Ayatullah Jafaar Hadi Soalan Syiah di Malaysia (wawancara)
Wawancara Ayatullah Jafaar Hadi Soal Syiah di Malaysia
Belum lama ini, polisi dan JAIS (Jabatan Agama Islam Selangor) menggerebek komunitas pengikut Ahlul Bait as di Malaysia. Tepatnya pada tanggal 10 Muharam, komunitas Syiah digerebek saat memperingati Hari Kesyahidan Imam Husein as di Gombak, Kuala Lumpur.
Setelah peristiwa penggerebekan, media-media lokal malah memperkeruh suasana dengan memunculkan berbagai tudingan atas madzhab Ahlul Bait. Berbagai tudingan tak berdasar itu mendorong kontributor IRIB di Qom mewawancarai Ayatollah Jaafar Hadi. Kebetulan, Ayatollah Jafaar Hadi (AJF) adalah salah satu ulama yang seringkali berkunjung ke Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Kontributor IRIB mendapat kesempatan untuk mewawancarai Ayatollah Jaafar Hadi guna menanggapi isu-isu yang berkembang terakhir ini di nusantara.
IRIB: Pengikut madzhab Ahlul Bait yang juga diistilahkan dengan Syiah dituding melakukan revolusi dan menjatuhkan sistem kerajaan di Malaysia seperti yang dilakukan Imam Khomenei ra dalam meruntuhkan sistem kerajaan di Iran.
Kami sangat menghormati undang-undang di Malaysia, bahkan turut membantu menjaga keamanan negara ini. Kami juga berpesan ke
Syiah sama sekali tidak bertujuan menjatuhkan sistem kerajaan. Di Iran terdapat orang Syiah, bahkan lebih kurang 1000 tahun, negara ini berada di bawah sistem kerajaan seperti Raja Nasruddin Syah, Raja Qajariah dan lain-lain. Para Raja juga bekerjasama dengan ulama dan membimbing masyarakat di negara ini. Untuk itu, tidaklah logis jika para pengikut Ahlul Bait as dituding menjatuhkan sistem kerajaan.Raja di Malaysia adalah muslim dan figur yang berakal. Untuk itu, tidak terlintas sedikitpun di benak orang Syiah untuk menjatuhkan sistem kerajaan yang dikendalikan raja muslim dan berakal. Ini hanya ulah sejumlah pihak yang berusaha memprovokasi kondisi.Belum lama ini, polisi dan JAIS (Jabatan Agama Islam Selangor) menggerebek komunitas pengikut Ahlul Bait as di Malaysia. Tepatnya pada tanggal 10 Muharam, komunitas Syiah digerebek saat memperingati Hari Kesyahidan Imam Husein as di Gombak, Kuala Lumpur.
Setelah peristiwa penggerebekan, media-media lokal malah memperkeruh suasana dengan memunculkan berbagai tudingan atas madzhab Ahlul Bait. Berbagai tudingan tak berdasar itu mendorong kontributor IRIB di Qom mewawancarai Ayatollah Jaafar Hadi. Kebetulan, Ayatollah Jafaar Hadi (AJF) adalah salah satu ulama yang seringkali berkunjung ke Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Kontributor IRIB mendapat kesempatan untuk mewawancarai Ayatollah Jaafar Hadi guna menanggapi isu-isu yang berkembang terakhir ini di nusantara.
IRIB: Pengikut madzhab Ahlul Bait yang juga diistilahkan dengan Syiah dituding melakukan revolusi dan menjatuhkan sistem kerajaan di Malaysia seperti yang dilakukan Imam Khomenei ra dalam meruntuhkan sistem kerajaan di Iran.
Kami sangat menghormati undang-undang di Malaysia, bahkan turut membantu menjaga keamanan negara ini. Kami juga berpesan ke
pada warga Syiah supaya menghormati dan menjaga undang-undang negara Malaysia. Untuk itu, kami ketika hendak melakukan kunjungan ke negara ini, harus melewati beberapa prosedur dan mengikuti peraturan seperti mengambil visa. Kami tidak membawa sesuatu yang tidak benar ke sana, bahkan ketika ingin menikah, kami pasti akan merujuk kepada hakim syar'I yang ditetapkan oleh Malaysia. Kemudian manakah tudingan yang menegaskan para pengikut Ahlul Bait mau meruntuhkan sistem kerajaan Malaysia?!!!
Apalagi Malaysia adalah negara Islam. Untuk itu, kami turut menghormati golongan yang bukan Islam. Sebab, Islam menyebutkan , "Tepatilah janji dan jagalah kepada mereka yang telah melakukan muamalah dengan kamu". Dalam istilah fikih disebutkan "Awfuu Bil Uquud" yang artinya, Tepatilah Perjanjian.
Kami sepakat dengan negara Malaysia yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Kami sama sekali tidak mencampuri urusan dalam negeri. Tujuan pengikut Ahlul Bait di manapun berada adalah ingin menjadi rakyat yang baik dan mukmin yang dicintai dan dianjurkan keluarga suci Rasulullah Saw yang tentunya hal ini juga disukai oleh pemerintah Malaysia. Kemudian apa yang disengketakan? Semua tuduhan itu adalah klaim tak berdasar.
Dugaan yang tersebar menyebutkan bahwa Syiah mempunyai tujuan politik dan ingin menjatuhkan sistem kerajaan. Ini adalah pernyataan yang sama sekali tidak benar. Kami sendiri di Iran pernah mempunyai sistem kerajaan, tapi kemudian berubah menjadi sistem republik. Problema kami bukan terletak pada sistem kerajaan tapi pada raja-raja yang fasik dan lalim saat itu. Raja yang dijatuhkan di Iran adalah raja yang fasiq. Keluarga raja di Iran saat itu juga fasiq, bahkan sistemnya juga fasiq.
Kami tegaskan bahwa Syiah tidak menentang sistem kerajaan. Akan tetapi penentangan kami terletak pada kefasikannya. Karena itu, Imam Khomeini ra sendiri pernah berada di bawah sistem kerajaan bahkan dalam masa yang relatif lama. Imam juga turut menasehati raja yang berkuasa saat itu. Akan tetapi raja saat itu tetap melakukan kefasikan.
Sekali lagi, kami tegaskan bahwa kami sama sekali tidak menentang sistem kerajaan. Apalagi sepanjang 1000 tahun, Iran berada di bawah sistem kerajaan, bahkan banyak ulama yang hidup di bawah sistem ini, seperti Allamah Majlisi. Kitab Bihar karya Allamah Majlisi yang cukup terkenal juga ditulis di masa sistem kerajaan. Ini membuktikan bahwa Syiah tidak mempunyai masalah dengan sistem kerajaan.
IRIB: Syiah dituding menghalalkan darah orang selain Syiah, bahkan membenarkan membunuh para pengikut madzhab atau agama lain.
Ini adalah kebohongan semata. Lihat perpustakaan kami! Di sana banyak terdapat kitab-kitab bukan Syiah. Bahkan kami menikah dengan non-Syiah dan mengawinkan anak perempuan kami dengan pengikut non-Syiah. Kalangan Ahlus Sunnah juga melakukan hal yang sama. Kami melakukan jual-beli dengan mereka. Silahkan lihat dalam kitab Fikih Al Madzhahib Al-Arbaah yang juga kitab Ahlus Sunnah terkenal. Semuanya disebutkan dalam kitab itu. Untuk itu, tuduhan yang ada tidaklah berdasar dan palsu.
Buktikan bahwa kami menghalalkan darah selain Syiah. Di Iran, khususnya di wilayah utara, ada mazhab Hanbali, Hanafi dan Syafi'e. Di Irak juga demikian sama seperti di Iran. Semuanya adalah bersaudara dan bersahabat. Silahkan lihat dalam parlemen Irak. Semua mazhab ada di sana.
IRIB: Kehadiran Syiah di Malaysia dianggap mengancam keselamatan negara.
Pengikut Ahlul Bait AS di Malaysia adalah diantara warga setia kepada undang-undang, bahkan ketika negara memerlukannya untuk membela negara, dapat dipastikan bahwa pemuda-pemuda Syiah akan berada di front terdepan mempertahankan kedaulatan Malaysia. Mereka pasti akan berkhidmat demi negara.
Keberadaan kami dapat dianggap berbahaya jika kami menentang negara ini dan kerajaan di negara ini. Kami bukanlah komunis yang menentang sistem di negara ini atau mau meruntuhkan sistem kerajaan di Malaysia.
Apa yang dapat dilakukan pemuda-pemuda Syiah di Malaysia?!! Apalagi jumlahnya sedikit. Kami tidak akan mampu melakukan perlawanan sekarang, dan bahkan dalam 50 tahun mendatang. Kami tidak akan melakukan perlawanan sama sekali. Sistem di Malaysia adalah sistem yang kuat. Di negara ini ada raja, tentara, perdana menteri, parlemen, menteri dan instansi-instansi lainnya. Apalagi Iran mempunyai hubungan baik dengan Malaysia. Seperti di masa kepemimpinan Dr. Mahadhir Muhammad, Malaysia mempunyai hubungan yang sangat baik dengan para pembesar Republik Islam Iran.
IRIB: Syiah dituding tidak mewajibkan ibadah haji
Ini adalah kekeliruan lain dalam menilai ajaran Syiah. Silahkan baca kitab-kitab fikih kami seperti manasik haji karya Imam Khomeini ra dan marji-marji besar Syiah lainnya. Setiap tahun, 200 ribu warga Iran menunaikan ibadah haji dan 1 juta warga Iran juga menunaikan ibadah umrah. Berdasarkan data, banyak dari kalangan mahasiswa yang menunaikan ibadah haji dan umrah.
Ini adalah tuduhan yang aneh. Kami juga mempunyai hubungan dengan Arab Saudi. Kedutaan Arab Saudi juga ada di Iran, dan kedutaan Iran juga ada di Arab Saudi. Terus terang, saya malah tidak pernah mendengar tudingan yang menyebutkan bahwa Syiah tidak menunaikan haji. Saya sendiri sudah menunaikan ibadah haji sebanyak 19 kali.
Sumber : IRIB NEWS
Apalagi Malaysia adalah negara Islam. Untuk itu, kami turut menghormati golongan yang bukan Islam. Sebab, Islam menyebutkan , "Tepatilah janji dan jagalah kepada mereka yang telah melakukan muamalah dengan kamu". Dalam istilah fikih disebutkan "Awfuu Bil Uquud" yang artinya, Tepatilah Perjanjian.
Kami sepakat dengan negara Malaysia yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Kami sama sekali tidak mencampuri urusan dalam negeri. Tujuan pengikut Ahlul Bait di manapun berada adalah ingin menjadi rakyat yang baik dan mukmin yang dicintai dan dianjurkan keluarga suci Rasulullah Saw yang tentunya hal ini juga disukai oleh pemerintah Malaysia. Kemudian apa yang disengketakan? Semua tuduhan itu adalah klaim tak berdasar.
Dugaan yang tersebar menyebutkan bahwa Syiah mempunyai tujuan politik dan ingin menjatuhkan sistem kerajaan. Ini adalah pernyataan yang sama sekali tidak benar. Kami sendiri di Iran pernah mempunyai sistem kerajaan, tapi kemudian berubah menjadi sistem republik. Problema kami bukan terletak pada sistem kerajaan tapi pada raja-raja yang fasik dan lalim saat itu. Raja yang dijatuhkan di Iran adalah raja yang fasiq. Keluarga raja di Iran saat itu juga fasiq, bahkan sistemnya juga fasiq.
