Peranan
Wanita dalam Kebangkitan
Islam di Mata
Rahbar
|
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menegaskan peran penting perempuan dalam gerakan kebangkitan Islam. Partisipasi besar perempuan dalam gerakan kebangkitan Islam menghadiahkan kemenangan bagi bangsa-bangsa muslim.
Berbicara di depan para peserta Konferensi Internasional Pertama Perempuan dan Kebangkitan Islam di Tehran, Ayatullah Khamenei memandang perhelatan besar perempuan kali ini merupakan kesempatan emas bagi perempuan dunia Islam dari berbagai negara dunia untuk saling mendekatkan pandangan mereka. Ditegaskannya, kesadaran muslimah dan peran mereka memberikan pengaruh besar bagi gerakan kebangkitan Islam demi kemuliaan umat Islam.
Mengenai peran perempuan dalam perspektif Islam, Ayatullah Udzma Khamenei mengatakan, "Peran perempuan dalam transformasi sosial, revolusi dan gerakan Kebangkitan Islam sangat menentukan karena setiap kali perempuan ambil bagian dalam gerakan sosial dengan penuh kesadaran, maka akan menjamin tercapainya kemajuan dan kemenangan gerakan tersebut ."
Rahbar menilai krisis wanita dewasa ini merupakan salah satu problema paling krusial bagi setiap peradaban, masyarakat dan negara. Rahbar menyebut perspektif Barat terhadap perempuan sebagai pandangan yang menyimpang, kesesatan yang nyata, penghinaan terbesar, dan penistaan terhadap kehormatan perempuan. Ditegaskannya, "Dengan melakukan pencerahan kepada opini umum masyarakat dunia, kita jangan memberi kesempatan kepada Barat untuk mewujudkan target para pembuat keputusan dan penyusun agendanya dalam menyerang dasar-dasar ajaran Islam dalam masalah perempuan."
Menyinggung kondisi perempuan di Iran, Rahbar menyatakan bahwa dalam lingkungan Islam, perempuan akan menggapai kemajuan dalam kepribadian, ilmu pengetahuan, etika dan politik, dengan tetap menjaga statusnya sebagai seorang perempuan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa musuh menjadikan masalah perempuan sebagai salah satu sasaran serangan politik dan propaganda terhadap pemerintahan Islam di Iran. Karena itu masalah perempuan harus mendapat perhatian penuh. Ayatullah Khamenei lebih lanjut menilai sikap Barat terhadap kaum perempuan sangat memalukan karena mereka mengorbankan perempuan.
Lebih dari 1200 aktivis muslimah dari berbagai bidang dalam Konferensi Internasional Perempuan dan Kebangkitan Islam kali ini membahas sejumlah masalah penting di antaranya potensi perempuan dalam kebangkitan Islam, peluang dan ancaman bagi perempuan dan kebangkitan Islam, serta masa depan perempuan dan kebangkitan Islam. Peran aktif kaum perempuan muslim dalam Kebangkitan Islam mendorong terwujudnya masa depan mereka yang lebih cerah.
Berbicara di depan para peserta Konferensi Internasional Pertama Perempuan dan Kebangkitan Islam di Tehran, Ayatullah Khamenei memandang perhelatan besar perempuan kali ini merupakan kesempatan emas bagi perempuan dunia Islam dari berbagai negara dunia untuk saling mendekatkan pandangan mereka. Ditegaskannya, kesadaran muslimah dan peran mereka memberikan pengaruh besar bagi gerakan kebangkitan Islam demi kemuliaan umat Islam.
Mengenai peran perempuan dalam perspektif Islam, Ayatullah Udzma Khamenei mengatakan, "Peran perempuan dalam transformasi sosial, revolusi dan gerakan Kebangkitan Islam sangat menentukan karena setiap kali perempuan ambil bagian dalam gerakan sosial dengan penuh kesadaran, maka akan menjamin tercapainya kemajuan dan kemenangan gerakan tersebut ."
Rahbar menilai krisis wanita dewasa ini merupakan salah satu problema paling krusial bagi setiap peradaban, masyarakat dan negara. Rahbar menyebut perspektif Barat terhadap perempuan sebagai pandangan yang menyimpang, kesesatan yang nyata, penghinaan terbesar, dan penistaan terhadap kehormatan perempuan. Ditegaskannya, "Dengan melakukan pencerahan kepada opini umum masyarakat dunia, kita jangan memberi kesempatan kepada Barat untuk mewujudkan target para pembuat keputusan dan penyusun agendanya dalam menyerang dasar-dasar ajaran Islam dalam masalah perempuan."
