظمی مکارم شیرازی با اشاره به تکرار جنگ احزاب در قبال کشورمان تاکید کردند: این جنگ در تاریخ کشور ما نیز تکرار شد، در جنگ تحمیلی تنها صدام در مقابل ما نبود، قرائن و شواهد حین و بعد از جنگ نشان داد که جنگ تحمیلی در واقع جنگ احزاب بود و آمریکا، انگلیس، اسرائیل و دیگر کشورها و برخی کشورهای عربی به صدام همه جانبه کمک کردند. آنها در آن جنگ احزاب ناكام شدند و اينها هم در اين جنگ احزاب ناكام شدند با اينكه ما مشكلات زيادي داشتيم.
ایشان با بیان اینکه اکنون هم جنگ احزابي در كار است، تصریح کردند: اين جنگي كه در سوريه در حال اتفاق است هم جنگ احزاب است، اسرائيل، آمريكا، انگليس، عربستان سعودي، قطر و تركيه جنگ احزاب جديدي را به راه انداختند و در ماه رمضان اين همه كشتار مي كنند.
استاد دروس خارج فقه حوزه با محکوم کردن اقدامات تروریستی در سوریه افزودند: انشالله در اين جنگ احزاب هم همگي آنها ناكام مي شوند، اميدواريم خداوند كمك كند و آنها در جنگ با تروریست ها پيروز شوند.
آیت الله مکارم شیرازی در ادامه به خبری انتشار یافته مبنی براینکه علاوه بر نظاميان، 50 هزار نفر از مردم عادي سوریه در مقابل تروریست های مسلح سوریه ایستاده و مبارزه می کنند اشاره کرده و گفتند: امیدواریم خداوند کمک کند تا سوریه از چنگال اینها نجات پیدا کند و اصلاحاتی در این کشور اعمال شود.
ایشان گفتند: اسلام ارزان به دست نيامده؛ مشکلات زیادی دست به دست هم دادند تا اسلامی که به دست ما رسیده نابود کنند، نمی توان آن را به سادگی از دست داد.
آیت الله مكارم شيرازي در پايان به سه ويژگي از امام حسن مجتبی(ع) اشاره کرده و گفتند: امام حسن(ع) بسیار بردبار و حلیم، با سخاوت و عبادت با ویژگی های خاص بودند، ایشان موقعی که مشغول عبادت می شد از خوف خدا بدن شان می لرزید و با تمام وجود مشغول عبادت و راز و نیاز با معبود می شد. امام حسن مجتبي(ع) 25 بار به خانه كعبه مشرف شدند و تعدادي از آنها را هم با پاي پياده با وجود مشكلات موجود رفتند.
Washington Is Encountering Islam in Syria
by Flaming Unrest
|
(Ahlul Bayt News Agency) - After Soviet Russia dissolved, Muslims replaced communists as public enemy number one. Since the 1990s, millions have ruthlessly been killed. Many more die daily. Dozens succumb every day in Syria. US-sponsored death squads murder them.
On July 20 or 21st, Ramadan began. It continues for 30 days until August 18. It's a time for prayer, fasting, reflection, spiritual purification, self-sacrifice, charity, and forgiveness.
On July 20, Obama hypocritically "extend(ed) warmest wishes to" American and global Muslims. He wished them a "blessed month." He did it despite official US policy to murder them. It doesn't stop in deference to Ramadan, Christmas, or any other time of year. He contemptuously expressed support for their determination to achieve "democracy," "equality," "justice," and "universal rights." He said his administration stands forthrightly with them.
He lied. He's a serial liar. He's also a war criminal multiple times over.
America deplores these values at home and abroad. It won't tolerate them. They're anathema to the nation's imperium. It seeks unchallenged global dominance. Ravaging the world one country at a time or in multiples is its policy to achieve it.
Plans to get Security Council authorization for war failed. Russia and China vetoed three resolutions. Vladimir Putin said no to Libya 2.
He denounced efforts to circumvent Security Council authority. He said Russian National Security Council members deplore Western attempts to link ongoing violence to Moscow's position.