Kami tegaskan bahwa Syiah tidak menentang sistem kerajaan. Akan tetapi penentangan kami terletak pada kefasikannya. Karena itu, Imam Khomeini ra sendiri pernah berada di bawah sistem kerajaan bahkan dalam masa yang relatif lama. Imam juga turut menasehati raja yang berkuasa saat itu. Akan tetapi raja saat itu tetap melakukan kefasikan.
Sekali lagi, kami tegaskan bahwa kami sama sekali tidak menentang sistem kerajaan. Apalagi sepanjang 1000 tahun, Iran berada di bawah sistem kerajaan, bahkan banyak ulama yang hidup di bawah sistem ini, seperti Allamah Majlisi. Kitab Bihar karya Allamah Majlisi yang cukup terkenal juga ditulis di masa sistem kerajaan. Ini membuktikan bahwa Syiah tidak mempunyai masalah dengan sistem kerajaan.
IRIB: Syiah dituding menghalalkan darah orang selain Syiah, bahkan membenarkan membunuh para pengikut madzhab atau agama lain.
Ini adalah kebohongan semata. Lihat perpustakaan kami! Di sana banyak terdapat kitab-kitab bukan Syiah. Bahkan kami menikah dengan non-Syiah dan mengawinkan anak perempuan kami dengan pengikut non-Syiah. Kalangan Ahlus Sunnah juga melakukan hal yang sama. Kami melakukan jual-beli dengan mereka. Silahkan lihat dalam kitab Fikih Al Madzhahib Al-Arbaah yang juga kitab Ahlus Sunnah terkenal. Semuanya disebutkan dalam kitab itu. Untuk itu, tuduhan yang ada tidaklah berdasar dan palsu.
Buktikan bahwa kami menghalalkan darah selain Syiah. Di Iran, khususnya di wilayah utara, ada mazhab Hanbali, Hanafi dan Syafi'e. Di Irak juga demikian sama seperti di Iran. Semuanya adalah bersaudara dan bersahabat. Silahkan lihat dalam parlemen Irak. Semua mazhab ada di sana.
IRIB: Kehadiran Syiah di Malaysia dianggap mengancam keselamatan negara.
Pengikut Ahlul Bait AS di Malaysia adalah diantara warga setia kepada undang-undang, bahkan ketika negara memerlukannya untuk membela negara, dapat dipastikan bahwa pemuda-pemuda Syiah akan berada di front terdepan mempertahankan kedaulatan Malaysia. Mereka pasti akan berkhidmat demi negara.
Keberadaan kami dapat dianggap berbahaya jika kami menentang negara ini dan kerajaan di negara ini. Kami bukanlah komunis yang menentang sistem di negara ini atau mau meruntuhkan sistem kerajaan di Malaysia.
Apa yang dapat dilakukan pemuda-pemuda Syiah di Malaysia?!! Apalagi jumlahnya sedikit. Kami tidak akan mampu melakukan perlawanan sekarang, dan bahkan dalam 50 tahun mendatang. Kami tidak akan melakukan perlawanan sama sekali. Sistem di Malaysia adalah sistem yang kuat. Di negara ini ada raja, tentara, perdana menteri, parlemen, menteri dan instansi-instansi lainnya. Apalagi Iran mempunyai hubungan baik dengan Malaysia. Seperti di masa kepemimpinan Dr. Mahadhir Muhammad, Malaysia mempunyai hubungan yang sangat baik dengan para pembesar Republik Islam Iran.
IRIB: Syiah dituding tidak mewajibkan ibadah haji
Ini adalah kekeliruan lain dalam menilai ajaran Syiah. Silahkan baca kitab-kitab fikih kami seperti manasik haji karya Imam Khomeini ra dan marji-marji besar Syiah lainnya. Setiap tahun, 200 ribu warga Iran menunaikan ibadah haji dan 1 juta warga Iran juga menunaikan ibadah umrah. Berdasarkan data, banyak dari kalangan mahasiswa yang menunaikan ibadah haji dan umrah.
Ini adalah tuduhan yang aneh. Kami juga mempunyai hubungan dengan Arab Saudi. Kedutaan Arab Saudi juga ada di Iran, dan kedutaan Iran juga ada di Arab Saudi. Terus terang, saya malah tidak pernah mendengar tudingan yang menyebutkan bahwa Syiah tidak menunaikan haji. Saya sendiri sudah menunaikan ibadah haji sebanyak 19 kali.
Sumber : IRIB NEWS
Fikih Persatuan dalam Pandangan Imam Musa Shadr
Oleh: Hujatul Islam wal Muslimin Abdurrahim Abazari
Ayatullah Borujerdi memiliki pandangan positif terhadap pendekatan fikih dan melakukan inisiatif besar dengan menuliskan lebih dari 400 fatwa mengenai ibadah haji yang bersumber dari riwayat-riwayat dari Imam Shadiq, yang juga disebutkan dalam Sihah Sittah (enam kitab hadis shahih yang diyakini oleh Ahlussunnah) dan diterima oleh ulama Syiah; kemudian Ayatullah Borujerdi mengirimkan 400 fatwa tersebut kepada Kerajaan Saudi agar manasik Haji dapat dijalankan sesuai dengan riwayat dan dasar-dasar yang diterima setiap mazhab; sehingga setiap Muslim yang menjalankannya dapat benar-benar mendapatkan manfaat yang seutuhnya.
Para tokoh politik dan pemikir Muslim sepanjang sejarah selalu memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah persatuan umat Islam. Mereka memberi kontribusi besar di bidang ukhuwah islamiyyah (persaudaraan sesama Islam) dan mereka selalu memprioritaskan hal ini sebagai kunci kemaslahatan umat Islam sedunia.
Salah satu fukaha (ahli fikih) ternama Syi’ah, Syaikh Thusi, menulis kitab yang begitu berharga berjudul Al Khilaf (perbedaan). Penulisan buku tersebut mendorong pembahasan fikih tatbiqi (fikih penerapan) dan fiqih muqarin (fikih perbandingan) antar empat mazhab. Setelah Syaikh Thusi, Allamah Hilli melanjutkan langkah Syaikh Thusi dimana beliau menulis kitab At Tadzkirah. Pada abad-abad berikutnya, banyak tokoh-tokoh besar bermunculan; di antaranya seperti Sayid Jamaluddin Astarabadi, Syaikh Muhammad Husain Kasyiful Ghita, Syaikh Muhammad Abduh, dst. Mereka dengan gigih memperjuangkan terwujudnya persatuan umat Islam. Di masa itu pula ada Ayatullah Sayid Abdul Husain Syarafuddin di Lebanon, Ayatullah Borujerdi dan Syaikh Muhammad Taqi Qumi di Iran, Syaikh Mahmud Syaltut dan Syaikh Muhammad Madani di Mesir. Para pelopor pendekatan antar mazhab tersebut mengerahkan daya dan upaya untuk meneruskan gagasn cemerlang dan mulia ini.
Lambat laun, dibentuklah lembaga Darut Taqrib (Lembaga Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam) di Kairo, Mesir. Kegiatan lembaga ini meliputi penulisan artikel dan buku, penyelenggaraan konferensi dan rapat-rapat berkenaan dengan pendekatan mazhab-mazhab Islam. Untuk pertama kalinya para tokoh dari berbagai mazhab berkumpul bersama dan Universitas Al Azhar pun memberi kesempatan kepada seluruh mazhab Islam untuk dikaji dan dipelajari secara terbuka di sana. Pentingnya Pendekatan Fikih
Dalam pandangan Imam Musa Shadr, semua upaya dan usaha ini merupakan langkah positif, suci dan suatu keniscayaan dalam mewujudkan persatuan umat Islam. Bagi beliau, kita tidak boleh berasumsi bahwa kita telah menjalankan langkah terakhir di jalan ini. Beliau memiliki pandangan khusus dalam metodenya yang disebut taqrib fiqhi (pendekatan fikih). Beliau selalu berkata: “Fiqh tatbiqi (fikih penerapan) adalah bibit mulia yang menentukan metode pendekatan fikih dan persatuan hukum syariat.”[1] Jadi menurut beliau, langkah para pendahulu kita merupakan sarana terbaik bagi kita di zaman sekarang untuk mengembangkan pendekatan fikih. Imam Musa Shadr menganggap diskusi antar tokoh mazhab, penulisan buku dan artikel, dan upaya-upaya semacam itu masihlah belum optimal. Beliau menganggap taqrib fiqhi sebagai penyempurna upaya kita dalam mewujudkan persatuan umat Islam.
Jelas sekali maksud Imam Musa Shadr tentang pendekatan fikih bukan berarti tidak boleh ada perbedaan fatwa di kalangan fukaha; karena itu sama sekali tidak masuk akal. Menurut beliau, bahkan perbedaan pendapat umat dalam pemikiran adalah rahmat, sebagaimana sebuah hadis menyatakan hal itu. Justru perbedaan pemikiran dan pandangan ilmiah akan membawa berkah dan kemajuan bagi para mujtahid. Namun jika perbedaan itu keluar dari ruang lingkup teori dan keilmuan dan menjadi syiar serta fatwa yang harus diamalkan setiap umat, maka persengketaan, perselisihan, dan buruk sangka tidak dapat dihindarkan. Oleh karenanya, sebisa mungkin dampak negatif tersebut harus dihindari.
Sebagai seorang fakih dan pakar dalam masalah agama, Imam Musa Shadr selalu waspada dalam mengikuti perkembangan masalah-masalah sosial-politik Timur Tengah, Dunia Islam dan Barat. Beliau memiliki hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh kedua belah pihak. Beliau sangat menyadari kelemahan dan kekurangan masyarakat Muslim. Baginya adalah suatu hal yang sangat disayangkan sekali bahwa setiap tahun umat Islam melaksanakan ibadah Haji bersama-sama dengan begitu megah, namun dikarenakan perbedaan-perbedaan partikular mereka rela menanggalkan persatuan dan kehilangan kekuatannya. Beliau selalu memikirkan cara bagaimana agar umat Islam tidak berselisih hanya karena masalah melihat hilal; dan sebagai gantinya hendaklah kaum Muslimin mengerahkan tenaganya di bidang kemajuan iptek sehingga terwujud kembali keagungan Islam.
Bagitu tinggi angan-angan Imam Musa Shadr dalam mewujudkan persatuan sampai-sampai beliau ingin melihat umat Islam melakukan shalat berjamaah, mengumandangkan azan, dan merayakan hari raya di satu waktu yang sama. Karena menurut beliau, kebersamaan dan persatuan ini lebih dahsyat ledakannya daripada bom atom sekalipun, khususnya bagi negara-negara adidaya; dan juga merupakan jaminan kuatnya Islam dan kaum Muslimin di hadapan tipu muslihat dan siasat musuh untuk selamanya.
Pada tanggal 27 Rajab 1389 H yang bertepatan dengan hari bi’tsah (hari pengangkatan Nabi saw sebagai utusan Allah Swt) untuk pertama kalinya beliau mengutarakan suara hatinya ini dalam sepucuk surat kepada Syaikh Hasan Khalid, Mufti Suni Lebanon.[2] Kemudian pada bulan Dzul Hijjah di tahun yang sama, beliau hadir pada konfrensi tahunan “Majma’ Buhuts Islami” dan menjelaskan pandangannya di hadapan tokoh terkemuka dunia Islam.[3] Pandangan beliau mendapat sambutan yang cukup hangat; dan karena itu pula beliau diterima menjadi anggota tetap lembaga ini.