Menyinggung kondisi perempuan di Iran, Rahbar menyatakan bahwa dalam lingkungan Islam, perempuan akan menggapai kemajuan dalam kepribadian, ilmu pengetahuan, etika dan politik, dengan tetap menjaga statusnya sebagai seorang perempuan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa musuh menjadikan masalah perempuan sebagai salah satu sasaran serangan politik dan propaganda terhadap pemerintahan Islam di Iran. Karena itu masalah perempuan harus mendapat perhatian penuh. Ayatullah Khamenei lebih lanjut menilai sikap Barat terhadap kaum perempuan sangat memalukan karena mereka mengorbankan perempuan.
Lebih dari 1200 aktivis muslimah dari berbagai bidang dalam Konferensi Internasional Perempuan dan Kebangkitan Islam kali ini membahas sejumlah masalah penting di antaranya potensi perempuan dalam kebangkitan Islam, peluang dan ancaman bagi perempuan dan kebangkitan Islam, serta masa depan perempuan dan kebangkitan Islam. Peran aktif kaum perempuan muslim dalam Kebangkitan Islam mendorong terwujudnya masa depan mereka yang lebih cerah.
50 women among
Imam Mahdi disciples
|
(Ahlul Bayt News Agency) - “When Hazrat Mahdi (as) appears, he will have 313 men, 50 of them women,” said the Islamic scholar.
Some religious scholars believe these 313 followers come together in the same way that different clouds combine in the sky.
This is a manifestation of Allah’s verse “Wherever you are, Allah will bring you all together.
Truly Allah has power over all things.” (Bihar al-Anwar, Vol. 52, p. 223) This is a manifestation of Allah’s verse “Wherever you are, Allah will bring you all together. Truly Allah has power over all things.” (Bihar al-Anwar, Vol. 52, p. 223)
Hojjatol Islam Kalbasi underlined that the number of Imam Mahdi’s female disciples shows the important role of women in the time of waiting.
Some religious scholars believe these 313 followers come together in the same way that different clouds combine in the sky.
This is a manifestation of Allah’s verse “Wherever you are, Allah will bring you all together.
Truly Allah has power over all things.” (Bihar al-Anwar, Vol. 52, p. 223) This is a manifestation of Allah’s verse “Wherever you are, Allah will bring you all together. Truly Allah has power over all things.” (Bihar al-Anwar, Vol. 52, p. 223)
Hojjatol Islam Kalbasi underlined that the number of Imam Mahdi’s female disciples shows the important role of women in the time of waiting.
US sends
fourth aircraft carrier and
dozens of
underwater drones towards
Iran
|
(Ahlul Bayt News Agency) - The US Navy has unexpectedly dispatched a fourth aircraft carrier to the Persian Gulf, along with a fleet of underwater drones in what is being considered just the latest move in a series of escalations leading towards a potential war with Iran.
The deployment of dozens of small, unmanned submarine-like watercraft was confirmed by the Los Angeles Times this week, which cites military officials speaking on condition of anonymity.
This particular type of craft, unmanned SeaFox submersible, are reported to be sent to the Gulf so that the US military can detect and destroy any mines that may be planted in the waterway by Iranian officials if they escalate efforts to block the Strait of Hormuz, a strategically important narrow stretch of water that exists as an immensely important conduit for any resources being moved in or out of the Middle East.
The Times says that the subs, at only 4 feet long and fewer than 100 pounds apiece, can move at speeds up to six knots at depths of 300 feet. The price-tag is reported to be $100,000 each, which includes an intricate waterproof television camera and a homing sonar system. The US rush-ordered a shipment in May in a deal with Germany under the direct of Marine Gen. James Mattis, the top US commander in the Middle East. It is reported that a fleet of SeaFox subs were deployed overseas several weeks back, but has only been confirmed now.
The United States has already sent three massive aircraft carriers to the waterways outside of Iran, including the USS Enterprise, the USS Dwight D. Eisenhower and the USS Abraham Lincoln, and will now add the USS John C Stennis to that fleet in August. Unlike these behemoth ships equipped with billions worth of weaponry and service personnel, America’s other new addition to the battlefront is invisible to those on land and can be controlled from anywhere in the world.
"In the Cold War, minesweeping warfare was a large part of what the Navy did, but we have lost a lot of our minesweeping capability," Christopher Harmer, a senior analyst at the Institute for the Study of War, tells the Times. "The SeaFox is a relatively simple, off-the-shelf system that we can put off our minesweepers but also any surface ship."
Harmer adds to the paper that although Iran has the capabilities of coming through with its threats of closing the strait, the latest addition to the United States Navy would make sure a blockade wouldn’t last long.
"If they wanted to close the Strait of Hormuz, they could do it, but they would only be able to do it one time," he says.
