Dialog Ilmiah Syeikh Sa’id Ramadhan Al-Buthi dan Syeikh Al-Albani
|
Menurut Kantor Berita ABNA, ada sebuah perdebatan yang menarik tentang ijtihad dan taqlid, antara Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, seorang ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di Syria, bersama Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, seorang tokoh Wahhabi dari Yordania.
Syaikh al-Buthi bertanya: “Bagaimana cara Anda memahami hukum-hukum Allah, apakah Anda mengambilnya secara langsung dari al-Qur’an dan Sunnah, atau melalui hasil ijtihad para imam-imam mujtahid?”
Al-Albani menjawab: “Aku membandingkan antara pendapat semua imam mujtahid serta dalil-dalil mereka lalu aku ambil yang paling dekat terhadap al-Qur’an dan Sunnah.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Seandainya Anda punya uang 5000 Lira. Uang itu Anda simpan selama enam bulan. Kemudian uang itu Anda belikan barang untuk diperdagangkan, maka sejak kapan barang itu Anda keluarkan zakatnya. Apakah setelah enam bulan berikutnya, atau menunggu setahun lagi?”
Al-Albani menjawab: “Maksud pertanyaannya, kamu menetapkan bahwa harta dagang itu ada zakatnya?”
Syaikh al-Buthi berkata: “Saya hanya bertanya. Yang saya inginkan, Anda menjawab dengan cara Anda sendiri. Di sini kami sediakan kitab-kitab tafsir, hadits dan fiqih, silahkan Anda telaah.”
Al-Albani menjawab: “Hai saudaraku, ini masalah agama. Bukan persoalan mudah yang bisa dijawab dengan seenaknya. Kami masih perlu mengkaji dan meneliti. Kami datang ke sini untuk membahas masalah lain”.
Mendengar jawaban tersebut, Syaikh al-Buthi beralih pada pertanyaan lain: “Baik kalau memang begitu. Sekarang saya bertanya, apakah setiap Muslim harus atau wajib membandingkan dan meneliti dalil-dalil para imam mujtahid, kemudian mengambil pendapat yang paling sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah?”
Al-Albani menjawab: “Ya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Maksud jawaban Anda, semua orang memiliki kemampuan berijtihad seperti yang dimiliki oleh para imam madzhab? Bahkan kemampuan semua orang lebih sempurna dan melebihi kemampuan ijtihad para imam madzhab. Karena secara logika, seseorang yang mampu menghakimi pendapat-pendapat para imam madzhab dengan barometer al-Qur’an dan Sunnah, jelas ia lebih alim dari mereka.”
Al-Albani menjawab: “Sebenarnya manusia itu terbagi menjadi tiga, yaitu muqallid (orang yang taklid), muttabi’ (orang yang mengikuti) dan mujtahid. Orang yang mampu membandingkan madzhab-madzhab yang ada dan memilih yang lebih dekat pada al-Qur’an adalah muttabi’. Jadi muttabi’ itu derajat tengah, antara taklid dan ijtihad.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apa kewajiban muqallid?”
Al-Albani menjawab: “Ia wajib mengikuti para mujtahid yang bisa diikutinya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apakah ia berdosa kalau seumpama mengikuti seorang mujtahid saja dan tidak pernah berpindah ke mujtahid lain?”
Al-Albani menjawab: “Ya, ia berdosa dan haram hukumnya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apa dalil yang mengharamkannya?”
Al-Albani menjawab: “Dalilnya, ia mewajibkan pada dirinya, sesuatu yang tidak diwajibkan Allah padanya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Dalam membaca al-Qur’an, Anda mengikuti qira’ahnya siapa di antara qira’ah yang tujuh?”
Al-Albani menjawab: “Qira’ah Hafsh.”
Al-Buthi bertanya: “Apakah Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja? Atau setiap hari, Anda mengikuti qira’ah yang berbeda-beda?”
Al-Albani menjawab: “Tidak. Saya hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Mengapa Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja, padahal Allah subhanahu wata’ala tidak mewajibkan Anda mengikuti qira’ah Hafsh. Kewajiban Anda justru membaca al-Qur’an sesuai riwayat yang dating dari Nabi Saw. secara mutawatir.”
Al-Albani menjawab: “Saya tidak sempat mempelajari qira’ah-qira’ah yang lain. Saya kesulitan membaca al-Qur’an dengan selain qira’ah Hafsh.”
Syaikh al-Buthi berkata: “Orang yang mempelajari fiqih madzhab asy-Syafi’i, juga tidak sempat mempelajari madzhab-madzhab yang lain. Ia juga tidak mudah memahami hukum-hukum agamanya kecuali mempelajari fiqihnya Imam asy-Syafi’i. Apabila Anda mengharuskannya mengetahui semua ijtihad para imam, maka Anda sendiri harus pula mempelajari semua qira’ah, sehingga Anda membaca al-Qur’an dengan semua qira’ah itu. Kalau Anda beralasan tidak mampu melakukannya, maka Anda harus menerima alasan ketidakmampuan muqallid dalam masalah ini. Bagaimanapun, kami sekarang bertanya kepada Anda, dari mana Anda berpendapat bahwa seorang muqallid harus berpindah-pindah dari satu madzhab ke madzhab lain, padahal Allah tidak mewajibkannya. Maksudnya sebagaimana ia tidak wajib menetap pada satu madzhab saja, ia juga tidak wajib berpindah-pindah terus dari satu madzhab ke madzhab lain?”
Al-Albani menjawab: “Sebenarnya yang diharamkan bagi muqallid itu menetapi satu madzhab dengan keyakinan bahwa Allah memerintahkan demikian.”
Syaikh al-Buthi berkata: “Jawaban Anda ini persoalan lain. Dan memang benar demikian. Akan tetapi, pertanyaan saya, apakah seorang muqallid itu berdosa jika menetapi satu mujtahid saja, padahal ia tahu bahwa Allah tidak mewajibkan demikian?”