Deputy Foreign Minister Gennady Gatilov called Washington's statements "hypocritical." He added that America subverts efforts to urge opposition leaders to dialogue responsibly with Assad.
He called Hillary Clinton and Susan Rice accusations "absolutely unacceptable."
Taking aim at Washington and London primarily, Russia's UN envoy Vitaly Churkin said don't "be misled by humanitarian discourse by some countries. The policies on Syria are more geopolitical than humanitarian."
"Unfortunately, the consequences of these policies will make the conflict and bloodshed continuous."
He indicated that so-called aid is a prelude and pretext for military intervention, adding:
"The US and the UK intervened in Iraq under the most sublime of pretexts, causing (massive numbers of) civilian (deaths), let alone the displaced people inside and outside Iraq."
Foreign Ministry spokesman Alexander Lukashevich warned of serious consequences if Washington circumvents Security Council authority and intervenes directly in Syria's internal affairs.
He said doing so constitutes "a very very alarming signal." He rejected US retaliatory threats. He criticized congressional action and Western media denunciations.
Russia's Duma International Affairs Committee Chairman Aleksey Pushkov called Western nations' position on Syria political cover to escalate tensions. He rejected calls for unilateral approaches.
He accused Washington and the so-called "Friends of Syria" of "double standards." On the one hand, they support diplomatic solutions. On the other, they further violence, bloodshed, and resolving Syria's conflict militarily. Russia stands firmly opposed.
Last week, Washington upped the stakes. Killing Syrian officials at Damascus National Security headquarters on Wednesday was strategically timed.
The attack happened ahead of the latest Western Security Council scheme to authorize military intervention. It failed. At the same time, battles raged in and around Damascus and elsewhere. They failed.
Efforts were made to hijack Syria's satellite channel frequencies and silence other state run online media. The Syrian Arab News Agency (SANA) was repeatedly hacked and shut down. On Sunday it was operating. It and other Syrian media remain vulnerable.
So far Western and complicit regional attempts to destabilize, weaken, and perhaps bring down the government failed. Expect continued schemes to topple Assad and his regime.
On July 21, a New York Times editorial headlined "Stymied at UN, US Refines Plan to Remove Assad," said: Obama officials "abandoned efforts for a diplomatic settlement to the conflict in Syria, and instead it is increasing aid to the rebels and redoubling efforts to rally a coalition of like-minded countries to forcibly bring down the government of President Bashar al-Assad, American officials say."
Obama officials are meeting with Israeli, Turkish, and Western counterparts. They're also discussing policy with Syrian opposition leaders. Internal Washington "daily high-level meetings" are held. At issue is Plan B "to help map out a possible post-Assad government."
"The administration has had regular talks with the Israelis about how Israel might move to destroy Syrian weapons facilities, administration officials said."
Washington is directly involved in arming, funding, training, and directing Syrian opposition mercenaries. They're cutthroat killers. They're enlisted to commit mass murder. They target pro-Assad civilians and others randomly. Expect stepped up efforts ahead of direct Western and/or regional allies' intervention.
Unnamed US officials said: "You’ll notice in the last couple of months, the opposition has been strengthened. Now we’re ready to accelerate that."
Andrew Tabler, a member of the hawkish, pro-Israeli Washington Institute for Near East Policy (WINEP), said: "We're looking at the controlled demolition of the Assad regime." However, he left unsaid that official Washington policy includes all options. They include full-scale war.
International Crisis Group member Robert Malley warned of "war that never ends." Syrians won't tolerate being ruled by elements now fighting them.
Josh Rogin reports on national security, foreign policy, and defense issues. On July 20, his Foreign Policy article headlined "Inside the quiet effort to plan for a post-Assad Syria," said: "Senior Syrian opposition group representatives are meeting covertly in Germany. The State Department provides funding. For "the last six months," they've been working with so-called US Institute for Peace (USIP) members. They're planning a post-Assad government.”
USIP is a pro-Western front group. According to the Weekly Standard, Washington supplies millions of dollars. "Since 1985, taxpayers have forked over more than $720 million (inflation adjusted). That has included support for a gleaming new 150,000 square foot office building in the shadow of that other taxpayer-supported institution (allegedly) devoted to peace: the State Department."