The new fleet of SeaFox subs will accompany two massive aircraft carriers and a collection of F-22 fighter jets that America has already sent towards Iran. When the United States upped its presence in Persian Gulf earlier this year, Defense Secretary Leon Panetta told reporters, “We want them to know that we are fully prepared to deal with any contingency and it’s better for them to try to deal with us through diplomacy.”
The deployment of dozens of small, unmanned submarine-like watercraft was confirmed by the Los Angeles Times this week, which cites military officials speaking on condition of anonymity.
This particular type of craft, unmanned SeaFox submersible, are reported to be sent to the Gulf so that the US military can detect and destroy any mines that may be planted in the waterway by Iranian officials if they escalate efforts to block the Strait of Hormuz, a strategically important narrow stretch of water that exists as an immensely important conduit for any resources being moved in or out of the Middle East.
The Times says that the subs, at only 4 feet long and fewer than 100 pounds apiece, can move at speeds up to six knots at depths of 300 feet. The price-tag is reported to be $100,000 each, which includes an intricate waterproof television camera and a homing sonar system. The US rush-ordered a shipment in May in a deal with Germany under the direct of Marine Gen. James Mattis, the top US commander in the Middle East. It is reported that a fleet of SeaFox subs were deployed overseas several weeks back, but has only been confirmed now.
The United States has already sent three massive aircraft carriers to the waterways outside of Iran, including the USS Enterprise, the USS Dwight D. Eisenhower and the USS Abraham Lincoln, and will now add the USS John C Stennis to that fleet in August. Unlike these behemoth ships equipped with billions worth of weaponry and service personnel, America’s other new addition to the battlefront is invisible to those on land and can be controlled from anywhere in the world.
"In the Cold War, minesweeping warfare was a large part of what the Navy did, but we have lost a lot of our minesweeping capability," Christopher Harmer, a senior analyst at the Institute for the Study of War, tells the Times. "The SeaFox is a relatively simple, off-the-shelf system that we can put off our minesweepers but also any surface ship."
Harmer adds to the paper that although Iran has the capabilities of coming through with its threats of closing the strait, the latest addition to the United States Navy would make sure a blockade wouldn’t last long.
"If they wanted to close the Strait of Hormuz, they could do it, but they would only be able to do it one time," he says.
The new fleet of SeaFox subs will accompany two massive aircraft carriers and a collection of F-22 fighter jets that America has already sent towards Iran. When the United States upped its presence in Persian Gulf earlier this year, Defense Secretary Leon Panetta told reporters, “We want them to know that we are fully prepared to deal with any contingency and it’s better for them to try to deal with us through diplomacy.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamanei:
Dibanding 30 Tahun Lalu, Sekarang Iran
100 Kali lebih kuat
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamanei Rabu (11/7) pagi dalam pertemuan dengan lebih dari seribu wanita cendekia dan pejuang Muslimah dari berbagai negara Muslim menyebut wanita Muslimah sebagai komunitas yang memainkan peran yang tak tergantikan dalam kebangkitan Islam. Seraya menyinggung peran wanita Islam dalam perjuangan, kemenangan dan kelestarian gerakan revolusi Islam di Iran, beliau mengatakan, "Kelestarian gerakan kebangkitan Islam yang penuh berkah ini akan membuahkan kemenangan besar bagi bangsa-bangsa Muslim."
Mengenai konferensi 'Kebangkitan Islam' di Tehran yang mempertemukan wanita-wanita Muslim cendekia dan pejuang dari 85 negara, Rahbar menegaskan, pertemuan ini adalah kesempatan bagi wanita-wanita Muslim di Dunia Islam untuk saling mengenal. Beliau menambahkan, "Saling kenal dan kerjasama yang sudah terjalin dalam konferensi ini adalah awal bagi menggalang gerakan yang konstruktif dan lestari dalam upaya menghidupkan kembali identitas dan kepribadian wanita Muslimah."
Seraya menyinggung upaya Barat selama seratus tahun terakhir untuk menjauhkan wanita Muslimah dari jatidiri keislaman mereka, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, kerja keras kaum wanita Muslimah untuk menghidupkan kembali identitas keislaman ini adalah pengabdian yang terbesar kepada umat Islam. Sebab, merasakan kembali identitas Islam serta kearifan wanita Muslimah akan meninggalkan pengaruh yang sangat besar dalam gerakan kebangkitan Islam dan kemuliaan umat Islam.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan pandangan Barat yang cenderung melecehkan wanita, seraya mengatakan, "Orang-orang Barat sesuai budaya mereka, memandang wanita tak lebih dari sarana dan alat pemuas nafsu bagi kaum pria. Barat mengerahkan semua sarana yang ada untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan mereka. Semua itu dilakukan dengan membungkusnya dalam kemasan isu kebebasan. Sama halnya dengan aksi pembantaian dan penjarahan kekayaan negara-negara lain, pengerahan tentara dan pemaksaan perang yang mereka lakukan dengan mengangkat slogan yang menarik seperti gerakan menuntut kebebasan, hak asasi manusia dan demokrasi."