Al-Albani menjawab: “Tidak berdosa.”
Syaikh al-Buthi berkata: “Tetapi isi buku yang Anda ajarkan, berbeda dengan yang Anda katakan. Dalam buku tersebut disebutkan, menetapi satu madzhab saja itu hukumnya haram. Bahkan dalam bagian lain buku tersebut, orang yang menetapi satu madzhab saja itu dihukumi kafir.”
Menjawab pertanyaan tersebut, al-Albani kebingungan menjawabnya.
Demikianlah dialog panjang antara Syaikh al-Buthi dengan al-Albani, yang didokumentasikan dalam kitab beliau al-Lamadzhabiyyah Akhthar Bid’ah Tuhaddid asy-Syari’at al-Islamiyyah. Dialog tersebut menggambarkan, bahwa kaum Wahhabi melarang umat Islam mengikuti madzhab tertentu dalam bidang fiqih. Tetapi ajakan tersebut, sebenarnya upaya licik mereka agar umat Islam mengikuti madzhab yang mereka buat sendiri. Tentu saja mengikuti madzhab para ulama salaf, lebih menenteramkan bagi kaum Muslimin. Keilmuan, ketulusan dan keshalehan ulama salaf jelas diyakini melebihi orang-orang sesudah mereka. [pustakamuhibbin]
Menurut Kantor Berita ABNA, Allamah Syahid Muhammad Sa'id al Buthi dalam khutbah terakhirnya pada hari Jum'at (15/3) di pusat kota Damaskus, beberapa hari sebelum kesyahidannya, mengatakan bahwa harapan Barat dan kelompok teroris untuk merusak kedaulatan Suriah tidak akan tercapai. Beliaupun menyatakan dukungannya terhadap militer Suriah dan mendo'akan militer Suriah tersebut tetap diberi keberanian dan keteguhan serta kesabaran dalam menghadapi segala makar para musuh.
Berikut diantara penggalan khutbah terakhir ulama besar Sunni yang dianggap munafik dan musuh Islam oleh ulama-ulama pendukung kelompok teroris Suriah dan anti Bashar Asad:
"Sejak dua tahun lalu, makar ini bermula, dan secara bertahap semakin meningkat dan semakin mengganas, namun saya merasa, semua ini akan segera berlalu dalam beberapa bulan terakhir, namun tiba-tiba dari kubu Barat, baik Eropa maupun Amerika, menjadikan perang melawan Suriah sebagai "Perang Dunia", dan perang ini menjadikan Kristiani tidak ubahnya sebagaimana Yahudi, keduanya ibarat satu mata.
Kita melihat dalam perang dunia ini, setiap kelompok dan Negara baik kiri maupun kanan, baik Barat maupun Timur berkomplot, sehingga dalam perang dunia ini kita menyaksikan bukan hanya satu laskar, melainkan beberapa laskar yang merupakan laskar bayaran yang kebanyakan dari mereka berasal dari Al-Qaedah yang merupakan kaki tangan Amerika Serikat.
Bukalah mata kita, dan saksikan siapa pihak yang melanjutkan perang melawan Suriah ini, laskar tersebut terdiri dari beberapa kelompok dan dari beberapa Negara, dan kita melihat dengan mata kepala sendiri puluhan ton bom mereka ledakkan dibeberapa tempat di tanah Suriah ini yang nabi Muhammad Saw sendiri yang memberi nama jantung dan pusat Negara ini dengan sebutan Syam.
Para penjajah Barat menghendaki Negara besar Suriah hanya dalam beberapa bulan dapat mereka jadikan menjadi empat Negara kecil, namun sampai saat ini, dengan segala kerja keras mereka hasil apa yang mereka dapatkan?
Lebih dari dua tahun, Suriah sendirian mampu bertahan dalam perang dunia ini. Hanya satu kesatuan militer dari satu Negara. Dengan hanya satu kesatuan militer Suriah ini kita memiliki harapan besar dapat meluluhlantakkan dan mempermalukan para penjajah Barat tersebut. Bahkan hari ini, pemerintah Suriah semakin kuat dan semakin kokoh dari sebelumnya.
Militer Negara ini dalam menghadapi makar dan agresi dunia ini, tidak membutuhkan bantuan apapun dari siapapun, kecuali pertolongan Allah SWT yang Maha Besar.
Kita memiliki militer yang pemberani dan hanya berharap kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT, dan mengenai keberanian ini Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an, "Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman." (Qs. At Taubah: 14).
Inilah bentuk keberanian dan kepahlawanan militer kita. Yang tidak pernah kita mendengar mereka mendapat bantuan dari pihak manapun. Keberanian yang berasal dari Pencipta langit dan bumi tersebut adalah anugerah yang tak ternilai harganya yang kita miliki."
Allamah al Buthi, syahid beberapa hari setelahnya kamis (21/3), di saat beliau sedang memberi pelajaran ilmu agama dihadapan puluhan muridnya di masjid al Iman pusat kota Damaskus. Tiba-tiba seseorang dari anasir kelompok teroris yang geram dengan khutbah-khutbah dan dukungan ulama besar Sunni tersebut terhadap pemerintahan Bashar Asad mendekati ulama yang berusia 80 tahun ini dan meledakkan diri bersama bom yang dibawanya. Ledakan bom tersebut turut mensyahidkan puluhan jama'ah masjid tersebut.
Allammah Syahid al Buthi adalah ulama besar Sunni yang dalam khutbah-khutbahnya sering menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Bashar Asad sehingga mendapat kecaman dari kelompok oposisi Suriah. Beliau sering disebut munafik dan oleh kelompok teroris yang diwakili oleh Ketua Mujahidin Harakah Ahrar asy-Syam al-Islamiyyah sekaligus ketua Al-Jabhah al-Islamiyyah as-Suriyah, Abu Abdullah al-Hamawi mengatakan kepada kantor berita Islam Haq bersyukur atas kematian ulama pendukung rezim Bashar Asad tersebut. Syaikh Yusuf Qardawi juga beberapa hari sebelumnya menyebut Allamah al Buthi sebagai ulama munafik yang menebarkan kebatilan karenanya dia menyerukan teror terhadap Allamah al Buthi.