USIP's Steven Heydemann heads the initiative. In June, he met with Friends of Syria representatives in Istanbul. The project is called: "The day after: Supporting a democratic transition in Syria." Heydemann said USIP is "working in a support role with a large group of opposition groups to define a transition process for a post-Assad Syria."
USIP shortly plans releasing a report. It's a regime change strategy document. Implementing initial priorities needs to start now, said Heydemann. He disingenuously claims pushing Assad from power isn't discussed.
"We have very purposely stayed away from contributing to the direct overthrow of the Assad regime," he said. "Our project is called 'the day after.' There are other groups working on the day before."
Of course, they're interconnected. As the lyrics to the well-known spiritual "Dem Bones" say, the hip bone is connected to the thigh bone, etc.
USIP board chairman J. Robinson West is a corporate CEO (PFC Energy). President Richard H. Solomon is a former Assistant Secretary of State. Vice chairman of the board George E. Moose is a former Assistant Secretary of State. Other board members include: Judy Van Rest: right-wing International Republican Institute (ISI) executive vice president and Michael H. Posner: Obama's Assistant Secretary of State for the Bureau of Democracy, Human Rights and Labor.
Of course, all US administrations deplore these values. They tolerate none of them at home or abroad.
James N. Miller: Obama's Under Secretary of Defense for Policy
Nancy McEldowney: Interim president of the National Defense University (NDU).
Eric S. Edelman: A retired US Foreign Service Career Minister. He also held senior Defense Department positions.
Judy Ansley: Previously she held various high-level national security and Senate staff positions.
Syrian opposition members support violently overthrowing Assad's government. In May, free, fair, and open parliamentary elections were held. Ruling party members won most seats. Washington, key NATO partners, and the so-called Friends of Syria don't recognize them. They represent Syria, not Western interests.
Replacing them with subservient puppets is the policy. USIP was enlisted to help. It's a wrongly named imperial tool. It supports war, not peace. It's well paid for furthering Washington's imperium. Destroying Syria is prioritized.
DOWN WITH AMERICA DOWN WITH ISRAEL
DOWN WITH TERRORISM DOWN WITH
-NATIONAL ''QODS DAY'''
|
OTTAWA CITIZEN
Syrian artillery, aircraft pound rebels in Aleppo
Read more:http://www.vancouversun.com/news/Syrian+artillery+aircraft+pound+rebels+Aleppo/7043244/story.html#ixzz22ctbXkCS
UNGA Passes Resolution against Damascus, Ban
Urges End to “Proxy War” in Syria
|
(Ahlul Bayt News Agency) - The UN General Assembly passed on Friday a the resolution offered by some Arab states against Damascus, as it hit at the Security Council for “failing” to act against Syria.
The resolution, which condemned President Bashar al-Assad's use of "heavy weapons" in his battle against the armed groups, was passed by 133 votes with 12 countries against and 31 abstaining.
Russia and China were among high profile opponents of the resolution.
The resolution, which is not legally binding, deplored "the Security Council failure to act” against Syria.
It condemned "the Syrian authorities use of heavy weapons including indiscriminate shelling from tanks and helicopters" and demanded that the government “refrain” from using its chemical weapons.
Saudi Arabia drew up the resolution with Arab and western backing and its UN envoy described the vote as "painful victory" because of events in Syria.
“PROXY WAR”
The UN secretary general told the General Assembly the conflict has become a "proxy war" and that the international powers must overcome rivalries to end the violence.
Ban said growing radicalization and extremism had been predicted at the start of the conflict in March 2011.
"The next step was also forewarned: a proxy war, with regional and international players arming one side or the other. All of these dire predictions have come to pass," Ban told the assembly.
Ban turned his fire on the Security Council saying it had become "paralyzed" by divisions over Syria despite calls for "consequences" to be imposed for not carrying out Annan's peace plan.
Now, with the situation having worsened, they must again find common ground. The immediate interests of the Syrian people must be paramount over any larger rivalries of influence."