Mengenai pandangan Islam yang bersebarangan dengan pandangan Barat dalam masalah perempuan, Rahbar menjelaskan, Islam memandang wanita dengan pandangan penuh hormat dan kemuliaan. Islam memandang wanita sebagai faktor kemajuan dan mengakui keutamaan jatidiri wanita.
Beliau menerangkan kondisi wanita Muslimah Iran yang aktif di berbagai ranah keilmuan, politik dan pengelolaan negara. Wanita yang hidup di lingkungan Islami akan mampu mengembangkan potensi diri dan memainkan peran penting di tengah masyarakat dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai perempuan, dan ini adalah satu kebanggaan. Sementara, cara pandang Barat dalam memperlakukan perempuan justeru akan merugikan mereka sendiri.
Islam memandang laki-laki dan perempuan sebagai dua komunitas dengan banyak kesamaan karakter insani di antara mereka. Masing-masing memikul beban dan tanggung yang sesuai dengan kondisi fisik mereka demi kelangsungan hidup dan meniti kesempurnaan insani. Perempuan bahkan memiliki peran yang lebih besar dari kaum pria dalam hal keberlanjutan generasi manusia.
"Aturan yang ditentukan Islam dalam masalah keluarga dan pembatasan masalah hubungan seksual harus ditinjau dari kacamata ini," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab Muslimah cendekia di Dunia Islam adalah mengenalkan peran wanita dan pandangan Islam dalam masalah perempuan. Di Iran, dalam sejarah revolusi dan 33 tahun pemerintahan Islam, kaum perempuan memainkan peran yang sangat besar.
"Kaum perempuan memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan sosial, serta gerakan revolusi dan kebangkitan Islam. Sebab, di mana saja kaum perempuan ikut terlibat dalam sebuah gerakan sosial maka dijamin gerakan itu akan berhasil. Hal inilah yang mesti dilaksanakan dan diperkuat dalam perkembangan di Mesir, Libya, Bahrain, Yaman dan negeri-negeri lain di Dunia Islam," tegas beliau.
Kebangkitan Islam menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah fenomena menakjubkan yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Dengan menelaah sisi patologinya dan bersikap arif dalam menghadapi ancaman yang bisa mengganjalnya, gerakan ini akan bisa mengubah perjalanan sejarah," imbuh beliau.
Seraya memuji gerakan kebangkitan bangsa-bangsa Muslim di wilayah utara Afrika dan kawasan lainnya, Rahbar menandaskan, "Kubu arogan terutama Amerika Serikat (AS) dan Zionis yang terkejut menyaksikan transformasi ini berusaha keras melumpuhkan atau menunggangi gerakan ini."
Beliau mengingatkan modus kubu arogansi dalam melumpuhkan gerakan kebangkitan Islam ini yang diantaranya dilakukan dengan menyibukkan bangsa-bangsa Muslim dengan isu-isu parsial atau menebar isu perselisihan di antara mereka. "Jika bangsa-bangsa Muslim dengan tegas melawan tipudaya ini dan tetap berada di tengah medan, mereka pasti akan berhasil mengalahkan kubu arogansi. Karena, kekuatan pedang kaum arogan akan tumpul di hadapan partisipasi dan keimanan bangsa-bangsa ini," kata beliau.
Menyinggung tipudaya musuh terhadap Republik Islam yang tidak pernah berhenti dalam 33 tahun ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Saat ini Barat terus mengumbar kata-kata tentang sanksi terhadap Iran. Mereka tak menyadari bahwa bangsa Iran sudah mengimunisasi diri menghadapi segala bentuk sanksi setelah diembargo selama 30 tahun."
Beliau menambahkan, "Selama tiga dekade ini, bangsa Iran sudah mengorbankan jiwa, harta dan orang-orang yang dikasihi untuk melawan konspirasi dan embargo-embargo ini, sehingga hari ini dibanding 30 tahun yang lalu, kami sudah lebih kuat 100 kali lipat."
Ayatollah al-Udzma Khamenei kembali menyinggung kemajuan Iran dan mengatakan, "Hari ini, kaum Muslimah Iran yang terhormat hadir di semua medan kemajuan dan pembangunan. Kalangan wanita terpelajar Iran menjelma sebagai komunitas yang paling mukmin dan revolusioner di negeri ini di tengah propaganda gencar corong media Barat yang berusaha memutarbalikkan fakta."