Mantan Reporter CNN:
CNN Banyak Sebarkan Berita Dusta Mengenai Suriah dan Iran
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Seorang mantan koresponden CNN mengatakan, jaringan yang berbasis di Amerika Serikat ini telah terlibat dalam menyebarkan propaganda Barat terhadap Republik Islam Iran dan Suriah.
Amber Lyon mengatakan bahwa ketika ia bekerja untuk CNN, ia menerima perintah untuk mengirim berita-berita palsu atau membuang informasi tertentu yang tidak disetujui oleh pemerintah AS dengan tujuan menghasut opini publik untuk mendukung peluncuran serangan terhadap Iran dan Suriah. Demikian dilaporkan kantor berita resmi Suriah SANA mengutip Lyon.
Lyon menambahkan, media-media mainstream AS sengaja bekerja untuk menciptakan propaganda terhadap Iran guna menggalang dukungan publik untuk invasi militer ke negara tersebut.
Lebih lanjut Lyon menandaskan, skenario yang sama yang digunakan untuk meluncurkan perang ke Irak pada tahun 2003 sedang dipersiapkan untuk Iran dan Suriah. Iran dan Suriah, masih kata Lyon, sedang mengalami "demonisasi konstan" oleh media mainstream Amerika.
Lyon menambahkan, media-media mainstream AS sengaja bekerja untuk menciptakan propaganda terhadap Iran guna menggalang dukungan publik untuk invasi militer ke negara tersebut.
Lebih lanjut Lyon menandaskan, skenario yang sama yang digunakan untuk meluncurkan perang ke Irak pada tahun 2003 sedang dipersiapkan untuk Iran dan Suriah. Iran dan Suriah, masih kata Lyon, sedang mengalami "demonisasi konstan" oleh media mainstream Amerika.
Mantan reporter CNN menjelaskan bahwa jaringan itu menerima uang dari pemerintah AS dan negara-negara lain dalam pertukaran untuk menyelaraskan isi berita dengan kepentingan mereka.Bulan Oktober tahun lalu, Lyon mengeluhkan bahwa "ada demonisasi konstan terhadap Suriah, Iran dan negara-negara lain di media mainstream AS."
Ia menggambarkan sikap itu sebagai sikap yang "berbahaya"bagi publik Amerika, sebab mereka tidak diberi cerita dan gambaran yang akurat dari kebijakan luar negeri negara kami.
Lyon juga mengatakan bahwa CNN disuap oleh rezim Bahrain untuk menyensor sebuah film dokumenter pada awal tahun 2011 tentang penumpasan brutal terhadap protes damai rakyat di negara itu.
Lyon juga mengatakan bahwa CNN disuap oleh rezim Bahrain untuk menyensor sebuah film dokumenter pada awal tahun 2011 tentang penumpasan brutal terhadap protes damai rakyat di negara itu.
Iran:
Iran Kecam Penyerangan Universitas Damaskus
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Reza Amriri atas beberapa kejadian terakhir di Suriah, mengecam keras aksi kekerasan dan teror yang dilakukan oleh kelompok teroris Suriah, khususnya serangan terhadap universitas Damaskus, terbunuhnya secara sadis civitas akademika kampus dan demikian pula penyerangan terhadap sejumlah masjid yang diantaranya menyebabkan syahidnya Syaikh Hasan Saif al Din imam jama'ah masjid Jami' Halab.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran urusan Arab dan Afrika tersebut turut mengecam campur tangan asing terhadap masalah internal Suriah dan menyebut campur tangan tersebut terutama dukungan terhadap kelompok oposisi dengan memberikan bantuan persenjataan dan sokongan dana menyebabkan masalah di Suriah semakin berlarut-larut. Beliau dihadapan para wartawan juga menegaskan dukungan Republik Islam Iran terhadap rakyat Suriah yang menghendaki terwujudnya stabilitas politik dan keamanan di Negara mereka. Pejabat Tinggi Iran tersebut menyebutkan, jalan terbaik yang ditempuh pemerintah Suriah adalah mengadakan dialog nasional dengan rakyat Suriah untuk menentukan masa depan bangsa mereka sendiri.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran urusan Arab dan Afrika Hossein Amir Abdollahian mengatakan, cara terbaik untuk mengakhiri kekerasan di Suriah adalah menghentikan aliran senjata kepada militan di negara Arab itu.
Hal itu disampaikan Amir Abdollahian dalam konferensi pers di Kairo, ibukota Mesir, pada Senin (1/4). Amir Abdollahian juga menyerukan kepada negara-negara tetangga Suriah untuk mengontrol ketat perbatasan mereka sebagai upaya untuk menghentikan penyelundupan senjata ke negara Arab itu.
"Berbagai senjata dikirim ke Suriah melalui perbatasan di seluruh negeri dan banyak kelompok bersenjata tak dikenal juga telah memasuki negara itu dari perbatasan yang berbeda…," ujarnya.
Amir Abdollahian tiba di Kairo pada Sabtu dan telah mengadakan pembicaraan tentang situasi di Suriah dengan Utusan Khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi, Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Arabi dan Menteri Luar Negeri Mesir Mohamed Kamel Amr.
Ia mengatakan, Tehran dan Kairo "berbagi pandangan yang sama" terkait cara untuk mengakhiri kekerasan di Suriah. "Kami setuju untuk menolak setiap intervensi asing di Suriah," tandasnya.
Lebih lanjut Amir Abdollahian memperingatkan bahwa kekuatan-kekuatan asing tengah berusaha menghancurkan Suriah dengan cara memicu krisis di negara Arab itu.