Ban said the Syria conflict "is a test of everything this organization stands for.”
For its part, Syria strongly opposed the resolution and its UN envoy, Bashar Jafaari accused Saudi Arabia, Qatar and other Gulf states of arming armed groups.
Jafaari said the resolution showed the "hypocrisy" of Saudi Arabia and that it had no impact whatsoever".
The resolution, which condemned President Bashar al-Assad's use of "heavy weapons" in his battle against the armed groups, was passed by 133 votes with 12 countries against and 31 abstaining.
Russia and China were among high profile opponents of the resolution.
The resolution, which is not legally binding, deplored "the Security Council failure to act” against Syria.
It condemned "the Syrian authorities use of heavy weapons including indiscriminate shelling from tanks and helicopters" and demanded that the government “refrain” from using its chemical weapons.
Saudi Arabia drew up the resolution with Arab and western backing and its UN envoy described the vote as "painful victory" because of events in Syria.
“PROXY WAR”
The UN secretary general told the General Assembly the conflict has become a "proxy war" and that the international powers must overcome rivalries to end the violence.
Ban said growing radicalization and extremism had been predicted at the start of the conflict in March 2011.
"The next step was also forewarned: a proxy war, with regional and international players arming one side or the other. All of these dire predictions have come to pass," Ban told the assembly.
Ban turned his fire on the Security Council saying it had become "paralyzed" by divisions over Syria despite calls for "consequences" to be imposed for not carrying out Annan's peace plan.
Now, with the situation having worsened, they must again find common ground. The immediate interests of the Syrian people must be paramount over any larger rivalries of influence."
Ban said the Syria conflict "is a test of everything this organization stands for.”
For its part, Syria strongly opposed the resolution and its UN envoy, Bashar Jafaari accused Saudi Arabia, Qatar and other Gulf states of arming armed groups.
Jafaari said the resolution showed the "hypocrisy" of Saudi Arabia and that it had no impact whatsoever".
Damascus under Full control of Syria
army
|
(Ahlul Bayt News Agency) - "We have cleansed all the districts of Damascus, from al-Midan to Mazzeh, from al-Hajar al-Aswad to Qadam… to Tadamun,” said the general, whose name was not mentioned in the report.
Meanwhile, insurgents kidnapped a Syrian TV cameraman in Damascus. Earlier on Saturday, the security forces discovered a mass grave of the bodies of civilians and Syrian army members near the capital.
The Syrian troops have killed a large number of terrorists in clashes between government troops and insurgents across the country over the past few days.
In the western province of Hama, the Syrian army carried out an operation on Saturday, killing dozens of insurgents in the town of al-Rastan, about 184 kilometers (114 miles) north of Damascus.
Many people, including large numbers of security forces, have been killed in the turmoil in Syria that began in March 2011.
On August 3, the UN General Assembly passed a non-binding resolution on Syria, proposed by Saudi Arabia, which criticized the Security Council and the Syrian government.
However, Russia and China condemned the resolution and said it undermined peace efforts.
Syrian Envoy to the UN Receives Death Threats,
Personal Attacks by Media
|
(Ahlul Bayt News Agency) - As he stressed he was proud to defend his nation, Syrian envoy to the UN Bashar al-Jaafari said he had death threats and personal attacks by media in the Saudi Arabia and Qatar.
The envoy told the UN General Assembly he was "proud to defend the interests of my nation against all conspiracies."
But in countering a resolution condemning his government, Jaafari hit out at the death threats and at personal attacks he said had been made by the media in Saudi Arabia and Qatar.
"There have been several threats of murder against me and various Syrian diplomats from sites that exist in Saudi Arabia and Qatar and the United States," Jaafari told the 193-member assembly before the Saudi-sponsored resolution was passed.
"Saudi and Qatari media are no longer satisfied with targeting my country but have targeted me personally and members of my family in an immoral way, an unethical way and a shameful way."
He said entire television programs in the two countries devoted to him had "fabricated lies and false statements to distort the reputation of members of my family."