Seraya mengingatkan upaya Barat yang berusaha membuat Republik Islam Iran mencabut dukungannya kepada bangsa Palestina, beliau menekankan, "Tanpa mempersoalkan masalah Syiah dan Sunni, kami berdiri berdampingan dengan saudara-saudara Muslim yang lain."
Beliau menambahkan, "Dengan inayah Allah, bangsa Iran dan Republik Islam Iran akan terus mendampingi rakyat Palestina, bangsa-bangsa yang sudah bangkit, dan siapa saja yang melawan AS dan zionisme. Bangsa Iran akan membela mereka tanpa pernah cemas menghadapi kekuatan manapun."
Dalam pertemuan ini, Nyonya Hejazi, Sekretaris Konferensi Internasional Perempuan dan Kebangkitan Islam menjelaskan bahwa konferensi ini dihadiri oleh 1200 wanita cendekia dan aktivis dari 85 negara.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Forum Dunia Kebangkitan Islam Dr Ali Akbar Velayati mengatakan bahwa Forum Dunia Kebangkitan Islam dalam programnya menggelar konferensi seperti ini untuk membudayakan dan memperkaya dialog tentang kebangkitan Islam.
Mengenai konferensi 'Kebangkitan Islam' di Tehran yang mempertemukan wanita-wanita Muslim cendekia dan pejuang dari 85 negara, Rahbar menegaskan, pertemuan ini adalah kesempatan bagi wanita-wanita Muslim di Dunia Islam untuk saling mengenal. Beliau menambahkan, "Saling kenal dan kerjasama yang sudah terjalin dalam konferensi ini adalah awal bagi menggalang gerakan yang konstruktif dan lestari dalam upaya menghidupkan kembali identitas dan kepribadian wanita Muslimah."
Seraya menyinggung upaya Barat selama seratus tahun terakhir untuk menjauhkan wanita Muslimah dari jatidiri keislaman mereka, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, kerja keras kaum wanita Muslimah untuk menghidupkan kembali identitas keislaman ini adalah pengabdian yang terbesar kepada umat Islam. Sebab, merasakan kembali identitas Islam serta kearifan wanita Muslimah akan meninggalkan pengaruh yang sangat besar dalam gerakan kebangkitan Islam dan kemuliaan umat Islam.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan pandangan Barat yang cenderung melecehkan wanita, seraya mengatakan, "Orang-orang Barat sesuai budaya mereka, memandang wanita tak lebih dari sarana dan alat pemuas nafsu bagi kaum pria. Barat mengerahkan semua sarana yang ada untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan mereka. Semua itu dilakukan dengan membungkusnya dalam kemasan isu kebebasan. Sama halnya dengan aksi pembantaian dan penjarahan kekayaan negara-negara lain, pengerahan tentara dan pemaksaan perang yang mereka lakukan dengan mengangkat slogan yang menarik seperti gerakan menuntut kebebasan, hak asasi manusia dan demokrasi."
Mengenai pandangan Islam yang bersebarangan dengan pandangan Barat dalam masalah perempuan, Rahbar menjelaskan, Islam memandang wanita dengan pandangan penuh hormat dan kemuliaan. Islam memandang wanita sebagai faktor kemajuan dan mengakui keutamaan jatidiri wanita.
Beliau menerangkan kondisi wanita Muslimah Iran yang aktif di berbagai ranah keilmuan, politik dan pengelolaan negara. Wanita yang hidup di lingkungan Islami akan mampu mengembangkan potensi diri dan memainkan peran penting di tengah masyarakat dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai perempuan, dan ini adalah satu kebanggaan. Sementara, cara pandang Barat dalam memperlakukan perempuan justeru akan merugikan mereka sendiri.
Islam memandang laki-laki dan perempuan sebagai dua komunitas dengan banyak kesamaan karakter insani di antara mereka. Masing-masing memikul beban dan tanggung yang sesuai dengan kondisi fisik mereka demi kelangsungan hidup dan meniti kesempurnaan insani. Perempuan bahkan memiliki peran yang lebih besar dari kaum pria dalam hal keberlanjutan generasi manusia.
"Aturan yang ditentukan Islam dalam masalah keluarga dan pembatasan masalah hubungan seksual harus ditinjau dari kacamata ini," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab Muslimah cendekia di Dunia Islam adalah mengenalkan peran wanita dan pandangan Islam dalam masalah perempuan. Di Iran, dalam sejarah revolusi dan 33 tahun pemerintahan Islam, kaum perempuan memainkan peran yang sangat besar.
"Kaum perempuan memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan sosial, serta gerakan revolusi dan kebangkitan Islam. Sebab, di mana saja kaum perempuan ikut terlibat dalam sebuah gerakan sosial maka dijamin gerakan itu akan berhasil. Hal inilah yang mesti dilaksanakan dan diperkuat dalam perkembangan di Mesir, Libya, Bahrain, Yaman dan negeri-negeri lain di Dunia Islam," tegas beliau.