Wakil Menlu Iran urusan Arab dan Afrika juga membantah klaim tak berdasar bahwa Tehran intervensi dalam urusan negara-negara Arab. Ia menegaskan bahwa Republik Islam memiliki kepentingan bersama dengan negara-negara regional, tegasnya sebagaimana yang diberitakan media berita IRIB.
Amerika Serikat:
Terbongkar, CIA Persenjatai Pemberontak Suriah
|
Menurut Kantor Berita ABNA, dinukil dari situs berita DetikNews yang menyebutkan Peranan Amerika Serikat dalam pemberontakan yang dilakukan di Suriah, ternyata tidak hanya pada dukungan politis semata. Dukungan (CIA) lembaga intelijen AS kepada kaum pemberontak, terbongkar.
Terungkapnya peranan CIA tersebut diungkapkan New York Times dalam laporannya, Senin (25/3) waktu setempat. CIA berada di tengah-tengah Arab dan Turki yang sama-sama mendukung tergulingnya rezim Bashar al-Assad.
Dalam laporan itu, disebutkan CIA berperan dalam mengakomodir lalu lintas persenjataan untuk oposisi. Sejumlah pejabat pihak oposisi juga mengkonfirmasi adanya bantuan CIA.
Proses pengangkutan senjata yang awalnya dalam skala kecil pada awal 2012, meningkat tajam belakangan ini. Sebanyak 160 penerbangan kargo militer dari Jordania, Arab Saudi dan Qatar diduga 'diamankan' oleh CIA.
CIA juga diduga membantu pengadaan senjata secara besar-besaran dari Kroasia. Lembaga intelijen ini lantas menentukan oposisi mana saja yang berhak menerima bantuan senjata.
Bukan hanya itu, menurut laporan Associated Press kelompok teroris bahkan mendapat pelatihan militer terlebih dahulu sebelum di kirim ke Suriah. Seorang pejabat AS mengakui hal tersebut dalam wawancaranya dengan wartawan Associated Press, dia mengatakan, "Kami memberikan pelatihan militer bagi kelompok oposisi di Yordania selama beberapa bulan sebelum mereka kami terjunkan ke Suriah. Hal ini untuk mempercepat proses tergulingnya Bashar Asad."
Kelompok oposisi Suriah gencar melakukan serangan kepada rezim Bashar sejak dua tahun silam. Awalnya, aksi protes warga yang semula damai berubah menjadi perang senjata yang memanas. Anehnya, kelompok oposisi mayoritas justru berkebangsaan asing, yang didatangkan dari Qatar, Turki, Yordania dan Arab Saudi. Bahkan beberapa media mengungkap, kelompok oposisi yang berperang dengan militer Suriah tersebut ada yang berkebangsaan Perancis dan beberapa Negara Eropa lainnya bahkan ada yang berasal dari Afrika. Oleh karenanya, Allamah Syahid al Buthi dalam khutbah Jum'atnya sebelum beliau dibunuh anasir dari kelompok teroris sebab dukungannya atas pemerintahan Bashar Asad menyebut perang yang terjadi di Suriah tersebut adalah perang dunia.
Menteri Luar Negeri Iran:
PBB Harus Selidiki Penggunaan Senjata Kimia oleh Militan Suriah
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Ali Akbar Salehi meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengirimkan tim investigasi untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia oleh para militan Suriah.
Permintaan tersebut disampaikan Salehi melalui sebuah surat yang dikirim kepada Ban pada Selasa (26/3).
Salehi dalam suratnya menegaskan bahwa tindakan teror merupakan ancaman besar terhadap perdamaian dan keamanan internasional dan pelanggaran terbuka atas norma-norma global, khususnya Konvensi Senjata Kimia (CWC).
Ia menyerukan PBB untuk mengadopsi langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terulangnya peristiwa semacam itu.
Salehi menegaskan bahwa Republik Islam Iran sebagai korban terbesar senjata kimia, mengecam kejahatan yang tidak manusiawi ini dan berharap semua pemerintah dan organisasi internasional termasuk PBB dengan cepat dan terang-terangan mengecam kekejaman yang tidak manusiawi itu.
Dalam surat yang salinannya juga telah diteruskan kepada Dewan Keamanan PBB itu, Salehi mendesak peluncuran penyelidikan obyektif mengenai insiden dan sumber senjata kimia serta agen untuk para teroris di Suriah, dan memastikan bahwa mereka diidentifikasi dan diseret ke pengadilan.
Menlu Iran berharap PBB akan mengecam keras penggunaan senjata kimia terhadap orang yang tidak berdosa di kota Aleppo, Suriah.
Menlu Iran berharap PBB akan mengecam keras penggunaan senjata kimia terhadap orang yang tidak berdosa di kota Aleppo, Suriah.
Sebelumnya, jaringan TV resmi Suriah mengutip Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vitaly Churkin melaporkan bahwa Churkin menuntut komite pencari fakta PBB untuk tidak melibatkan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang telah terlibat dalam mendukung dan mempersenjatai kelompok-kelompok teroris dan militan di Suriah.
Anggota NATO, khususnya Amerika Serikat, Turki, Inggris, Jerman dan Perancis, telah memainkan peran aktif dalam mendukung para militan anti-Damaskus dengan menyuplai perangkat keras militer, selain apa yang mereka sebut sebagai bantuan senjata non-lethal.
Anggota NATO, khususnya Amerika Serikat, Turki, Inggris, Jerman dan Perancis, telah memainkan peran aktif dalam mendukung para militan anti-Damaskus dengan menyuplai perangkat keras militer, selain apa yang mereka sebut sebagai bantuan senjata non-lethal.
Pada tanggal 19 Maret, sedikitnya 25 orang tewas dan 86 lainnya terluka ketika para militan menembakkan sebuah roket yang mengandung zat kimia ke desa Khan al-Assal, di kota Aleppo. Perempuan dan anak-anak dilaporkan berada di antara para korban.