"Diplomacy is one thing but having members of your family targeted for that is something else entirely, and I leave that to your conscience all of you," Jaafari told UN ambassadors in the assembly.
The envoy told the UN General Assembly he was "proud to defend the interests of my nation against all conspiracies."
But in countering a resolution condemning his government, Jaafari hit out at the death threats and at personal attacks he said had been made by the media in Saudi Arabia and Qatar.
"There have been several threats of murder against me and various Syrian diplomats from sites that exist in Saudi Arabia and Qatar and the United States," Jaafari told the 193-member assembly before the Saudi-sponsored resolution was passed.
"Saudi and Qatari media are no longer satisfied with targeting my country but have targeted me personally and members of my family in an immoral way, an unethical way and a shameful way."
He said entire television programs in the two countries devoted to him had "fabricated lies and false statements to distort the reputation of members of my family."
"Diplomacy is one thing but having members of your family targeted for that is something else entirely, and I leave that to your conscience all of you," Jaafari told UN ambassadors in the assembly.
Afterwards, the Syrian envoy told reporters that he had informed US authorities of the threats against him.
ابنا: كان لاعلان ما يسمى بـ "الجيش السوري الحر" عن تشكيلة كتيبة عسكرية باسم "كتيبة العوازم" دلالة كبيرة على تورط واحدة من قبائل البدو ذات النفوذ الكبير وهي قبيلة العوازم ذات الاصول السعودية ونسبة غير قليلة من ابنائها يحملون الجنسية السعودية، مما اثار في الكويت مخاوف جدية من تورط بعض القبائل باعمال عسكرية لدعم الجماعات المسلحة في سوريا ومن بينها جماعات وهابية سلفية تتبع تنظيم "القاعدة " الوهابي المعتقد.
وكان لاعلان تشكيل كتيبة عسكرية باسم العوازم في الجيش السوري الحر المدعوم امريكيا وسعوديا وتركيا وقطريا، صدى سلبي في صفوف المواطنين وبخاصة السنة من غير اتباع الوهابية، والشيعة ايضا، لكونه يحمل مخاطر روح العسكرة واستخدام السلاح عند افراد قبيلة العوزام في الكويت في فض نزاعات ممثليهم السياسيين مع خصومهم.
كما ان هذا الاعلان من شانه ان يدفع قبائل اخرى في الكويت من اصول سعودية الى التورط في العمليات العسكرية التي تخوضها الجماعات المسلحة ضد الجيش السوري، وهو ما يستتبع حصول هذه القبائل على مقاتلين من ابناء قبيلتهم وفي خبرة عسكرية ويخلق لدى ابماء هذه القبائل روح العمل العسكري في التعامل سواء مع الحكومة اذا لم ترضح لمطالبها او في التعامل مع المواطنين الكويتيين الشيعة الذين تبلغ نسبتهم من مجموع السكان الثلث، خاصة وان هذه القبائل من اصول سعودية لديها نزعة لتكفير من يختلف معها مذهبيا.
وكان النائب الكويتي «عبد الحميد الدشتي» (نائب عام 2012) الذي حلته المحكمة الدستورية قد وصف دعم قبيلة العوازم الى الجماعات المسلحة وتشكيل كتيبة العوازم بـ انه جريمة لاتغتفر.
وقام المساعد «عبدالحليم العبدالله» من قوى الامن الداخلي المنشق عنها ،كما عرف نفسه في مقطع على اليوتيوب قد اعلن عن تشكيل كتيبة العوازم بينما كان يقف وراءه عدد من العسكريين المسلحين من الجيش السوري الحر.
وفي تاكيد على حجم الدعم الذي قدمته قبيلة العوازم للجيش الحر، وهي قبيلة تتبع المعتقد الوهابي، قدم المتحدث باسم كتيبة العوازم، التحية لشيخ قبيلة العوازم «فلاح بن جامع» فيما اشاد من جانبه قائد الجيش السوري الحر العقيد «رياض الاسعد» بدعم قبائل كويتية للمعارضة داعيا الى ان يكون الدعم اقوى للجيش السوري الحر.