Dalam wawancara bersama majalah Al Mushawir cetakan Kairo, dalam menjawab sebuah pertanyaan tentang persatuan, lagi-lali beliau menekankan masalah pendekatan fikih seraya berkata: “Hal itu (persatuan umat) akan terwujud jika pendekatan dan persatuan fikih telah terwujud sebelumnya. Persatuan tidak akan terwujud hanya dengan diadakannya konferensi-konferensi antar tokoh mazhab-mazhab. Saya menaruh harapan akan terwujudnya pendekatan fikih kepada lembaga yang terdiri dari tokoh-tokoh berbagai mazhab ini. Kairo juga seharusnya menunjukkan kemampuannya dalam bidang ini, karena Kairo memiliki posisi yang begitu strategsi di dunia Islam.”[4]
Imam Musa Shadr memanfaatkan segala kesempatan seoptimal mungkin dan beliau selalu merundingkan masalah ini dengan tokoh-tokoh dari berbagai mazhab dan juga para pakar politik dunia Islam. Pada tahun berikutnya, yakni pada tanggal 19/4/1971 seusai mengikuti konferensi keenam Majma’ Buhuts Islami di Kairo, dalam pertemuannya dengan para tentara di Kanal Suez, seraya menekankan jihad melawan Israel, untuk kesekian kalinya beliau menekankan pendekatan fikih dan meneriakkan motto “Persatuan adalah syiar agamaku!”[5]
Pada tahun 1973 saat beliau menghadiri konferensi “Mengenal Pemikiran Islam”, dalam wawancaranya bersama majalah Al Mujahid, beliau juga menekankan kembali prinsip persatuan tersebut.[6]
Posibilitas Pendekatan Fikih
Imam Musa Shadr berkeyakinan bahwa tema fikih adalah perbuatan para mukallaf, dan fikih sendiri adalah teori kehidupan seorang Muslim sejak lahir hingga mati. Menurut beliau, persatuan yang hakiki bertumpu pada pendekatan fikih. Karena jika tidak didasari pendekatan fikih, persatuan tidak akan langgeng dan sirna dengan berjalannya waktu. Beliau begitu yakin dengan persatuan ini dan bahwa konsep tersebut dapat dijalankan. Dalam konferensi ke-6 Majma’ Buhuts Islami, saat beliau memaparkan konsep yang beliau miliki secara detail, beliau mendapat sambutan meriah dari para hadirin. Beberapa tahun sebelumnya, dalam surat yang ditulis untuk Syaikh Hasan Khalid beliau berkata:
“Misalnya, dalam menentukan hilal, kita dapat menggunakan cara modern dan ilmiah untuk mengetahui keadaan bulan, sehingga semua umat Islam di dunia dapat merayakan hari raya di waktu yang sama dan kita tidak perlu bersusah payah lagi dalam masalah ini. Kemudian dalam masalah azan, misalnya; kita bisa merundingkan dan mengkaji kembali bagaimanakah azan yang sebaiknya yang sekiranya dapat diterima oleh semua kalangan umat Islam?”[7]
Pendekatan dan persatuan fikih dalam pandangan Imam Musa Shadr adalah bak emas permata yang begitu berharga dan beliau tak pernah ragu untuk memperjuangkannya. Di masa hayat gurunya, Ayatullah Borujerdi, beliau menyaksikan dari dekat bukti kecil dari keampuhan konsep pendekatan fikih. Oleh karena itu, beliau menyadari bahwa umat Islam selangkah telah maju dalam pendekatan fikih. Di waktu itu, Ayatullah Borujerdi juga memiliki pandangan positif terhadap pendekatan fikih dan melakukan inisiatif besar dengan menuliskan lebih dari 400 fatwa mengenai ibadah haji yang bersumber dari riwayat-riwayat dari Imam Shadiq, yang juga disebutkan dalam Sihah Sittah (enam kitab hadis shahih yang diyakini oleh Ahlussunnah) dan diterima oleh ulama Syiah; kemudian Ayatullah Borujerdi mengirimkan 400 fatwa tersebut kepada Kerajaan Saudi agar manasik Haji dapat dijalankan sesuai dengan riwayat dan dasar-dasar yang diterima setiap mazhab; sehingga setiap Muslim yang menjalankannya dapat benar-benar mendapatkan manfaat yang seutuhnya.[8]
ّFoto: Ayatullah Borujerdi
Fatwa dan hukum-hukum yang dikirimkan melalui sebuah surat tersebut mendapatkan sambutan dari berbagai belah pihak dan teks lengkapnya dicetak dalam majalah Risalatul Islam dan juga majalah-majalah Arab Saudi lainnya.[9]
Dalam pandangan Imam Musa Shadr, untuk mewujudkan langkah pertama pendekatan fikih, diperlukan kerjasama dan kesepakatan seluruh tokoh mazhab-mazhab dunia Islam. Jika ulama menyadari pentingnya permasalahan ini dan berupaya sebaik mungkin di jalan tersebut, maka tak diragukan lagi bahwa umat Islam akan memetik buahnya di kemudian hari. Oleh karenanya, di akhir suratnya beliau meminta kepada semua ulama yang memiliki jiwa tulus dan ikhlas untuk bekerjasama dengannya.
Urgensi Pendekatan Fikih
Imam Musa Shadr pada akhir dekade 40 dan di permulaan dekade 50, begitu menekankan persatuan fikih. Di era globalisasi ini, dengan runtuhnya Rezim Uni Soviet, kini dunia memiliki satu kutub yaitu dunia Barat yang selalu mengajak penduduk bumi untuk menjadikannya sebagai teladan. Mereka menggunakan segala macam media dan kemajuan teknologi sebagai alat mengarahkan umat manusia kepada dunia Barat. Di era globalisasi ini, di mana dunia telah menjadi satu kampung kecil; dunia Islam adalah penggalan-penggalan teritorial kecil yang berserakan dan kebutuhan pada pendekatan fikih semakin begitu jelas dirasakan demi persatuan kaum Muslimin.
Hari ini kekuatan adidaya dan Zionisme sedang gencar-gencarnya merampas kekayaan materi dan spiritual negeri-negeri Islam. Di saat seperti inilah para ulama dan pemikir Islam seharusnya bangkit guna melenyapkan faktor-faktor perpecahan umat dan mengupayakan cara yang terbaik demi terwujudnya persatuan fikih. Karena hanya itulah jalan yang dapat ditempuh untuk terjaganya Islam dan kemuliaannya. Tidak masuk akal di lingkungan Islam yang begitu sempit ini setiap orang meneriakkan syiar-syiar perbedaan dan masing-masing hanya mau menjalankan amal syar’i-nya sendiri. Islam membutuhkan persatuan umat untuk memerangi kemunafikan yang telah mendunia; Islam menuntut persatuan umat untuk terciptanya kembali peradabannya yang agung; dan persatuan itu tidak akan terwujud tanpa pendekatan fikih.
Para fukaha, pemikir dan ulama Qom memiliki kesempatan untuk mewujudkan tujuan ini. Selain Ayatullah Borujerdi yang telah disinggung sebelumnya, masih ada dua fukaha lainnya yang turut andil guna mewujudkan pendekatan fikih. Mereka adalah Ayatullah Sayid Mahdi Ruhani dan Almarhum Ayatullah Mirza Ali Ahmadi. Mereka mewariskan karya pusaka yang berjudul Ahaditsu Ahlil bait min Thuruqi Ahlis Sunnah (hadis-hadis Ahlulbait dari jalur Ahlussunnah). Dengan demikian terbukalah pintu lebar bagi ulama dan pemikir masa kini untuk meneruskan perjuangan mereka di jalan pendekatan fikih. Tak syak lagi, sebaik-baik ungkapan terimakasih kita terhadap jasa mereka adalah melanjutkan jerih payah yang telah mereka lakukan.
Sumber: Buletin mingguan-Pegah e Howze,2008, edisi 207(Taghrib)
[1] Penggalan dari surat beliau untuk Syaikh Hasan Khalid.
[2] Majalah Sorush, edisi 161, tahun ke-4, halaman 34; Imam Musa Shadr, Sorush e Wahdat, halaman 96.
[3] Imam Musa Shadr, Sorush e Wahdat, halaman 106.
[4] Teks lengkap wawancara beliau pada tanggal 3/7/1970 dicetak dalam majalah Al Anwar, Libanon.
[5] Surat Kabar Al Muharrar, Beirut, 20/3/1971.
[6] Surat Kabar Al Mujaihd, edisi 678, Rajab 1393 H. / 1973 M.
[7] Imam Musa Shadr Omid e Mahruman, halaman 277.
[8] Majalah Hauzah, edisi 43 – 44, halaman 83.
[9] Zendegani Ayatullah Borujerdi, Muhammad Waiz Zade Khurasani, halaman 377.
TQ.RYAN RADHI
Ayatullah Borujerdi memiliki pandangan positif terhadap pendekatan fikih dan melakukan inisiatif besar dengan menuliskan lebih dari 400 fatwa mengenai ibadah haji yang bersumber dari riwayat-riwayat dari Imam Shadiq, yang juga disebutkan dalam Sihah Sittah (enam kitab hadis shahih yang diyakini oleh Ahlussunnah) dan diterima oleh ulama Syiah; kemudian Ayatullah Borujerdi mengirimkan 400 fatwa tersebut kepada Kerajaan Saudi agar manasik Haji dapat dijalankan sesuai dengan riwayat dan dasar-dasar yang diterima setiap mazhab; sehingga setiap Muslim yang menjalankannya dapat benar-benar mendapatkan manfaat yang seutuhnya.
Para tokoh politik dan pemikir Muslim sepanjang sejarah selalu memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah persatuan umat Islam. Mereka memberi kontribusi besar di bidang ukhuwah islamiyyah (persaudaraan sesama Islam) dan mereka selalu memprioritaskan hal ini sebagai kunci kemaslahatan umat Islam sedunia.
Salah satu fukaha (ahli fikih) ternama Syi’ah, Syaikh Thusi, menulis kitab yang begitu berharga berjudul Al Khilaf (perbedaan). Penulisan buku tersebut mendorong pembahasan fikih tatbiqi (fikih penerapan) dan fiqih muqarin (fikih perbandingan) antar empat mazhab. Setelah Syaikh Thusi, Allamah Hilli melanjutkan langkah Syaikh Thusi dimana beliau menulis kitab At Tadzkirah. Pada abad-abad berikutnya, banyak tokoh-tokoh besar bermunculan; di antaranya seperti Sayid Jamaluddin Astarabadi, Syaikh Muhammad Husain Kasyiful Ghita, Syaikh Muhammad Abduh, dst. Mereka dengan gigih memperjuangkan terwujudnya persatuan umat Islam. Di masa itu pula ada Ayatullah Sayid Abdul Husain Syarafuddin di Lebanon, Ayatullah Borujerdi dan Syaikh Muhammad Taqi Qumi di Iran, Syaikh Mahmud Syaltut dan Syaikh Muhammad Madani di Mesir. Para pelopor pendekatan antar mazhab tersebut mengerahkan daya dan upaya untuk meneruskan gagasn cemerlang dan mulia ini.