Serangan itu terjadi setelah koalisi oposisi Suriah yang dikenal sebagai Koalisi Nasional Suriah memilih Ghassan Hitto, seorang warga negara Amerika kelahiran Suriah sebagai perdana menteri dari apa yang mereka sebut pemerintah sementara.
Dalam pidato pertamanya setelah dipilih oleh koalisi oposisi Suriah, Hitto di kota Istanbul Turki pada tanggal 19 Maret mengatakan bahwa tidak akan ada dialog antara oposisi dan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Krisis Suriah meletus pada pertengahan bulan Maret 2011. Banyak orang termasuk pasukan keamanan dan warga sipil tewas selama kerusuhan ini.
Organisasi-organisasi HAM internasional menyatakan bahwa para militan yang mendapat dukungan dari berbagai pihak asing telah melakukan berbagai kejahatan perang di Suriah.
Mesir:
Universitas al Azhar Kecam Aksi Biadab Wahabi di Suriah
|
Menurut Kantor Berita ABNA, stasiun televisi al 'Alam menyiarkan berita mengenai kecaman pihak universitas al Azhar atas teror yang menimpa Allamah Sa'id Ramadhan al Buthi di masjid al Iman pusat kota Damaskus Suriah.
Dalam sebuah serangan bom bunuh diri yang dilakukan anasir kelompok teroris Suriah di masjid al Iman kota Damaskus mensyahidkan Allamah al Buthi beserta 49 jama'ah masjid lainnya. Bom tersebut diledakkan disaat Allamah al Buthi sedang memberikan pelajaran ilmu agama kepada puluhan murid-muridnya. Pelaku sebelumnya duduk bersama puluhan jama'ah lainnya dalam majelis tersebut yang kemudian secara tiba-tiba mendekati Allamah dan meledakkan bom yang dibawa bersamanya yang kemudian menyebabkan kesyahidan ulama besar Sunni Suriah tersebut.
Berkenaan dengan aksi anarkis dan biadab kelompok teroris tersebut rektor universitas al Azhar Syaikh Ahmad al Khatib mengutuk aksi tersebut, dan mendoakan semoga arwah Allamah al Buthi diterima di sisi Allah SWT dan tergolong dalam kelompok para syuhada.
Ayatullah Khatami:
Ada Tiga Tersangka Utama dalam Krisis Suriah
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Ahmad Khatami menyinggung ketamakan kekuatan imperialis terhadap Suriah dan Irak seraya menyatakan, "Kaum imperialis dunia mempersenjatai anasir teroris di Suriah dengan bom-bom kimia yang membunuh banyak orang serta melukai puluhan warga tak berdosa Suriah."
IRNA (22/3) melaporkan, Sayid Ahmad Khatami dalam khutbah kedua shalat Jumat di Tehran mengatakan, "Suriah saat ini berada di garis terdepan dan jika dunia imperialis sampai berhasil mencapai tujuannya di Suriah, maka target mereka selanjutnya adalah Irak."
Ayatullah Khatami menambahkan, "Saat ini di dua negara tersebut (Suriah dan Irak) terbentuk dua pemerintahan independen namun kaum imperialis menginginkan dua pemerintahan boneka. Oleh karena itu mereka selalu merongrong kedua negara itu dan kita menyaksikan berbagai aksi pengeboman termasuk di Irak."
Menurut khatib shalat Jumat Tehran, dalam berbagai kejahatan di dua negara tersebut ada tiga tertuduh yang terlibat. Tertuduh pertama adalah Amerika Serikat, Inggris dan rezim Zionis Israel. Sebagaimana yang telah dijelaskan Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei (Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran), jika rezim Zionis berani berulah dengan Iran, maka Republik Islam akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah.
Ayatullah Khatami menjelaskan, "Perancis juga termasuk di antara para tersangka utama. Mereka adalah para penjahat yang berkoar tentang HAM namun pada saat yang sama berusaha menyulut pertumpahan darah di Suriah dan di Irak."
Adapun tersangka kedua adalah negara-negara despotik Arab seperti Arab Saudi dan Qatar yang mempersenjatai kelompok teroris. Sementara tersangka ketiga adalah para mufti Wahabi yang mengeluarkan fatwa halal penumpahan darah sesama saudara Muslim dan perampasan harta kekayaan mereka.
Ayatullah Khatami memperingatkan bahwa dunia Islam harus mengetahui bahwa mereka ini adalah para pengkhianat agama Islam, Al-Quran dan para ulama yang menjual agama mereka demi kekayaan serta bahwa pihak yang mendengarkan seruan para ulama Wahabi itu akan terjebak dalam tindak kejahatan dan nasibnya tidak lain kecuali neraka.
Syaikh Rasul Ja'farian:
Umat Islam Tidak Boleh Diam Menghadapi Teror Wahabi
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan al Buthi, seorang ulama besar Sunni kenamaan Suriah gugur akibat serangan bom bunuh diri anggota kelompok Wahabi yang menyerang masjid Al-Iman di ibukota Suriah dan menewaskan sedikitnya 25 orang serta melukai 30 lainnya.
Beliau lahir tahun 1929 dan menempuh jalur pendidikan agama di universitas pada bidang ilmu syariat. Beliau telah menghasilkan banyak karya diberbagai bidang ilmu Islam khususnya pembahasan aqidah dan fiqh.
DR. Rasul Ja'farian, seorang sejawarahwan dan akademisi kampus Iran mengatakan, "Kita tidak boleh tinggal diam dalam menghadapi teror dan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan kelompok takfiri terutama jika teror tersebut ditujukan untuk menghabisi nyawa ulama-ulama Islam. DR. Buthi memiliki ilmu agama yang luas, menguasai berbagai macam bahasa, Arab, Turki, Ingris dan Kurdi, dan selama 3 kurun dikenal sebagai ulama besar Ahlus Sunnah di dunia Islam. Beliau adalah ulama yang bijak, tawadhu dan disegani. Dan beliau banyak mengungkap penyimpangan-penyimpangan aqidah Wahabi kepada kaum muslimin."