Kebangkitan Islam menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah fenomena menakjubkan yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Dengan menelaah sisi patologinya dan bersikap arif dalam menghadapi ancaman yang bisa mengganjalnya, gerakan ini akan bisa mengubah perjalanan sejarah," imbuh beliau.
Seraya memuji gerakan kebangkitan bangsa-bangsa Muslim di wilayah utara Afrika dan kawasan lainnya, Rahbar menandaskan, "Kubu arogan terutama Amerika Serikat (AS) dan Zionis yang terkejut menyaksikan transformasi ini berusaha keras melumpuhkan atau menunggangi gerakan ini."
Beliau mengingatkan modus kubu arogansi dalam melumpuhkan gerakan kebangkitan Islam ini yang diantaranya dilakukan dengan menyibukkan bangsa-bangsa Muslim dengan isu-isu parsial atau menebar isu perselisihan di antara mereka. "Jika bangsa-bangsa Muslim dengan tegas melawan tipudaya ini dan tetap berada di tengah medan, mereka pasti akan berhasil mengalahkan kubu arogansi. Karena, kekuatan pedang kaum arogan akan tumpul di hadapan partisipasi dan keimanan bangsa-bangsa ini," kata beliau.
Menyinggung tipudaya musuh terhadap Republik Islam yang tidak pernah berhenti dalam 33 tahun ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Saat ini Barat terus mengumbar kata-kata tentang sanksi terhadap Iran. Mereka tak menyadari bahwa bangsa Iran sudah mengimunisasi diri menghadapi segala bentuk sanksi setelah diembargo selama 30 tahun."
Beliau menambahkan, "Selama tiga dekade ini, bangsa Iran sudah mengorbankan jiwa, harta dan orang-orang yang dikasihi untuk melawan konspirasi dan embargo-embargo ini, sehingga hari ini dibanding 30 tahun yang lalu, kami sudah lebih kuat 100 kali lipat."
Ayatollah al-Udzma Khamenei kembali menyinggung kemajuan Iran dan mengatakan, "Hari ini, kaum Muslimah Iran yang terhormat hadir di semua medan kemajuan dan pembangunan. Kalangan wanita terpelajar Iran menjelma sebagai komunitas yang paling mukmin dan revolusioner di negeri ini di tengah propaganda gencar corong media Barat yang berusaha memutarbalikkan fakta."
Seraya mengingatkan upaya Barat yang berusaha membuat Republik Islam Iran mencabut dukungannya kepada bangsa Palestina, beliau menekankan, "Tanpa mempersoalkan masalah Syiah dan Sunni, kami berdiri berdampingan dengan saudara-saudara Muslim yang lain."
Beliau menambahkan, "Dengan inayah Allah, bangsa Iran dan Republik Islam Iran akan terus mendampingi rakyat Palestina, bangsa-bangsa yang sudah bangkit, dan siapa saja yang melawan AS dan zionisme. Bangsa Iran akan membela mereka tanpa pernah cemas menghadapi kekuatan manapun."
Dalam pertemuan ini, Nyonya Hejazi, Sekretaris Konferensi Internasional Perempuan dan Kebangkitan Islam menjelaskan bahwa konferensi ini dihadiri oleh 1200 wanita cendekia dan aktivis dari 85 negara.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Forum Dunia Kebangkitan Islam Dr Ali Akbar Velayati mengatakan bahwa Forum Dunia Kebangkitan Islam dalam programnya menggelar konferensi seperti ini untuk membudayakan dan memperkaya dialog tentang kebangkitan Islam.
Pentagon
finds Iran's ballistic missiles
improving
|
(Ahlul Bayt News Agency) - “Iran has boosted the lethality and effectiveness of existing systems by improving accuracy and developing new submunition payloads” that extend the destructive power over a wider area than a solid warhead, according to the June 29 report signed by U.S. Defense Secretary Leon Panetta.
The improvements are in tandem with regular ballistic-missile training that “continues throughout the country” and the addition of “new ships and submarines,” the report found.
The report obtained by Bloomberg News was provided to the four congressional defense committees last week to comply with a fiscal 2010 directive to provide an annual classified and unclassified assessment of Iran’s military power. The unclassified version provides the latest snapshot of Iran’s so-called asymmetric capabilities designed to counter the strengths of western militaries.
In a missile exercise on July 4 the Islamic Revolution Guards Corps test-fired missiles with a range of 300 to 1300 kilometers. The missiles successfully hit designated targets.
In the drill missiles were fired at bases modeled on airbases of the extra-regional powers.