Lambat laun, dibentuklah lembaga Darut Taqrib (Lembaga Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam) di Kairo, Mesir. Kegiatan lembaga ini meliputi penulisan artikel dan buku, penyelenggaraan konferensi dan rapat-rapat berkenaan dengan pendekatan mazhab-mazhab Islam. Untuk pertama kalinya para tokoh dari berbagai mazhab berkumpul bersama dan Universitas Al Azhar pun memberi kesempatan kepada seluruh mazhab Islam untuk dikaji dan dipelajari secara terbuka di sana. Pentingnya Pendekatan Fikih
Dalam pandangan Imam Musa Shadr, semua upaya dan usaha ini merupakan langkah positif, suci dan suatu keniscayaan dalam mewujudkan persatuan umat Islam. Bagi beliau, kita tidak boleh berasumsi bahwa kita telah menjalankan langkah terakhir di jalan ini. Beliau memiliki pandangan khusus dalam metodenya yang disebut taqrib fiqhi (pendekatan fikih). Beliau selalu berkata: “Fiqh tatbiqi (fikih penerapan) adalah bibit mulia yang menentukan metode pendekatan fikih dan persatuan hukum syariat.”[1] Jadi menurut beliau, langkah para pendahulu kita merupakan sarana terbaik bagi kita di zaman sekarang untuk mengembangkan pendekatan fikih. Imam Musa Shadr menganggap diskusi antar tokoh mazhab, penulisan buku dan artikel, dan upaya-upaya semacam itu masihlah belum optimal. Beliau menganggap taqrib fiqhi sebagai penyempurna upaya kita dalam mewujudkan persatuan umat Islam.
Jelas sekali maksud Imam Musa Shadr tentang pendekatan fikih bukan berarti tidak boleh ada perbedaan fatwa di kalangan fukaha; karena itu sama sekali tidak masuk akal. Menurut beliau, bahkan perbedaan pendapat umat dalam pemikiran adalah rahmat, sebagaimana sebuah hadis menyatakan hal itu. Justru perbedaan pemikiran dan pandangan ilmiah akan membawa berkah dan kemajuan bagi para mujtahid. Namun jika perbedaan itu keluar dari ruang lingkup teori dan keilmuan dan menjadi syiar serta fatwa yang harus diamalkan setiap umat, maka persengketaan, perselisihan, dan buruk sangka tidak dapat dihindarkan. Oleh karenanya, sebisa mungkin dampak negatif tersebut harus dihindari.
Sebagai seorang fakih dan pakar dalam masalah agama, Imam Musa Shadr selalu waspada dalam mengikuti perkembangan masalah-masalah sosial-politik Timur Tengah, Dunia Islam dan Barat. Beliau memiliki hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh kedua belah pihak. Beliau sangat menyadari kelemahan dan kekurangan masyarakat Muslim. Baginya adalah suatu hal yang sangat disayangkan sekali bahwa setiap tahun umat Islam melaksanakan ibadah Haji bersama-sama dengan begitu megah, namun dikarenakan perbedaan-perbedaan partikular mereka rela menanggalkan persatuan dan kehilangan kekuatannya. Beliau selalu memikirkan cara bagaimana agar umat Islam tidak berselisih hanya karena masalah melihat hilal; dan sebagai gantinya hendaklah kaum Muslimin mengerahkan tenaganya di bidang kemajuan iptek sehingga terwujud kembali keagungan Islam.
Bagitu tinggi angan-angan Imam Musa Shadr dalam mewujudkan persatuan sampai-sampai beliau ingin melihat umat Islam melakukan shalat berjamaah, mengumandangkan azan, dan merayakan hari raya di satu waktu yang sama. Karena menurut beliau, kebersamaan dan persatuan ini lebih dahsyat ledakannya daripada bom atom sekalipun, khususnya bagi negara-negara adidaya; dan juga merupakan jaminan kuatnya Islam dan kaum Muslimin di hadapan tipu muslihat dan siasat musuh untuk selamanya.
Pada tanggal 27 Rajab 1389 H yang bertepatan dengan hari bi’tsah (hari pengangkatan Nabi saw sebagai utusan Allah Swt) untuk pertama kalinya beliau mengutarakan suara hatinya ini dalam sepucuk surat kepada Syaikh Hasan Khalid, Mufti Suni Lebanon.[2] Kemudian pada bulan Dzul Hijjah di tahun yang sama, beliau hadir pada konfrensi tahunan “Majma’ Buhuts Islami” dan menjelaskan pandangannya di hadapan tokoh terkemuka dunia Islam.[3] Pandangan beliau mendapat sambutan yang cukup hangat; dan karena itu pula beliau diterima menjadi anggota tetap lembaga ini.
Dalam wawancara bersama majalah Al Mushawir cetakan Kairo, dalam menjawab sebuah pertanyaan tentang persatuan, lagi-lali beliau menekankan masalah pendekatan fikih seraya berkata: “Hal itu (persatuan umat) akan terwujud jika pendekatan dan persatuan fikih telah terwujud sebelumnya. Persatuan tidak akan terwujud hanya dengan diadakannya konferensi-konferensi antar tokoh mazhab-mazhab. Saya menaruh harapan akan terwujudnya pendekatan fikih kepada lembaga yang terdiri dari tokoh-tokoh berbagai mazhab ini. Kairo juga seharusnya menunjukkan kemampuannya dalam bidang ini, karena Kairo memiliki posisi yang begitu strategsi di dunia Islam.”[4]
Imam Musa Shadr memanfaatkan segala kesempatan seoptimal mungkin dan beliau selalu merundingkan masalah ini dengan tokoh-tokoh dari berbagai mazhab dan juga para pakar politik dunia Islam. Pada tahun berikutnya, yakni pada tanggal 19/4/1971 seusai mengikuti konferensi keenam Majma’ Buhuts Islami di Kairo, dalam pertemuannya dengan para tentara di Kanal Suez, seraya menekankan jihad melawan Israel, untuk kesekian kalinya beliau menekankan pendekatan fikih dan meneriakkan motto “Persatuan adalah syiar agamaku!”[5]
Pada tahun 1973 saat beliau menghadiri konferensi “Mengenal Pemikiran Islam”, dalam wawancaranya bersama majalah Al Mujahid, beliau juga menekankan kembali prinsip persatuan tersebut.[6]
Posibilitas Pendekatan Fikih
Imam Musa Shadr berkeyakinan bahwa tema fikih adalah perbuatan para mukallaf, dan fikih sendiri adalah teori kehidupan seorang Muslim sejak lahir hingga mati. Menurut beliau, persatuan yang hakiki bertumpu pada pendekatan fikih. Karena jika tidak didasari pendekatan fikih, persatuan tidak akan langgeng dan sirna dengan berjalannya waktu. Beliau begitu yakin dengan persatuan ini dan bahwa konsep tersebut dapat dijalankan. Dalam konferensi ke-6 Majma’ Buhuts Islami, saat beliau memaparkan konsep yang beliau miliki secara detail, beliau mendapat sambutan meriah dari para hadirin. Beberapa tahun sebelumnya, dalam surat yang ditulis untuk Syaikh Hasan Khalid beliau berkata:
“Misalnya, dalam menentukan hilal, kita dapat menggunakan cara modern dan ilmiah untuk mengetahui keadaan bulan, sehingga semua umat Islam di dunia dapat merayakan hari raya di waktu yang sama dan kita tidak perlu bersusah payah lagi dalam masalah ini. Kemudian dalam masalah azan, misalnya; kita bisa merundingkan dan mengkaji kembali bagaimanakah azan yang sebaiknya yang sekiranya dapat diterima oleh semua kalangan umat Islam?”[7]
Pendekatan dan persatuan fikih dalam pandangan Imam Musa Shadr adalah bak emas permata yang begitu berharga dan beliau tak pernah ragu untuk memperjuangkannya. Di masa hayat gurunya, Ayatullah Borujerdi, beliau menyaksikan dari dekat bukti kecil dari keampuhan konsep pendekatan fikih. Oleh karena itu, beliau menyadari bahwa umat Islam selangkah telah maju dalam pendekatan fikih. Di waktu itu, Ayatullah Borujerdi juga memiliki pandangan positif terhadap pendekatan fikih dan melakukan inisiatif besar dengan menuliskan lebih dari 400 fatwa mengenai ibadah haji yang bersumber dari riwayat-riwayat dari Imam Shadiq, yang juga disebutkan dalam Sihah Sittah (enam kitab hadis shahih yang diyakini oleh Ahlussunnah) dan diterima oleh ulama Syiah; kemudian Ayatullah Borujerdi mengirimkan 400 fatwa tersebut kepada Kerajaan Saudi agar manasik Haji dapat dijalankan sesuai dengan riwayat dan dasar-dasar yang diterima setiap mazhab; sehingga setiap Muslim yang menjalankannya dapat benar-benar mendapatkan manfaat yang seutuhnya.[8]
ّFoto: Ayatullah Borujerdi
Fatwa dan hukum-hukum yang dikirimkan melalui sebuah surat tersebut mendapatkan sambutan dari berbagai belah pihak dan teks lengkapnya dicetak dalam majalah Risalatul Islam dan juga majalah-majalah Arab Saudi lainnya.[9]
Dalam pandangan Imam Musa Shadr, untuk mewujudkan langkah pertama pendekatan fikih, diperlukan kerjasama dan kesepakatan seluruh tokoh mazhab-mazhab dunia Islam. Jika ulama menyadari pentingnya permasalahan ini dan berupaya sebaik mungkin di jalan tersebut, maka tak diragukan lagi bahwa umat Islam akan memetik buahnya di kemudian hari. Oleh karenanya, di akhir suratnya beliau meminta kepada semua ulama yang memiliki jiwa tulus dan ikhlas untuk bekerjasama dengannya.
Urgensi Pendekatan Fikih
Imam Musa Shadr pada akhir dekade 40 dan di permulaan dekade 50, begitu menekankan persatuan fikih. Di era globalisasi ini, dengan runtuhnya Rezim Uni Soviet, kini dunia memiliki satu kutub yaitu dunia Barat yang selalu mengajak penduduk bumi untuk menjadikannya sebagai teladan. Mereka menggunakan segala macam media dan kemajuan teknologi sebagai alat mengarahkan umat manusia kepada dunia Barat. Di era globalisasi ini, di mana dunia telah menjadi satu kampung kecil; dunia Islam adalah penggalan-penggalan teritorial kecil yang berserakan dan kebutuhan pada pendekatan fikih semakin begitu jelas dirasakan demi persatuan kaum Muslimin.
Hari ini kekuatan adidaya dan Zionisme sedang gencar-gencarnya merampas kekayaan materi dan spiritual negeri-negeri Islam. Di saat seperti inilah para ulama dan pemikir Islam seharusnya bangkit guna melenyapkan faktor-faktor perpecahan umat dan mengupayakan cara yang terbaik demi terwujudnya persatuan fikih. Karena hanya itulah jalan yang dapat ditempuh untuk terjaganya Islam dan kemuliaannya. Tidak masuk akal di lingkungan Islam yang begitu sempit ini setiap orang meneriakkan syiar-syiar perbedaan dan masing-masing hanya mau menjalankan amal syar’i-nya sendiri. Islam membutuhkan persatuan umat untuk memerangi kemunafikan yang telah mendunia; Islam menuntut persatuan umat untuk terciptanya kembali peradabannya yang agung; dan persatuan itu tidak akan terwujud tanpa pendekatan fikih.
Para fukaha, pemikir dan ulama Qom memiliki kesempatan untuk mewujudkan tujuan ini. Selain Ayatullah Borujerdi yang telah disinggung sebelumnya, masih ada dua fukaha lainnya yang turut andil guna mewujudkan pendekatan fikih. Mereka adalah Ayatullah Sayid Mahdi Ruhani dan Almarhum Ayatullah Mirza Ali Ahmadi. Mereka mewariskan karya pusaka yang berjudul Ahaditsu Ahlil bait min Thuruqi Ahlis Sunnah (hadis-hadis Ahlulbait dari jalur Ahlussunnah). Dengan demikian terbukalah pintu lebar bagi ulama dan pemikir masa kini untuk meneruskan perjuangan mereka di jalan pendekatan fikih. Tak syak lagi, sebaik-baik ungkapan terimakasih kita terhadap jasa mereka adalah melanjutkan jerih payah yang telah mereka lakukan.