Beliau melanjutkan, "Pada tanun 1426 H beliau mendapat penghargaan internasional penguasaan terhadap ilmu-ilmu Al-Qur'an dan mendapatkan pengakuan sebagai ulama yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dalam bidang keislaman. Diantara karyanya yang paling terkenal adalah, kitab as Siratu al Nabawiyah yang telah berulang kali naik cetak. Beliau bukan hanya menentang aqidah dan penyimpangan Wahabi namun juga tidak memiliki hubungan yang baik dengan kelompok Ikhwanul Muslimin Suriah, sementara dengan Bashar Asad presiden Suriah beliau memiliki hubungan yang baik. Meskipun demikian beliau tetap dikenal sebagai ulama yang bersih dari kekisruhan politik bahkan beliau berkali-kali menegaskan untuk tidak terlibat dalam urusan politik."
Menurut DR. Rasul Ja'farian, teror yang menimpa ulama besar Suriah tersebut adalah musibah besar bagi dunia Islam. "Syahidnya beliau, dengan kondisi terbunuh lewat ledakan bom oleh kelompok teroris di masjid al Iman yang beliau menjadi imam masjid tersebut beserta 20 orang lainnya menunjukkan bahwa Wahabi meskipun terhadap ulama besar Sunni yang berusia 80 tahun tidak memiliki rasa belas kasihan, dan untuk mencapai tujuan busuk mereka, mereka menghalalkan segala cara. Menyerang masjid dan membunuh ulama. Ini menunjukkan kelompok teroris Suriah bukan orang yang beragama dan apapun yang mereka lakukan yang diuntungkan adalah kelompon Barat dan musuh-musuh Islam." Ungkapnya.
Dalam penyampaian terakhirnya, "Wahabi dalam sepanjang sejarah, bukan hanya memusuhi Syiah, namun juga melancarkan permusuhan dan kebencian terhadap kelompok-kelompok Sufi dan kaum muslimin diluar kelompok mereka. Bagi mereka selain golongan mereka bukan Islam. Mereka dalam beberapa tahun terakhir melakukan berbagai makar dan kekacauan dan bagi mereka, hanya mereka yang layak menyandang gelar kaum muslimin."
Syaikh al Buthi, kamis (21/3) gugur bersama 20 orang lainnya ketika beliau sedang menyampaikan pelajaran agama di masjid al Iman di Damaskus oleh serangan bom bunuh diri kelompok Wahabi.
Syrian Terrorists Massacre Civilians in Deir Ezzor, al-Reqqa
|
(Ahlul Bayt News Agency) - The terrorists killed tens of civilians and injured many others in Deir Ezzor in Eastern Syria and al-Reqqa in the Northern parts of the Muslim country on Monday.
The armed rebels who were members of the al-Nusra terrorist group hanged more than 35 civilians and injured dozens more in the al-Masrab village in Reef (outskirts of) Deir Ezzor yesterday. The terrorists torched the homes of the victims after killing them.
In another shocking crime, the armed rebels calling themselves 'Al-Reqqa Islamic Liberation Front' massacred tens of residents of al-Jebeli village in al-Reqqa province.
Syria has been experiencing unrest since March 2011 with organized attacks by well-armed gangs against the Syrian police, border guards, statesmen, army and the civilians being reported across the country.
Thousands of people have been killed since terrorist and armed groups turned protest rallies into armed clashes.
The US daily, Washington Post, reported in May, 2012 that the Syrian rebels and terrorist groups battling Assad's government have received significantly more and better weapons in recent weeks, a crime paid for by the Persian Gulf Arab states and coordinated by the United States.
The newspaper, quoting opposition activists and US and foreign officials, reported that Obama administration officials emphasized the administration has expanded contacts with opposition military forces to provide the Persian Gulf nations with assessments of rebel credibility and command-and-control infrastructure.
According to the report, material is being stockpiled in Damascus, in Idlib near the Turkish border and in Zabadani on the Lebanese border.
Opposition activists who several months ago said the rebels were running out of ammunition said in May that the flow of weapons - most bought on the black market in neighboring countries or from elements of the Syrian military in the past - has significantly increased after a decision by Saudi Arabia, Qatar and other Persian Gulf states to provide millions of dollars in funding each month.
Why do we want to keep Syria under the leadership of Bashar al-Assad
|
(Ahlul Bayt News Agency) - The Syrian President Bashar al-Assad cannot be described as a President of the Syrian State only, but he is a great leader for Syria, an Arab leader and a national hero as well.
This comes because he has qualifications that make others unqualified enough to assume the power of the Syrian presidency. Dr. Bashar is the son of his mentor Hafez al-Assad, who trained him based upon his traditional Arab principles and his national noble humanitarian values.
A question remains, why do we want Bashar al-Assad to continue to be the president of Syria?
1. He is being targeted by America and the West. The access of evil does not want a president that maintains the sovereignty and independence of his country away from interfering in its internal affairs and its strategic and foreign policy.
2. He is the sole and legitimate representative of Syria, especially since he has been re-elected several times by the people, and a referendum was held to evaluate his personality during the peak of the current crisis.
3. He is still maintaining Syria’s Arab, patriotic, and national identity.
4. He does not depend on any one, he is loyal to Syria, and he works in favor of all his people at home.
5. He worked on raising the name of Syria in the Arab League and the regional and international forums.
6. He refused to sign a surrender agreement with the Zionist entity and to waive the Golan Heights, but worked on accepting the talks with Israel on the basis of the Madrid Peace Conference (land for peace).