Control of
Persian Gulf is in ‘Iran’s
hands’: Navy
chief
|
(Ahlul Bayt News Agency) - “The control of the Persian Gulf region is in Iran’s hands,” Rear Admiral Habibollah Sayyari told reporters.
The admiral also dismissed reports that the fourth U.S. aircraft carrier has been deployed in the Persian Gulf.
The top military official also said that security in the Persian Gulf can only be guaranteed by Iran.
KOMANDER FIRUZABADI : BERSEDIA
TUTUP SELAT HORMUZ JIKA AYATULLAH
KHAMENEI BERI ARAHAN
خطط اغلاق مضيق هرمز
جاهزة والأوامر بيد «الإمام الخامنئي»
|
ابنا: أعلن رئيس هيئة الأركان العامة للقوات المسلحة الإيرانية اللواء «حسن فيروز أبادي» أمس ان القرار النهائي لغلق مضيق هرمز بيد قائد الثورة الإسلامية الإيرانية «الإمام سيد علی الخامنئي».
وقال فيروز أبادي على هامش اجتماع لقادة الحرس الثوري في مدينة مشهد الإيرانية إن "القوات المسلحة لا تملك قرار غلق مضيق هرمز وإنما القرار النهائي يتخذه القائد العام للقوات المسلحة الإمام الخامنئي".
واضاف " لا ننوي في الوقت الراهن إغلاق هذا المضيق ولكننا وضعنا الخطط اللازمة لذلك وأرسلناها الى المجلس الأعلى للأمن القومي الإيراني وان القائد العام للقوات المسلحة هو من يتخذ القرار النهائي بهذا الشأن" .
ووصف اللواء فيروز ابادي مشروع إغلاق مضيق هرمز بـ" المشروع الذكي والعقلاني" الذي يحقق مصالح إيران.
Imam Khamenei Has Final Say on Closing Hormuz
Strait
|
(Ahlul Bayt News Agency) - The Armed Forces have their plans for every situation, but the decision to close the Strait of Hormuz is one that has to be made by the Leader, Major General Hassan Firouzabadi said on Sunday.
“The presence and role of the US in the region is aimed at defending the interests of super-capitalism, the US and Israel in the region,” he noted.
The Iranian commander added that the US seeks to assure the Persian Gulf’s Arab countries they will keep their export routes and shipping lanes open.
Firouzabadi said the US extorts from the oil-rich Arab countries under different pretexts, “one day by establishing the Zionist regime (Israel), one day by arming [executed Iraqi dictator] Saddam [Hussein] and one day by using the pretext of Iran's missiles and deploying anti-missile systems."
On July 7, Firouzabadi said as a “Shia nation that acts reasonably,” Iran does not plan to close the Strait of Hormuz unless its interests are seriously threatened.
Iran's Majlis is also preparing a motion according to which the Islamic Republic would close the Strait of Hormuz for as long as anti-Tehran sanctions are in effect.
On June 14, Commander of Islamic Revolution Guard Corps (IRGC) Navy Ali Fadavi said Iran has the ability to close the strait and has proved its capability during the eight years of imposed war with Iraq.
“The presence and role of the US in the region is aimed at defending the interests of super-capitalism, the US and Israel in the region,” he noted.
The Iranian commander added that the US seeks to assure the Persian Gulf’s Arab countries they will keep their export routes and shipping lanes open.
Firouzabadi said the US extorts from the oil-rich Arab countries under different pretexts, “one day by establishing the Zionist regime (Israel), one day by arming [executed Iraqi dictator] Saddam [Hussein] and one day by using the pretext of Iran's missiles and deploying anti-missile systems."
On July 7, Firouzabadi said as a “Shia nation that acts reasonably,” Iran does not plan to close the Strait of Hormuz unless its interests are seriously threatened.
Iran's Majlis is also preparing a motion according to which the Islamic Republic would close the Strait of Hormuz for as long as anti-Tehran sanctions are in effect.
On June 14, Commander of Islamic Revolution Guard Corps (IRGC) Navy Ali Fadavi said Iran has the ability to close the strait and has proved its capability during the eight years of imposed war with Iraq.
HEZBOLLAH : TAMAT RIWAYAT ISRAEL
JIKA SERANG MUQAWAMAH
HEZBOLLAH
حزب الله: أى حرب
إسرائيلية على المقاومة
ستكون نهاية
إسرائيل
|
ابنا: قال مسئول منطقة البقاع فى حزب الله محمد ياغى "إن أى حرب إسرائيلية جديدة ينوى العدو الإسرائيلى شنها عل المقاومة ستكون بمثابة النهاية لهذا الكيان"، لافتا إلى أن المقاومة تعد العدة وتتهيأ على جميع المستويات وباتت أقوى من أى وقت مضى.