Sumber: Buletin mingguan-Pegah e Howze,2008, edisi 207(Taghrib)
[1] Penggalan dari surat beliau untuk Syaikh Hasan Khalid.
[2] Majalah Sorush, edisi 161, tahun ke-4, halaman 34; Imam Musa Shadr, Sorush e Wahdat, halaman 96.
[3] Imam Musa Shadr, Sorush e Wahdat, halaman 106.
[4] Teks lengkap wawancara beliau pada tanggal 3/7/1970 dicetak dalam majalah Al Anwar, Libanon.
[5] Surat Kabar Al Muharrar, Beirut, 20/3/1971.
[6] Surat Kabar Al Mujaihd, edisi 678, Rajab 1393 H. / 1973 M.
[7] Imam Musa Shadr Omid e Mahruman, halaman 277.
[8] Majalah Hauzah, edisi 43 – 44, halaman 83.
[9] Zendegani Ayatullah Borujerdi, Muhammad Waiz Zade Khurasani, halaman 377.
TQ.RYAN RADHI
Seputar Persoalan MLM, Sejarah,
Perkembangan dan Hukumnya
Menurut Kantor Berita ABNA, berikut kami nukilkan rekaman penyampaian ust. Ahmad Marzuki Amin (Abu Qurba) mengenai seputar MLM yang disampaikan dalam Diskusi Panel, "Bisnis MLM (Multi Level Marketing) dalam tinjauan" yang diadakan oleh HPI Iran 5 Mei lalu.
Kamis (5/5), Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) Iran sebagai organisasi pelajar Indonesia di Iran mengadakan Diskusi Panel, "Bisnis MLM (Multi Level Marketing) dalam Tinjauan". Hadir sebagai pembicara, Ust. Hasan Abu Ammar, Ust. Marzuki Amin dan Ust. Abdurrahman Arfan. Bertempat di Aula Sadr Madrasah Imam Khomeini Qom Iran, acara tersebut dihadiri sekitar 60an pelajar Indonesia. Berikut adalah postingan salah satu makalah dari pemateri. Insya Allah jalanny diskusi dalam bentuk berita akan menyusul.
|
Pendahuluan
Pertanyaan pertama yang biasanya muncul dan terbesit di dalam hati seseorang ketika mendengar kata MLM adalah: Apakah MLM itu? Jawabannya adalah: MLM merupakan kepanjangan dari Multi Level Marketing. Orang Arab menyebutnya “Attaswiqul Hirami” yang bermakna perdagangan dengan sistem piramida atau mungkin ada istilah lainnya, orang Iran menyeburtnya “Bazaryabi Syabake’i” yang berarti perdagangan dengan sistem jaringan atau “Muameleye Zanjire-i” yang berarti muamalah atau transaksi berantai. Mungkin bangsa kita tidak mempunyai istilah tersendiri, tetapi hanya mengadopsi secara asli, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mungkin bermakna pemasaran atau perdagangan dengan sistem bertingkat-tingkat. Apapun nama dan istilah yang digunakan untuk muamalah dan perdagangan ini, intinya adalah sama, yaitu bisnis atau transaksi atau muamalah atau perdagangan dengan cara merekrut anggota atau member sebanyak-banyaknya sehingga membentuk piramid, yakni bentuknya mengerucut ke atas. Jadi, ciri utama muamalah ini adalah : pertama dengan cara merekrut atau menjaring anggota, dan kedua anggota-anggota tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk piramid. Dua hal inilah yang menjadi pokok dan landasan MLM, sekalipun cara-cara lainnya berbeda-beda, yaitu ada yang dengan menggunakan jual jasa atau jual barang tertentu, dan ada pula tanpa menjual apapun selain buku atau formulir yang juga disebut dengan “money game” (permainan uang). Ayatullah Syekh Ja’far Subhani menyebutnya : “Haqiqatuha Wahidah wa Asalibuha Muta’addidah” (Haqiqatnya atau esensinya satu, tetapi sistemnya bermacam-macam), jadi dua hal itulah yang mesti diperhatikan yang merupakan esensi MLM, jika tidak ada dua hal itu, maka tidak bisa dikatakan sebagai Multi level. Barang kali pula, dua hal ini bisa dijadikan sebagai tolok ukur sebuah muamalah, apakah ia termasuk MLM ataukah bukan. Penelitian membuktikan bahwa ML atau BL (Banyak level) ini dikemas dan dibungkus dengan kulit yang bermacam-macam; ada yang dengan cara menjual barang, barang-barangnyang ditawarkan pun bermacam-macam dan harganyapun berragam, sampai ada yang dengan cara infaq dan qardhul hasanah (pinjaman tanpa bunga). Hal itu mereka lakukan untuk menarik perhatian dan dengan mudah dapat menjerat anggota sebanyak-banyaknya dan mengeruk uang dari kaum muslimin sebanyak-banyaknya pula.
Muamalah batil ini –ada kemungkinan- merupakan produk otak Yahudi,
yang jelas, ia tumbuh dan dibesarkan di bawah asuhan dan keluarga non muslim yang berakibat –secara disengaja ataupun tidak- kehancuran ekonomi dunia dan khususnya ekonomi Islam dan umat Islam.[1] Surat kabar al-Quds edisi 2723 menulis bahwa MLM ini telah lahir di Moskow pada tahun 1910 M dan ketika itu diberi nama “Bahman”. Pada tahun 1920 M, lahirlah saudaranya di Prancis dan mereka beri nama –terjemahan indonesianya- “Bola Salju”. Pada tahun 1994 M lahir anaknya di Italia, dan diberi nama dengan “Pyujera Strategi”[2], dan tidak lama kemudian mereka ganti namanya menjadi “Bintakono”[3]. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun 1998 M, muamalah batil ini lahir lagi di Britania dengan nama “Quest Internasional” yang kemudian berganti nama menjadi “Gold Quizz”. Pada tahun 2000 M lahir di Belgia dengan nama –terjemahannya- “Tujuh Keping Mutiara”. Dan pada tahun ini pula mulai masuk menyusup ke Negari Islam Iran ini dan mulai menyebar ke berbagai negara lainnya.
yang jelas, ia tumbuh dan dibesarkan di bawah asuhan dan keluarga non muslim yang berakibat –secara disengaja ataupun tidak- kehancuran ekonomi dunia dan khususnya ekonomi Islam dan umat Islam.[1] Surat kabar al-Quds edisi 2723 menulis bahwa MLM ini telah lahir di Moskow pada tahun 1910 M dan ketika itu diberi nama “Bahman”. Pada tahun 1920 M, lahirlah saudaranya di Prancis dan mereka beri nama –terjemahan indonesianya- “Bola Salju”. Pada tahun 1994 M lahir anaknya di Italia, dan diberi nama dengan “Pyujera Strategi”[2], dan tidak lama kemudian mereka ganti namanya menjadi “Bintakono”[3]. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun 1998 M, muamalah batil ini lahir lagi di Britania dengan nama “Quest Internasional” yang kemudian berganti nama menjadi “Gold Quizz”. Pada tahun 2000 M lahir di Belgia dengan nama –terjemahannya- “Tujuh Keping Mutiara”. Dan pada tahun ini pula mulai masuk menyusup ke Negari Islam Iran ini dan mulai menyebar ke berbagai negara lainnya.
Sistem Kinerja MLM
Secara global, sebagaimana telah saya singgung di atas, bahwa muamalah batil ini menggunakan dua bentuk sistem kerja. Sistem pertama adalah: Menjerat anggota tanpa menawarkan barang-barang apapun dan tanpa menawarkan jasa apapun. Artinya bahwa orang-orang yang ingin menjadi anggota hanya diharuskan membeli formulir atau buku panduan saja. Sistem kedua adalah: Menjerat anggota dengan menawarkan barang-barang atau menawarkan jasa. Artinya bahwa orang-orang yang ingin menjadi anggota diharuskan membeli barang-barang tersebut. Dan barang-barang yang ditawarkannya pun bermacam-macam.
Mengenal Sekilas Lima Perusahaan MLM
1. Bintakono (بنتاكونو). Perusahaan ini berpusat di Italia yang didirikan pada tahun 1994 M. Cara atau sistem yang digunakan oleh perusahaan ini untuk menjaring para membernya adalah dengan cara menjual kartu yang diberi nama “suprema”. Dari Negara Iran saja muamalah batil ini, pada tahun 2000 M, telah berhasil mengeruk dan menggondol uang dolar sebanyak 19.680.000 dolar US. Belum lagi dari berbagai negara lainnya. Uang sebesar itu telah keluar dari Negara Islam Iran dan masuk ke kantong perusahaan tersebut.
2. Gold Quizz. Perusahaan ini berpusat di Britania yang didirikan pada tahun 1998 M dan cabangnya berada di Dubai. Untuk menjerat para membernya, perusahaan ini menggunakan cara dengan menjual koin emas, baik secara cash ataupun mencicil.
3. My Seven Diamond. Perusahaan ini berpusat di Belgia yang didirikan pada tahun 2000 M. Perusahaan ini beroperasi di 120 negara. Muamalah batil yang beroperasi di Iran ini berani mengklaim secara dusta dan palsu. Beberapa klaim dusta yang mereka lakukan adalah: Seluruh ulama telah menghalalkan dan membolehkan muamalah dengan sistem ini dan harga barang-barang yang mereka tawarkan itu sesuai dengan harga pasaran. Dan barang yang mereka tawarkan itu berupa permata yang besarnya seukuran batu cincin dengan harga berkisar antara 700 sampai 900 dolar As.
4. Gold Main. Perusahaan ini berpusat di Norwegia yang didirikan pada tahun 2000 M. Untuk menjerat para membernya, perusahaan ini menggunakan cara dengan menjual berbagai macam souvenir seperti jam tangan emas, kalung emas yang kadarnya 24 karat, dan lain-lain. Harganya adalah 60 dolar US. Perusahaan ini menjanjikan kepada setiap membernya; jika seorang member berhasil merekrut anggota sebanyak 8 orang saja, maka akan diberikan hadiah atau bonus sebanyak 34 dolar US. Misalnya jika harga jam emas itu 60 dolar, dan seorang member telah berhasil menjerat 8 orang anggota, maka 60 dolar x 8 orang = 480 dolar. Bonus yang akan diterima oleh member tersebut hanyalah 34 dolar. Artinya 480 dolar dikurangi 34 dolar = 446 dolar US. Dengan kata lain bahwa uang yang masuk ke kantong perusahan itu sebanyak 446 dolar dari setiap 8 anggota ditambah dengan pemasukan uang dari seorang member yang telah berhasil menarik 8 anggota tersebut. Dengan demikian bahwa uang yang masuk ke kantong perusahaan itu -dengan muamalah batil ini- sebanyak 14 kali lipatnya[4]. Ini hanya 8 anggota. Berapa banyak uang yang akan ia kantongi jika membernya ribuan orang di satu negara. Belum lagi di berbagai negara lainnya !!!