وقال نائب كويتي سني رفض الكشف عن اسمه "ان تشكيل كتيبة عسكرية باسم العوازم، خبر كارثي للكويت وسنطلب من السلطات الكويتية الرد على تورط قبيلة العوازم بدعم الجماعات المسلحة، في وقت لدينا خبر خاص يؤكد بان اكثر من 15 شخصا من اتباع قبيلة العوازم يقاتلون هناك في سوريا، بالاضافة الى المئات من الكويتيين من ابناء القبائل البدوية السنية ذات المعتقد الوهابي".
واضاف هذا النائب: "ان هؤلاء المتطوعين من القبائل ومن بينهم من قبيلة العوازم انما هم مقاتلون يتدربون على القتل والقنص والاغتيال والتفخيخ، وعودتهم للكويت سيعني مستقبلا، ادخال النزعة العسكرية للبلاد، وميل هؤلاء الى تشكيل جماعات مسلحة في الكويت في ظل وجود تحندق طائفي، ودفع العديد من اتباع المذهب الوهابي الاخرين، الى التفكير بتشكيل خلايا عسكرية لمهاجمة المواطنين الشيعة ومهاجمة قوات واجهزة الجيش والشرطة والحرس الوطني، ولاينبغي ان ننتظر قبول الشيعة بتعرضهم للقتل او التفجير في بلادهم الكويت، بل بالقطع سيحاولون تنظيم انفسهم للرد والدفاع ضد اية هجمات مسلحة يتعرضون لها على يد المتطوعين الوهابيين الذين ذهبوا او يذهبون للانخراط في عمليات عسكرية ضد القوات السورية".
ويرى مراقبون مختصون بالشان الكويتي، ان السلطات الكويتية نجد نفسها عاجزة عن احتواء خطر التيار الوهابي في البلاد، بالرغم من ان المحكمة الدستورية اصدرت قرارا بابطال مجلس الامة لعام 2012 وذلك بعد ان حصل التيار الوهابي السلفي على الاغلبية فيه، اذ هناك اعداد كبيرة من عناصر التيار الوهابي منخرطون في الاجهزة الامنية وفي الجيش الكويتي وفي الاعلام وفي الجامعات وهذا مما يزيد في صعوبة تدجين هذا التيار والهيمنة عليه.
المسلحون في سوريا تلقوا
شحنة من المدافع المضادة
للطائرات
PARA TERRORIS DI SYRIA MENERIMA SENJATA ANTI AIRCRAFT DARI AMERIKA |
ابنا: كشفت صحيفة "فايننشال تايمز" البريطانية أن المسلحين في سوريا تلقوا شحنة من المدافع المضادة للطائرات، وحصلوا على دفعة قوية من الولايات المتحدة في الحرب ضد الحكومة السورية.
ونسبت الصحيفة إلى ناشط وصفته بالبارز في المعارضة السورية لم تكشف عن هويته القول إن المسلحين حصلوا في الآونة الأخيرة على شحنة من المدافع المضادة للطائرات من دول عربية في منطقة الخليج الفارسي.
كما اشارت الى حصول المسلحين على ترخيص من وزارة الخزانة الأميركية لدعم مايسمى بالجيش الحر بوسائل الاتصالات والمعدات اللوجستية وخدمات أخرى.
...............
مسلحون يختطفون أكثر من 48 إيرانيا قرب دمشق
TERRORIS DI SYRIA MENCULIK 48 PENZIARAH
IRAN
|
ابنا: أفاد مصدر مقرب في السفارة الإيرانية في سوريا إن جماعة إرهابية قامت بإختطاف 48 زائرا إيرانيا على طريق مطار دمشق الدولي اليوم السبت ، حيث تم اختطافهم على طريق مطار دمشق الدولي وهم متجهون الى حرم السيدة زينب عليها السلام ،حسب ما أكده مراسل قناة "العالم".