وشدد ياغى فى بيان له اليوم على أن المقاومة باقية وسلاحها باق، لأنها تريد لبنانا قويا ومتماسكا معتبرا أن أساليب من يحرك ويعطى التوجيهات للوقوف ضد المقاومة لن تجدى نفعا.
وشدد ياغى فى بيان له اليوم على أن المقاومة باقية وسلاحها باق، لأنها تريد لبنانا قويا ومتماسكا معتبرا أن أساليب من يحرك ويعطى التوجيهات للوقوف ضد المقاومة لن تجدى نفعا.
................
Indonesia
Shia Cleric Illegally Jailed for
Blasphemy
|
(Ahlul Bayt News Agency) - Tajul Muluk was arrested in April by police on the island of Madura off eastern Java amid anti-Shia attacks that rights groups say were led by Wahhabis. “Based on witness accounts and evidence presented, the defendant has been proven legally and convincingly guilty of blasphemy causing public anxiety,” chief judge Purnomo Amin Tjahjo told the Sampang district court.
Prosecutor Sucipto, in his indictment, claimed that Tajul Mulik has said to his disciples that the current Al Quran was not the original version and the the original one is still in the hands of the imam Mahdi,”. But Tajul Muluk strongly rejected these claims and said our holy book of Quran is same as Sunni brothers and there is not any differences.
The judge claimed that Muluk had propagated Shia teachings in his village of Nangkernang, where a nearby branch of the country’s top Islamic clerical council dubbed the denomination “deviant” from mainstream Islam. Muluk said that he would file an appeal against the ruling.
“I feel that my dignity has been crushed. They accused me of being an infidel. I will file an appeal for the sake of my pride,” he told the court.
Human Rights Watch (HRW) criticised the court ruling and urged the Indonesian government to immediately release Muluk and repeal the country’s blasphemy laws. The international rights watchdog said that Sunni militants had attacked Muluk’s village, burning houses, including Muluk’s home, as well as an Islamic school, and forcing 500 Shia followers to flee their homes.
Kapal Perang US takutkan musuh tersilap tembak
tongkang nelayan Emirat
satu koban 3 cedera
Prosecutor Sucipto, in his indictment, claimed that Tajul Mulik has said to his disciples that the current Al Quran was not the original version and the the original one is still in the hands of the imam Mahdi,”. But Tajul Muluk strongly rejected these claims and said our holy book of Quran is same as Sunni brothers and there is not any differences.
The judge claimed that Muluk had propagated Shia teachings in his village of Nangkernang, where a nearby branch of the country’s top Islamic clerical council dubbed the denomination “deviant” from mainstream Islam. Muluk said that he would file an appeal against the ruling.
“I feel that my dignity has been crushed. They accused me of being an infidel. I will file an appeal for the sake of my pride,” he told the court.
Human Rights Watch (HRW) criticised the court ruling and urged the Indonesian government to immediately release Muluk and repeal the country’s blasphemy laws. The international rights watchdog said that Sunni militants had attacked Muluk’s village, burning houses, including Muluk’s home, as well as an Islamic school, and forcing 500 Shia followers to flee their homes.
Kapal Perang US takutkan musuh tersilap tembak
tongkang nelayan Emirat
satu koban 3 cedera
حمله اشتباهی ناو آمریکایی به قایق
اماراتی!
|
به گزارش خبرگزاری اهلبیت(ع) ـ ابنا ـ یک مقام کنسولی آمریکا در دوبی گفت: یک کشتی آمریکایی امروز دوشنبه با شلیک به یک قایق کوچک در سواحل امارات متحده عربی باعث کشته شدن یک نفر و مجروح شدن سه نفر شد.
این مقام آمریکایی جزئیات بیشتری ارائه نکرد، اما بر اساس این گزارش به نظر میرسد قایق اشتباها به عنوان تهدید تلقی شده و مورد هدف قرار گرفته است.
براساس این گزارش، دهها پلیس و مقام امنیتی امارات در بندر کوچک دوبی که قایق مورد نظر به آنجا منتقل شده است حضور یافتند.
این گزارش افزود: قایق هدف گرفته شده شبیه یک قایق ماهیگیری است که 9 متر طول دارد و با سه موتور کار میکند.
امدادگران یک نفر از افراد مجروح شده را به بیمارستان منتقل کردهاند.
این درحالی است که مقامات اماراتی بلافاصله قایق مورد نظر را به مکان دیگری منتقل کرده اند.
براساس این گزارش، یک مقام اماراتی حاضر در صحنه نیز مرگ این یک نفر را تایید کرد اما به دلیل حساس بودن موضوع نخواست نامش فاش شود.
بر اساس این گزارش، ناوهای جنگی آمریکا معمولا در منطقه و در آبهای بین المللی رفت و آمد میکنند.
SOLAWAT
No comments:
Post a Comment