5. EBL. Perusahaan ini berpusat di Malaysia yang didirikan pada tahun 2003 M. Dan daerah operasinya termasuk tanah air kita tercinta Indonesia. Perusahaan ini berani berbuat dusta dengan mengklaim bahwa ia mempunyai cabang di Iran, diakui secara resmi oleh pemerintah Islam Iran dan mempunyai ikatan kerja dengan bank Islam Iran, dan lain-lain.[5]
Nama-nama Lembaga MLM yang Beroperasi di Iran
Berbagai perusahaan muamalah batil ini menggunakan nama-nama yang sangat menarik perhatian kaum muslimin. Tentunya hal itu agar mereka dapat menjerat mangsanya dengan mudah dan sebanyak-banyaknya. Nama-nama MLM yang mereka gunakan di Iran adalah betul-betul islami dan suci, misalnya seperti:
1.طرح ملي باقيات صالحات = مشروع وطني للباقيات الصالحات
2.هماي رحمت = نسيم الرحمة
3.آميد آوران ابتسام = حملة الأمل والبسمة
4.طرح بيوند و همكاري = مشروح التعاون الوثيق
5.شجره انفاق = شجرة الإنفاق
6.خير انديشان جوان = الشباب الخيرون
7.كار كشاي انصار الموحدين = أنصار الموحدين الخيرين وغيرها من الأسماء
Sedang nama-nama di Indonesia –yang pernah saya dengar- adalah seperti: Tianshi, Ahad net, CNI, Amway, UBSI, DNX, dan lain-lain. Bahkan terakhir saya dengar mereka menawarkan kaum muslimin untuk menunaikan haji dengan cara MLM ini. Jelas bahwa member-member yang berada di barisan atas akan berhasil lebih dulu. Sementara member-member yang berada di barisan bawah akan menerima kerugian, jika tidak kerugian materi, maka pasti kerugian maknawi dan kerugian di akhirat kelak.
Pusat operasi muamalah batil ini, untuk negara-negara Asia, adalah: Hongkong, Filipina, Malaysia dan Emirat Arab. Muamalah batil ini hampir punah di Iran, berkat kegigihan dan keseriusan pemerintah Islam Iran dalam memerangi dan memberantasnya. Mungkinkah negara kita mampu memeranginya?
Cara-cara Penipuan di dalam MLM
Dari hasil telaah saya sehubungan dengan masalah muamalah batil yang beroperasi di Iran ini adalah bahwa perusahaan-perusahaan MLM itu menggunakan cara-cara licik dan menipu untuk menarik member sebanyak-banyaknya. Cara-cara yang mereka gunakan adalah seperti:
Menggunakan gambar Imam Khomeini ra. Gambar Imam itu mereka cap pada koin emas untuk menarik simpati orng-orang Iran. Karena memang bukan hanya orang-orang Iran dan kaum muslimin mustadháfin yang mencintai Imam Khomeini, bahkan sebagian ilmuan dan pemikir non muslim pun mencintai beliau. Mereka mengklaim telah mendapatkan izin resmi dari yayasan Imam Khomeini. Padahal izin yang diberikan kepadanya tidak termasuk hal itu.
Memalsukan stempel dan tanda tangan marja’taklid. Hanyalah sekelompok kecil rakyat Iran yang tidak bermarja’ kepada ulama atau para marja Syiáh. Artinya hampir semua rakyat Iran itu mempunyai hubungan erat dengan berbagai marja’ taklid. Sementara mereka yang beragama Yahudi, Kristen, Zoroaster dan kaum muslimin yang bermazhab Sunni, tidaklah bermarja’ kepada ulama Syiáh. Melihat kenyataan ini mereka menebarkan fatwa kehalalan dan kebolehan muamalah batil itu dengan memalsukan stempel dan tandatangan marja taklid, misalnya stempel dan tandatangan Ayatullah Makarim Syirazi hf. Upaya mereka ini betul-betul membuahkan hasil yang nampak.
Membelokkan dan memutar balikkan fatwa keharaman MLM. Fatwa para marja’ yang telah jelas-jelas haram, mereka buat buram sehingga meragukan sebagian orang. Misalnya mereka mengatakan bahwa sebenarnya MLM ini halal, Cuma karena sistem MLM ini belum sampai ke telinga ulama dan mereka belum memahaminya dengan baik, maka untuk sementara mereka mengharamkannya.
Menukil sepenggal fatwa Imam Khomeini ra. Imam Khomeini, disamping mempunyai atau menulis ktab-kitab fiqih dan lainnya, juga menulis kitab-kitab fatwa untuk para mukallidnya. Tentu saja diantara fatwa-fatwanya itu termasuk juga bab muamalah. Sistem muamalah yang difatwakan kehalalannya oleh beliau, hanya diambil sepenggal saja dan mereka gunakan dan sebarkan untuk menghalalkan MLM. Karena memang kecintaan rakyat Iran kepada Imam Khomeini hingga detik ini masih kuat melekat, sehingga fatwa-fatwa beliau senantiasa dikaji dan mendapatkan perhatian tersendiri. Saya teringat ketika Imam Khomeini mengeluarkan fatwa atas kehalalan darah Salman Rusydi; Salman Rusydi murtad harus dibunuh karena telah melecehkan Rasulullah Saw dan agama Islam. Sementara waktu itu, tidak seorang ulama pun, termasuk ulama Sunni dan apalagi Wahabi atau Salafi yang berani mengancam Salman murtad. Saya pikir, sekiranya tidak ada seorang ulama islampun yang berani seperti beliau, maka islam betul-betul tinggal namanya saja. Setiap orang yang pandai berbahasa Arab dan Farsi mengkaji kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Khomeini ra. dalam berbagai bidang dan cabang pengetahuan, seperti: Tafsir, hadis, filsafat, ushul fiqh, fiqh, akhlak, irfan, politik, dan lain-lain, pasti akan meneteskan air mata karena mengetahui betapa dalam pengetahuan Imam ra. Sayangnya kita sendiri sangat kurang mengkaji kitab-kitab beliau. Beliau adalah ulung dan mendalam di dalam semua cabang ilmu-ilmu Islam. Sangat langka orang yang mendalam ilmunya di dalam ushul dan juga filsafat. Hanya orang-orang yang mempunyai sifat hasudlah yang berani mengingkari kenyataan ini.
Menampilkan orang-orang kaya sebagai bahan promosi. Cara-cara penipuan lainnya yang mereka gunakan adalah dengan menampilkan orang-orang kaya yang menjadi member muamalah batil tersebut. Padahal orang-orang kaya yang mereka tampilkan itu memang sudah kaya sebelum menjadi member mereka dengan cara lainnya.
Fatwa-fatwa Para Marja’ seputar MLM
Secara singkat saja saya sampaikan bahwa sesungguhnya semua marja’atau ulama Syiah telah memfatwakan keharaman muamalah dengan sistem MLM ini sejak mulai masuk dan menyebar di Iran. Dengan kata lain bahwa tidak ada seorang ulama Syiáh pun yang memfatwakan kehalalannya. Untuk itu Anda bisa merujuk kepada kantor-kantor para marja’ dan menanyakan hal ini kepada mereka sehingga menjadi jelas dan bukan sekedar “katanya”. Sayangnya, seringkali kita berdebat tentang masalah fiqih dan bergaya mujtahid, tetapi kita tidak mau merujuk ke kantor marja kita sendiri. Misalnya kita pernah meributkan kehalalan atau keharaman minuman cocacola, produk-produk Yahudi, tahlilan, nikah mutáh dengan gadis tanpa izin walinya, peringatan yaumul quds, mencuri barang-barang cina yang kafir, mengurangi meteran listrik atau air, mencuci baju lagi setelah disentuh orang dan sekarang masalah MLM, tetapi kita tidak pernah menginjak kantor marja yang bersangkutan, hanya berdasarkan “katanya” saja. Padahal ketika kita merujuk ke kantor-kantor yang bersangkutan itu akan menjadi jelas jawabannya. Apabila suatu hukum itu bagi kita saja belum jelas dan masih abu-abu, apatah lagi bagi orang-orang awam? Ironisnya ada sebagian orang yang menjadikan dasar amal perbuatannya atau menetapkan hukum kehalalannya hanya berdasarkan “katanya” karena terdapat kepentingan dan keuntungan materi yang tak seberapa.
Kira-kira pada tahun 2005 an, saya pernah menyebarkan fatwa Rahbar dan para marja lainnya mengenai keharaman MLM tersebut, terutama di Jakarta. Waktu itu ada isu yang sampai ke saya bahwa sebagian ikhwan di Jakarta dan lainnya ikut menjadi member MLM. Untuk membantu meluruskan kesalah pahaman itu, saya bagi-bagikan fatwa tersebut. Jika diantara kita saja ada yang menjadi anggota atau mendukung muamalah batil tersebut (ketika itu), bagaimana pula dengan nasib orang-orang awamnya. Malah ada pula yang ikut menikmati keuntungannya. Seorang teman berucap: Jika guru kencing berdiri, jangan salahkan jika murid kencing berlari”.
Sayangnya, sekaitan dengan masalah MLM ini, ada diantara ikhwan kita, dan kini sudah pulang ke tanah air, menebarkan fatwa kebolehan dan kehalalan dari Ayatullah Sayyid Fadhlullah, sementara waktu itu masih belum jelas betul. Semoga Allah mengampuni kita semua dan senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya[6].
Dalil-dalil Keharaman MLM
Sehubungan dengan dalil-dalil atas keharaman muamalah batil ini, mengingat waktu yang tidak mengizinkan, disamping itu pula, bukan tempatnya disini kita membahas fiqih istidlali secara mendalam dan mendetil dan yang juga tidak mudah dipahami dengan baik oleh kita, terlebih lagi oleh orang-orang awam, karena itu, saya hanya akan menyampaikan beberapa argumen atas keharman MLM ini secara global saja.
Masalah muamalah dan perdagangan yang satu ini memang luar biasa, lain daripada yang lain. Biasanya dan pada umumnya, ketika masyarakat muslim dan kaum syiah khususnya, ketika menerima fatwa dari seorang marja’ taklid atau dari para marja’, mereka tidak banyak memprotes dan tidak menanyakan tentang dalil-dalilnya. Tetapi pada muamalah batil ini, jangankan para pelajar, hatta orang-orang awam pun tidak puas hanya dengan menerima fatwa keharamannya. Mereka berusaha menanyakan dan meminta dalil-dalilnya dan mereka berusaha memahaminya dengan akal mereka yang sangat terbatas. Artinya dengan akal pikiran yang tidak dibekali sama sekali dengan pengetahuan dasar-dasar istidlali. Lebih ironis lagi, sebagian orang yang terpelajar dan telah memahami dalil-dalil keharamannya, berusaha mentaujih (mencari sisi kebenaran) dalil-dalil tersebut sehingga menjadi miring dan berusaha mencari pembenaran dengan cara lain. Misalnya ada ucapan: MLM ini kan tidak ada ubahnya seperti bay’ (jual beli), kenapa harus diharamkan?. Ada juga yang berucap atau menulis kepada saya belum lama ini, dan tulisan itu masih tersimpan: “Kalau ana mujtahid, ana halalkan muamalah ini!”. Hati-hatilah, bukan saja malaikat yang akan mencatat ucapan kita itu! Dan bisa jadi sebuah perkataan atau perbuatan akan menjadi mukaddimah bagi suatu akibat ataunatijah di kemudian hari, baik itu negatif ataupun positif. Karena keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu usaha atau harapan, pasti tergantung atau dipengaruhi oleh berbagai mukaddimah-mukaddimah sebelumnya. Artinya sangat mungkin ucapan semacam itu akan menjadi kegagalannya dimasa mendatang atas cita-cita dan harapannya, karena Allah melihat tidak maslahat jika dikabulkan. Ataupun kalau dikabulkan dan berhasil menjadi seorang mujtahid, maka nantinya akan menjadi mujtahid yang malah merusak masyarakat dengan fatwa-fatwa yang miring. Di sepanjang sejarah, sejak dulu dan sekarang, kita perhatikan tidak sedikit ulama dan mujtahid yang menyimpang dan tidak berakhlak. Contoh yang jelas pada masa sekarang adalah sebagian mujtahid yang menentang secara terus terang atas keputusan-keputusan Wali Faqih (Imam Khomeini ra dan Imam Ali Khamene’i hf). Dan sudah bukan rahasia lagi kalau Ayatullah Shani’i misalnya, termasuk mujtahid dan marja’ yang berani menentang Wali Faqihnya sehingga Jama’atul Mudarrisin mengeluarkan beliau dari shaf marja’iyah.