7. He supported the national liberation movements in the Arab and Islamic worlds, provided absolute support for the Palestinian resistance, supported the resistance in Palestine by hosting Hamas, the Islamic Jihad, and the Popular Front, and backed Gaza in its struggle with the Zionist entity in 2008 and 2012. He also worked on trying to reunion the Palestinians and achieving the reconciliation between them as well. He treated the Palestinians in Syria in a very kind way and considered them parallel to the Syrians. He also provided support for the Lebanese resistance by providing facilities to enter arms into the Lebanese territory, supported Lebanon’s right to resist in the international forums, and opened the Syrian border in front of the Lebanese people during the July 2006 war.
8. He worked on achieving security and safety among all the citizens, and preserved history and coexistence between the Muslims and Christians and sustained communication in culture and politics related issues, for according to him there is no place for sectarian or denominational strife. He believes that the homeland is to be shared by everyone and that religion is a personal relationship between the citizen and God.
9. He is siding with the line of resistance and opposition against the Zionist enemy, in the face of the other Arab line; the line of disloyalty and surrender.
10. He propagated the principles of tolerance and coexistence between the religions and sects and fought the fundamentalist and extremist Islamists as Al-Qaeda and others who adopt a terrorist ideology, and worked to spread the moderate Islamic thought.
11. He worked to improve the economic Syrian situation and to stabilize the value of the exchange rate of the Syrian pound all through his term. He also worked on building firm economic relations with a number of regional and international countries, what made Syria be exporting goods more than importing them and has raised the value of the balance of payments and paid all the due Syrian debts.
12. He has deep belief in the Arab unity and that it is necessary to protect the Arabs, and believes also in the alliance between the peoples of the region rather than subordinating to the East or West. According to him righteous is what makes might, and not vice versa, for might leads man to obey a group of people that do not want to uphold their rights and to defend them.
13. He established military ties with his ally Iran, has signed a joint defense agreement with it, and established economic relations with it, for it is superior in arms, and in space and nuclear technology, on the basis of transferring expertise.
14. He invented the idea of the five seas to link the Mediterranean Sea with the Red Sea, the Arabian Gulf Sea, the Caspian Sea, and the Black Sea.
15. He built strategic relationships politically, militarily and economically with Russia, for he is an ally of Russia in the region and they stand side by side in the face of the American hegemony projects in the region.
Finally, we say that what Bashar al-Assad has done in favor of his country has not been done by any other Arab leader, and his commitment to Arabism and nationalism is not equivalent to any of the commitments of the Arab leaders. He was the only one to seek to establish true Arab relations of cooperation and friendship, and he is keen to face the Zionist entity, and has refused to sign the humiliation agreement with it. No other Arab leader has resisted the American hegemony policy like him, and this is why the regime and its leaders in Syria are now being fought under the title of democracy and human values. However, anyone who believes that the regime is standing on one side and the people are standing on the other side would be mistaken, for experience has proved that the regime, the army, and the people are standing as one hand in the face of the cosmic conspiracy against Syria and in the face of the Zionist-American projects as well.
This comes because he has qualifications that make others unqualified enough to assume the power of the Syrian presidency. Dr. Bashar is the son of his mentor Hafez al-Assad, who trained him based upon his traditional Arab principles and his national noble humanitarian values.
A question remains, why do we want Bashar al-Assad to continue to be the president of Syria?
1. He is being targeted by America and the West. The access of evil does not want a president that maintains the sovereignty and independence of his country away from interfering in its internal affairs and its strategic and foreign policy.
2. He is the sole and legitimate representative of Syria, especially since he has been re-elected several times by the people, and a referendum was held to evaluate his personality during the peak of the current crisis.
3. He is still maintaining Syria’s Arab, patriotic, and national identity.
4. He does not depend on any one, he is loyal to Syria, and he works in favor of all his people at home.
5. He worked on raising the name of Syria in the Arab League and the regional and international forums.
6. He refused to sign a surrender agreement with the Zionist entity and to waive the Golan Heights, but worked on accepting the talks with Israel on the basis of the Madrid Peace Conference (land for peace).
7. He supported the national liberation movements in the Arab and Islamic worlds, provided absolute support for the Palestinian resistance, supported the resistance in Palestine by hosting Hamas, the Islamic Jihad, and the Popular Front, and backed Gaza in its struggle with the Zionist entity in 2008 and 2012. He also worked on trying to reunion the Palestinians and achieving the reconciliation between them as well. He treated the Palestinians in Syria in a very kind way and considered them parallel to the Syrians. He also provided support for the Lebanese resistance by providing facilities to enter arms into the Lebanese territory, supported Lebanon’s right to resist in the international forums, and opened the Syrian border in front of the Lebanese people during the July 2006 war.
8. He worked on achieving security and safety among all the citizens, and preserved history and coexistence between the Muslims and Christians and sustained communication in culture and politics related issues, for according to him there is no place for sectarian or denominational strife. He believes that the homeland is to be shared by everyone and that religion is a personal relationship between the citizen and God.
9. He is siding with the line of resistance and opposition against the Zionist enemy, in the face of the other Arab line; the line of disloyalty and surrender.
10. He propagated the principles of tolerance and coexistence between the religions and sects and fought the fundamentalist and extremist Islamists as Al-Qaeda and others who adopt a terrorist ideology, and worked to spread the moderate Islamic thought.
11. He worked to improve the economic Syrian situation and to stabilize the value of the exchange rate of the Syrian pound all through his term. He also worked on building firm economic relations with a number of regional and international countries, what made Syria be exporting goods more than importing them and has raised the value of the balance of payments and paid all the due Syrian debts.
12. He has deep belief in the Arab unity and that it is necessary to protect the Arabs, and believes also in the alliance between the peoples of the region rather than subordinating to the East or West. According to him righteous is what makes might, and not vice versa, for might leads man to obey a group of people that do not want to uphold their rights and to defend them.