يذكر ان الزوار الايرانيين تعرضوا لاكثر من مرة الى عمليات اختطاف على يد الجماعات المسلحة ، ونجحت ايران في اطلاق سراحهم عبر الاتصالات الدبلوماسية مع الاتراك الذين يديرون جزءا كبيرا من عمليات الجماعات المسلحة ، كما ان حافلات الزوار تعرضت اكثر من مرة لهجمات الجماعات الوهابية المسلحة في حي السيدة زينب و في الطريق البري الرابط بين سوريا وتركيا.
الصين ترفض مجددا
أي تدخل بسوريا
Cina tolak
sebarang
campurtgn di
Syria
|
ابنا: قال وانغ كيغيان نائب رئيس إدارة شؤون غرب آسيا وشمال أفريقيا في الخارجية الصينية، إن بكين تواصل دعم جهود إيجاد حل سلمي وسياسي في سوريا، داعيا إلى عدم التسرع من خلال المضي نحو خيار التدخل العسكري، وترك المجال أمام الحل السياسي.
وأضاف في مؤتمر صحفي رتب على عجل بالعاصمة بكين، أن الصين تتفهم رغبة الدول العربية والجامعة العربية في سرعة حل الأزمة السورية، وشدد على احترام بلاده للمطالب والطموحات المشروعة للشعب السوري إلى التغيير وحماية مصالحه، معتبرا أن مستقبل سوريا ومصيرها يجب أن يحدده الشعب.
الجیش السوري يعلن سيطرته على دمشق بالكامل
|
ابنا: اكد مصدر عسكري سوري يوم السبت ان القوات النظامية باتت تسيطر بشكل كامل على احياء دمشق بعد تطهير حي "التضامن".
وقال المصدر العسكري متحدثا الى الصحافيين اثر انتهاء العمليات العسكرية في حي التضامن: لقد طهرنا جميع احياء دمشق من الميدان الى بساتين الرازي في المزة والحجر الاسود والقدم والسبينة ودف الشوك ويلدا وببيلا والتضامن.
ووصف المصدر الوضع في العاصمة السورية بانه ممتاز ومستقر.
واوضح المصدر ان لا وجود للمسلحين الا في حالات فردية يتنقلون الى اماكن مختلفة لاثبات الوجود، وغدا ستسمعون انهم انسحبوا انسحابا تكتيكيا للتغطية على هزيمتهم امام اسود الجيش العربي السوري.
وبحسب المصدر فان العمليات في حي التضامن بدأت صباح الجمعة وانتهت السبت عند الساعة 14,00 (11,00 ت غ).
وزار عدد من الاعلاميين حي التضامن الذي بدت عليه اثار الدمار في عدد من المحال التجارية والمنازل بالاضافة الى اضرار كبيرة لحقت بالبنى التحتية اذ بدت اسلاك الكهرباء متدلية ومقطعة.
من جانبها، افادت وكالة الانباء السورية الرسمية (سانا) ان القوات السورية لاحقت فلول الارهابيين المرتزقة في حي التضامن واشتبكت معهم وأوقعت في صفوفهم خسائر فادحة.
واسفرت العملية عن مقتل واصابة عدد من الارهابيين والقاء القبض على عدد اخر اضافة الى مصادرة أسلحة وذخيرة متنوعة وأدوية وتجهيزات طبية مسروقة، وفق الوكالة.
كما اكدت الوكالة ان مجموعات من المرتزقة الارهابيين هاجمت المدنيين والمركز الاذاعي والتلفزيوني في منطقة الاذاعة بحلب وتصدت لهم القوات المسلحة.
كما أوردت الوكالة أن الجماعات المسلحة ارتكبت مجزرة جديدة في بلدة "يلدا" بريف دمشق راح ضحيتها عشرون مدنيا.
وفي حلب شمالي البلاد تضاربت الانباء حول انسحاب المسلحين بعد التقدم الكبير الذي حققه الجيش في احياء مهمة بالمدينة وطرد المسلحين منها.
وأفادت وكالة سانا أن الجهات المختصة تصدت لمسلحين يستقلون سيارات رباعية الدفع مجهزة برشاشات، على الطريق بين "حلب" و"الرقة" وأوقعت عددا كبيرا من القتلى والإصابات.
solawat
No comments:
Post a Comment