Baiklah, mengenai dalil-dalil atas keharaman MLM ini secara global, dalil-dalil yang saya dapati dan saya pahami dari kantor Rahbar ada tiga dalil, yang saya dapati dan pahami dari Ayatullah Makarim Syirazi ada enam dalil dan dalil-dalil yang saya baca di dalam kitab Rasalih Fiqhiyyah Ayatullah Subhani ada delapan dalil. Sebagian dalil-dalil itu, saya kira, dapat juga dijadikan sebagai illat atau falsafah hukum keharaman MLM ini.
الأدلة التي فهمتها من مكتب القائد (حفظه الله) :
1. عدم انطباق المعاملة المذكورة (التسويق الهرمي) بأحد المعاملات المشروعة.
2. عدم قصد الجد من المشتري فى البيع.
3. خروج العملة إلى أيادى أعداء الإسلام والمسلمين وخسارة اقتصاد البلاد.
الأدلة التى حصلتها من آية الله مكارم الشيرازي (حفظه الله) :
1. أكل المال بالباطل.
2. نوع من الغش والإحتيال.
3. القمار العالمي.
4. تشبه أوراق اليانصيب.
5. الآثار الفاسدة للمجتمع و اقتصاد البلاد.
6. خروج العملة إلى بلاد الأجنبي.
الأدلة التى قرأتها فى كتاب الرسائل الفقهية لآية الله جعفر السبحاني (حفظه الله) :
1. العمل والإنتاج هو أساس الإقتصاد الإسلامي.
2. التجارة تدار وفقا للأساليب العقلائية المتعارفة.
3. المعاملة غررية.
4. حكم القمار.
5. الشركات الهرمية تؤدي إلى النزاع والتناحر فى المجتمع.
6. وحدة الحقيقة و تعدد الأسباب.
7. الجذر الأجنبية.
8. انهيار اقتصاد البلدان التي أجازت عمل تلك الشركة.
Dalil-dalil yang saya dapati dan pahami dari kantor Rahbar hf:
1. MLM itu tidak sesuai dengan salah satu muamalah Islami.
2. Tidak adanya niat yang serius dari pembeli.
3. Keluarnya uang ke tangan-tangan asing yang memusuhi Islam dan muslimin dan kerugian ekonomi negara.
Dalil-dalil yang saya pahami dari Ayatullah Makarim Syirazi hf:
1. Termasuk memakan harta denga cara batil.
2. Adanya unsur penipuan.
3. Termasuk perjudian internasional.
4. Menyerupai lotere.
5. Merusak sosial dan ekonomi negara.
6. Keluarnya uang ke kantong-kantong negara asing.
Dalil-dalil yang saya baca di dalam kitab Rasail Fiqhiyyah oleh Ayatullah Ja’far Subhani hf:
1. Adanya upaya dan produksi merupakan dasar ekonomi Islam.
2. Perdagangan harus dijalankan sesuai dengan cara-cara rasional dan berlaku umum.
3. Muamalah tersebut terdapat penipuan.
4. Sama dengan hukum judi.
5. MLM mengakibatkan pertikaian dan kekacauan pada masyarakat.
6. Hakikat MLM itu satu walaupun sistemnya bermacam-macam.
7. Mempunyai akar di negara asing.
8. Mengakibatkan kehancuran ekonomi negara.
Sebagaimana yang telah saya singgung diatas bahwa bukan tempatnya disini untuk membahas dalil-dalil tersebut secara mendetil. Karena untuk membahasnya secara mendetil memerlukan waktu beberapa jam dalam beberapa pertemuan. Dan jika dituangkan ke dalam bentuk tulisan akan menjadi sebuah buku yang mungkin tebalnya lebih dari 30 atau 50 halaman. Misalnya ketika dikatakan bahwa muamalah MLM ini tidak sesuai dengan salah satu muamalah yang syar’i dan Islami, maka akan timbul pertanyaan; muamalah-muamalah yang islami itu apa saja? Dan jika dijawab bahwa muamalah islami ialah seperti: mudharabah, musyarakah, ju’alah, muzara’ah dan lain sebagainya, tentunya diperlukan untuk menjelaskan definisinya satu persatu, syarat-syaratnya dan juga dalil-dalil kehalalannya. Belum lagi bahwa setiap poin dari dalil-dalil tersebut, memerlukan dasar-dasarnya yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis. Karena itu, jika Antum ingin mengkaji dan memahami dalil-dalilnya secara mendalam, saya sarankan untuk membeli dan mengkaji kitab-kitab yang saya sebutkan tadi, kemudian menjumpai wakil-wakil marja’ yang bersangkutan untuk minta penjelasan lebih detil atau untuk menyampaikan kritik dan berbagai isykal atasnya. Mengingat banyaknya perusahaan yang menawarkan berbagai produknya dengan sistem MLM yang bermacam-macam dan berbeda-beda, karena itu, jika Anda belum meyakini betul akan kehalalannya, hendaknya Anda mengajukan pertanyaan ke kantor marja’taklid (ulama) Anda dengan menjelaskan sistemnya sedetil mungkin agar Anda dapat memperoleh jawabannya dengan jelas dan memuaskan dan tidak terjerumus kepada kemungkaran. Semoga Allah Swt senantiasa menjaga kita semua dari jilatan api neraka Jahannam.
Falsafah dan Hikmah keharaman MLM
Hikmah dan falsafah suatu hukum itu terkadang bisa juga dijadikan sebagai dalil kehalalan atau keharaman sesuatu. Artinya terkadang terdapat titik temu antara falsafah hukum dengan dalil hukum dalam suatu masalah. Yang jelas bahwa berupaya mencari dalil hukum atas suatu masalah itu adalah merupakan tugas seorang mujtahid. Sementara orang-orang yang belum mencapai peringkat mujtahid tidak ada hak untuk menghasilkan suatu hukum dengan jalan berijtihad sekalipun sudah belajar di hauzah puluhan tahun. Karena akan berakibat menyesatkan umat dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Bahkan hasil ijtihad seseorang yang belum mencapai pringkat mujtahid, jika dikemudian hari ternyata dinilai benar, itu tetap dianggap batil dan berdosa, apalagi jika ternyata salah. Tetapi mencari hikmah dan falsafah suatu hukum itu bisa dan boleh-boleh saja dilakukan oleh orang-orang yang belum mencapai peringkat mujtahid sekalipun. Artinya ketika suatu masalah itu telah diketahui hukumnya dengan jelas, baik halal ataupun haram, maka setelah itu barulah mencari falsafah atas kehalalan atau keharaman tersebut. Misalnya ketika hukum memakan ikan yang tidak bersisik itu telah diketahui dengan jelas keharamannya dan telah ditetapkan oleh mujtahid, maka selain mujtahid, seperti dokter hewan atau nelayan atau lainnya, dibolehkan mencari hikmah dan falsafah keharaman memakan ikan yang tidak bersisik tersebut. Dengan kata lain bahwa falsafah suatu hukum hanya berperan memperkokoh hukum dan keyakinan seseorang saja. Karena itu, tidaklah bermasalah jika kemudian diketahui bahwa ternyata falsafah suatu hukum yang telah disampaikan itu kurang tepat atau salah.
Sehubungan dengan falsafah atau hikmah keharaman MLM yang mungkin dapat diraba adalah sebagai berikut:
1. Merusak hubungan keluarga, sosial dan ekonomi negara.
2. Menciptakan pikiran materialis dan melemahkan semangat belajar, bekerja dan berkarya.
3. Memotivasi banyak mengkhayal dan ingin cepat kaya raya.
4. Menciptakan tembok yang lebih tebal antara kelompok kaya dan miskin.
5. Meninggalkan majlis-majlis ilmu dan sibuk serta asyik dengan majlis-majlis materi dan malas beribadah serta sangat mengurangi kekhusyu’an shalat.
6. Menimbulkan pertikaian di dalam keluarga dan masyarakat karena adanya lingkaran setan yang saling memangsa dan mencari korban.
Kesimpulan
1. MLM itu lahir di “rumah bersalin Barat” dari keluarga non Muslim.
2. MLM bertujuan mengeruk keuntungan materi yang sebanyak-banyaknya dari kantong-kantong umat Islam.
3. Berefek sangat negatif, seperti kehancuran ekonomi umat dan negara.
4. Semua ulama Syi’ah memfatwakan keharaman muamalah batil tersebut dengan dalil-dalil yang sangat kuat. Dan tidak seorang marja’ pun yang membolehkan dan menghalalkannya.
Taushiah dan penutup
Hanya inilah yang dapat saya sampaikan dan atas segala kekurangannya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Yang terakhir, barangkali ada baiknya dan ada manfaatnya apa yang ingin saya sampaikan berikut ini. Yaitu bahwa salah satu tanda orang yang beriman adalah saling berwasiat dan menasihati atas kebaikan dan kebenaran. Jika pada kesempatan ini saya sedikit memberikan taushiah, maka pada kesempatan lainnya, saya mohon juga kiranya Antum sudi memberikan bimbingan, taushiah, saran, nasihat, teguran dan koreksi atas segala kesalahan dan kekurangan saya. Saya akan sangat berterimakasih kepada ikhwan yang menunjukkan aib saya demi keselamatan dan kebahagiaan saya di hari akhirat kelak. Dan saya akan lebih banyak mendoakan ikhwan yang menunjukkan aib saya dan menunjukkan jalan-jalan untuk memperbaikinya. Adapun sedikit taushiah yang bisa saya sampaikan, untuk manfaat diri saya dan kita semua adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya kita memperkuat hubungan kita dengan marja’ taklid kita masing-masing dengan senantiasa menelaah risalah amaliyahnya dan mengamalkannya dengan penuh ikhlas. Apalagi jika marja’ yang kita taklidi itu juga sebagai Wali Faqih (Imam Ali Khamene’i hf). Karena pada masa sekarang ini, tidak ada seorang pemimpin pun –setelah Imam makshum as- yang lebih unggul dan mulia dari beliau. Setiap orang yang mau meneliti dan mengamati suluk dan riwayat hidup para pemimpin dunia saat ini dengan jujur dan seksama, pasti akan dapat menyimpulkan bahwa beliaulah yang paling unggul, alim, berani dan bersih. Musuh-musuh Islam pun mengakui hal ini. Dan hanya marja’lah yang dapat menyambung hubungan kita dengan Imam Zaman ajf.
2. Rasulullah Saw banyak berpesan di dalam hadis bahwa: “Al-Fiqhu tsumma attijarah, al-fiqhu tsumma azzawaj, al-fiqhu tsumma dst.. “. Hendaknya kita pahami dahulu hukum syar’i suatu perbuatan, setelah paham, barulah kita melakukan perbuatan tersebut sesuai dengan hukumnya. Dengan kata lain dahulukan fiqih atas segala perubuatan dan amal. Jika hal ini kita perhatikan, pasti kita akan selamat dan bahagia dunia dan akhirat, insya Allah. Tetapi jika sebaliknya, misalnya melakukan transaksi dulu atau kawin dulu, adapun urusan fiqihnya nanti saja menyusul, maka inilah yang menjadi sumber bencana, dunia dan akhirat. Penjara penuh karena banyaknya pelanggaran atas fiqh (hukum-hukum Islam). Tidak ada seorang pun yang masuk penjara lantaran tidak mengetahui atau melanggar filsafat atau irfan. Apalah artinya filsafat dan irfan, jika fiqihnya masih berantakan. Hendaknya bagi masyarakat awam, mendahulukan kajian dan pemahaman atas fiqih dan hukum-hukum Islam atas kajian filsafat dan irfan. Dan dalam pengamalan, hendaknya seiring antara fiqih dan akhlak.
3. Hendaknya kita senantiasa memperkuat dan memperbaharui tali ukhuwwah dan persaudaraan diantara kita dan kaum muslimin dengan bersikap ramah dan sopan kepada mereka dan memberikan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun materi. Tidak ada pemimpin selain Imam Ali Khamene’i hf yang begitu gigih menganjurkan persatuan dan persudaraan di antara umat Islam. Hendaknya kita jangan sekali-kali meremehkan orang lain dan mengecilkan aktifitas mereka, walaupun nampaknya kecil. Hendaknya kita jangan tergesa-gesa menilai sebuah aktifitas orang atau kelompok lain dengan penilaian yang negatif atau kurang enak didengar, terutama aktifitas ikhwan kita sendiri, sehingga jurang perpecahan tidak semakin melebar dan kita tidak dikucilkan atau dijauhkan orang atau tidak disenangi oleh Imam Zaman Ajf. Apabila tukang becak atau ojek yang tidak disenangi oleh masyarakat, maka kerugian itu hanya terbatas kepada pribadi tukang becak atau ojek tersebut. Tetapi seorang ulama, ustadz atau muballig, jika masyarakat tidak simpati lagi kepadanya karena sikap dan akhlaknya yang kurang baik atau tidak ramah atau seringkali memojokkan orang lain, maka hal itu berefek kepada ilmu yang dibawanya. Dan ilmu yang dibawanya itu bukan ilmu sembarangan, yaitu ilmu-ilmu Ahlulbait As. Bagaimana nanti kita menjawab teguran Rasulullah Saw dan para Imam Suci As, jika sampai masyarakat menjauhi kita lantaran akhlak kita yang kurang baik?
4. Hendaknya kita berusahalah untuk senantiasa meningkatkantazkiyatunnafs. Tazkiyah jangan hanya menjadi buah bibir belaka. Kita harus mengikis habis sifat hasud dan kedengkian yang bersarang di dalam hati kita, karena sifat hasud itu akan menyeret seseorang kepada perbuatan dosa lainnya, seperti ghibah[7], buhtan[8], namimah[9], memutuskan tali persaudaraan[10], dan lain-lain. Tidak ada artiya sama sekali ilmu yang kita peroleh sebanyak apapun, jika sifat hasud dan kedengkian itu masih bersarang kuat di dalam hati kita. Sucikan hati terlebih dahulu, barulah isi dengan berbagai ilmu Ahlulbait As. Ingatlah Iblis jatuh dan menjadi terhina karena congkak dan hasud, padahal ia –ketika itu- sebagai gurunya para malaikat dan menerima ilmu pengetahuan langsung dari Allah Swt. Apalah artinya lama belajar di hauzah dan banyak mempunyai ilmu pengetahuan jika di dalam hati ini masih saja bersarang sifat hasud dan takabbur. Takabbur itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, bahkan ada yang tersembunyi sebagaimana sifat riya’. Ketahuilah bahwa wahdah, persatuan dan ukhuwwah di antara kita selamanya tidak akan tercipta, selama sifat takabbur dan hasud masih betah singgah di dalam lubuk hati kita, khususnya hasud dalam masalah riyasah. Semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita serta senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin……….[]
[1] .Di dalam situs Shabestan.net dapat kita baca bahwa : “Network Marketing dicetuskan oleh seorang berkebangsaan Amerika pada tahun 1921 M. Dalam dunia akademis Amerika kala itu, penemuan ini dikenal dengan naman "Ponzi Plan" atau "Pyramid Plan". Dalam dunia marketing, penemuan ini dikenal dengan sebutan " Multi Level Marketing (MLM)".
[2] . Buku yang saya nukil tidak menuliskan huruf latinnya, tetapi hanya arabnya saja, yaitu: فيوجرا استراتجي , bisa jadi yang saya tulis itu tidak tepat.
[3] . Teks aslinya tertulsi dengan huruf Arab, yaitu:بنتاکونو,mungkin pula yang saya tulis itu kurang tepat.
[4] . Hitungan ini sesuai dengan yang tertera di dalam buku “Attaswiqul Hirami”.
[5] .Buku yang saya jadikan rujukan utama: “Attaswiqul Hirami”, karaya Syekh Abul Qasim Aliyanejadi, telah menyertakan dokumen-dokumen resmi ( الأسناد والمدارك )pada bab : 10, hal. 145 – 184.
[6] .Teks fatwa Ayatullah Sayyid Fadhlullah ihwal keharaman muamalah MLM, telah saya bacakan pada diskusi tersebut. Teks yang saya peroleh langsung dari kantor beliau yang ada di kota suci Qum tersebut, dikeluarkan pada tanggal 1 bulan Rabi atsani th. 1426 H, yakni 6 tahun yang lalu.
[7] .Ghibah ialah menceritakan aib orang lain sesama muslim dan aib itu memang ada. Ghibah lebih besar dosanya daripada berzina.
[8] .Buhtan ialah menceritakan aib orang lain sesama muslim, padahal aibnya tidak ada. Buhtan lebih berat darpada ghibah.
[9] .Namimah ialah mengadu domba. Ketiga sifat buruk itu merupakan ciri khas kaum munafikin.
[10] .Memutuskan tali persaudaraan adalah perbuatan yang dikutuk oleh Allah Swt, Rasulullah Saw, para Imam makshum As dan seluruh malaikat (sebagaimana dapat dipahami dari banyak riwayat. Na’udzu billah min dzalik).
Attensi:
1. Tulisan di atas yang saya turunkan dari presentasi tentang MLM pada diskusi pekan lalu, telah diadakan penambahan secukupnya.
2. Tulisan tersebut bukan merupakan hasil riset atau penelitian, tetapi lebih banyak merupakan terjemahan dari buku “Attaswiqul Hirami” dan lain-lain.
3. Ada beberapa nama dan istilah yang ditulis dengan bahasa Arab dan tidak disertakan huruf latinnya, kerena itu –bisa jadi- apa yang saya tulis terdapat kekeliruan atau kurang tepat, tetapi –tentunya- hal ini tidak merusak kandungannya.
4. Tulisan yang telah dimuat di ABNA ini, telah dikoreksi, diedit, ditambah dan dikurangi oleh beberapa orang ikhwan yang kuliah di kota suci Qum. Untuk itu, kepada segenap ikhwan yang turut memberikan sumbangsih, saya haturkan banyak terimakasih.
5. Tujuan kami hanya ingin menekankan bahwa hingga kini tidak seorang ulama Syiah pun yang memfatwakan kehalalan muamalah dengan sistem MLM dan –tentunya- mereka telah melakukan penelitian secara seksama sebelum mengeluarkan fatwa keharaman tersebut. Adapun adanya saran dan taushiah di dalam tulisan tersebut, anggaplah hanya sebagai penyedap saja, tetapi mungkin bisa juga dijadikan sebagai obat buat kita semua. Biasanya obat memang agak pahit. Karena itu, kami mohon maaf dan doanya dari ikhwan yang merasa tersinggung. Dan kami pun sangat terbuka untuk menerima saran, kritik dan taushah dari pembaca.
Wassalamuálaikum Wr. Wb.
Sumber : Seputar Persoalan MLM, Sejarah, Perkembangan dan Hukumnya
KECAMAN KE ATAS PEMBUNUHAN UMAT ISLAM
DI MYANMAR
Killings of Rohingya Muslims in Myanmar + PIC
|
(Ahlul Bayt News Agency) - Government Official said about 71 people had died in more than a week of clashes, in addition to 10 Muslims killed on June 3 by a Buddhist mob.
Rakhine state spokesman Win Myaing said the last reported deaths occurred Tuesday in Yathetaung township, about 30 miles (48 kilometers) north of the Rakhine state capital Sittwe, when clashes took 12 lives. Win Myaing says security forces restored calm there Wednesday.
Thousands of muslims homes have been burned down, and tens of thousands muslims displaced.
Resentment between the communities is long-standing.
Many Rakhines consider the Muslim Rohingyas to be illegal settlers from neighboring Bangladesh.
Myanmar officials and many Burmese, including the mostly Buddhist ethnic Rakhine, consider the Rohingya to be illegal immigrants from neighbouring Bangladesh, and refer to them as “Bengalis”.
The dead bodies of eight more ethnic Rakhine were found in the village of Yathedaung, about 65 kilometres from the state capital Sittwe, the official said. “These people were killed during clashes with Bengalis,” he told from Sittwe.
About 800,000 Rohingya live in Myanmar, according to the United Nations, which describes them as one of the world’s most persecuted minorities.
Bangladesh, where an estimated 300,000 Rohingya live, has been turning back Rohingya boats arriving on its shores since the outbreak of the unrest. Rohingya leaders say the real number of dead could be much higher than the figures given by authorities.
REGIONAL NEWS
Myanmar:
Warga Muslim
Myanmar Dibantai,
Dunia Diam
|
Menurut Kantor Berita ABNA, media setempat Myanmar memberitakan penyerangan sekelompok warga Budha pada sejumlah waga muslim, yang menyebabkan beberapa warga muslim Myanmar meninggal dan luka-luka.
Dalam beritanya, Al Jazeraah menyebutkan, sekelompok warga Budha menyerang pemukiman warga muslim, membakar perumahan dan melakukan pembunuhan terhadap warga muslim. Akibat penyerangan tersebut ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan ditaksir menanggung kerugian material yang banyak.
Pemerintah Myanmar menyayangkan kejadian tersebut dan menyebutkan secara resmi korban meninggal dunia mencapai 20 orang, sementara media setempat menyebutkan korban jiwa lebih dari 100 orang.
Sebagai warga minoritas warga muslim di Myanmar sering tidak mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara. Mayoritas warga muslim tunawisma dan menjadi gelandangan. Bahkan warga muslim di negara tersebut menjadi warga yang terpinggirkan serta sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Termasuk kejadian terakhir yang menyebabkan sejumlah warga muslim harus kehilangan keluarga dan tempat tinggal.
Dalam beritanya, Al Jazeraah menyebutkan, sekelompok warga Budha menyerang pemukiman warga muslim, membakar perumahan dan melakukan pembunuhan terhadap warga muslim. Akibat penyerangan tersebut ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan ditaksir menanggung kerugian material yang banyak.
Pemerintah Myanmar menyayangkan kejadian tersebut dan menyebutkan secara resmi korban meninggal dunia mencapai 20 orang, sementara media setempat menyebutkan korban jiwa lebih dari 100 orang.
Sebagai warga minoritas warga muslim di Myanmar sering tidak mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara. Mayoritas warga muslim tunawisma dan menjadi gelandangan. Bahkan warga muslim di negara tersebut menjadi warga yang terpinggirkan serta sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Termasuk kejadian terakhir yang menyebabkan sejumlah warga muslim harus kehilangan keluarga dan tempat tinggal.
SOLAWAT
No comments:
Post a Comment