13. He established military ties with his ally Iran, has signed a joint defense agreement with it, and established economic relations with it, for it is superior in arms, and in space and nuclear technology, on the basis of transferring expertise.
14. He invented the idea of the five seas to link the Mediterranean Sea with the Red Sea, the Arabian Gulf Sea, the Caspian Sea, and the Black Sea.
15. He built strategic relationships politically, militarily and economically with Russia, for he is an ally of Russia in the region and they stand side by side in the face of the American hegemony projects in the region.
Finally, we say that what Bashar al-Assad has done in favor of his country has not been done by any other Arab leader, and his commitment to Arabism and nationalism is not equivalent to any of the commitments of the Arab leaders. He was the only one to seek to establish true Arab relations of cooperation and friendship, and he is keen to face the Zionist entity, and has refused to sign the humiliation agreement with it. No other Arab leader has resisted the American hegemony policy like him, and this is why the regime and its leaders in Syria are now being fought under the title of democracy and human values. However, anyone who believes that the regime is standing on one side and the people are standing on the other side would be mistaken, for experience has proved that the regime, the army, and the people are standing as one hand in the face of the cosmic conspiracy against Syria and in the face of the Zionist-American projects as well.
121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121
آية التطهير : } إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً { الأحزاب : 33
HUJAH : AYAT TATHIR - BUKTI KESUCIAN AHLUL BAIT
Imam Tha’labi di dalam Tafsir-e-Kashfu’l-Bayan; Imam Fakhru’d-d Razi di dalam Tafsir-e-Kabir, jilid VI, ms 783; Jalalu’d-din Suyuti di dalam Durru’l-Mansur, jilid V, ms 199 dan Khasa’isu’l-Kubra, jilid II, ms 264; Nishapuri di dalam Tafsir, jilid III; Imam Abdu’r-Razzaq ar-Ra’sani di dalam Tafsir Rumuzu’l-Kunuz; Ibn Hajar Asqalani di dalam Isaba, jilid IV, ms 208; Ibn Asakir di dalam Ta’rikh, jilid IV, ms 204 dan 206; Muhibu’d-din Tabari di dalam Riyazu’n-Nuzra, jilid II, ms 188; Muslim Bin Hajjaj di dalam Sahih, jilid II, ms 133 dan jilid VII, ms 140; Nabhani di dalam Sharafu’l-Mu’ayyid, Edisi Beirut , ms 10; Muhammad Bin Yusuf Ganji Shafi’i di dalam Kifayatu’t-Talib, bab 100, dengan enam hadith sahih dan Sheikh Sulayman Balkhi Hanafi di dalam Yanabiu’l-Mawadda, bab 33, dengan pengesahan Sahih Muslim menyebut dari penyampaian Ummu’l-Mu’minin A’yesha; 10 sebutan dari Tirmidhi, Hakim Ala’u’d-Dowlat Semnani, Baihaqi, Tibrani, Muhammad Bin Jarir, Ahmad Bin Hanbal, Ibn Abi Shaiba, Ibn Munzir, Ibn Sa’d, Hafiz Zarandi, dan Hafiz Ibn Mardawiyya sebagaimana yang disampaikan oleh Ummu’l-Mu’minin Umme Salma, Umar Bin Abi Salma, (yang telah dibesarkan oleh nabi), Anas Bin Malik, Sa’d Bin Abi Waqqas, Wathila Ibn Asqa’, dan Abu Sa’id Khudri berkata bahawa
‘ayat kesucian’ telah diwahyukan pada memuji lima yang suci.(ayat tathir 33:33)
( Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab ayat 33)
Bahkan Ibn Hajar Makki, walaupun menentang shia di dalam banyak segi telah mengakui akan maksudnya yang sebenar dalam tujuh cara. Dia berkata di dalam Sawa’iq-e-Muhriqa bahawa ayat ini telah diwahyukan pada memuji Muhammad, Ali, Fatima, Hasan, dan Husain dan hanya pesonaliti itu sahaja yang dirujuk oleh ayat itu.
Seyyed Abu Bakr Bin Shahabu’d-din Alawi di dalam Kitab-e-Rashqatu’s-Sa’adi min Bahr-e-Faza’il Bani Nabiu’l-Hadi (dicetak oleh A’lamiyya Press, Egypt, 1303 H.), bab 1, ms 14-19, menyampaikan dari Tirmidhi, Ibn Jarir, Ibn Munzir, Hakim, Ibn Mardawiyya, Baihaqi, Ibn Abi Hatim, Tibrani, Ahmad Bin Hanbal, Ibn Kathir, Muslim Bin Hajjaj, Ibn Abi Shaiba, dan Samhudi pada asas penyelidikkan dan kerja ulama kamu, bahawa
ayat suci ini diwahyukan pada memuji lima yang suci itu.
Di dalam Jam’i-Bainu’s-Sihahu’s-Sitta, Mauta dari Imam Malik Bin Anas, Sahih dari Bukhari aan Muslim, Sunan dari Abu Dawud dan Sijistani, dan Tirmidhi, Jam’u’l-Usul dan buku-buku yang lain, ulama dan ahli sejarah kamu secara umum mengesahkan bahawa ayat ini telah diwahyukan pada memuji lima yang suci. Dan menurut dari golongan kamu, hadith ini telah disampaikan tanpa terputus.
*****************************************************************
AYAT TATHIR
Dalam Surah Al-Ahzab:33 bermaksud:
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa) ,wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya."
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab ayat 33)
Dalam Sunan Tirmidzi hadis nombor 3205, menyebut tentang ahlul bait ini.
عن عمر بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه و سلم قال لما نزلت هذه الآية على النبي صلى الله عليه و سلم { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا } في بيت أم سلمة فدعا فاطمة و حسنا و حسينا فجللهم بكساء و علي خلف ظهره فجللهم بكساء ثم قال اللهم هؤلاء أهل بيتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قالت أم سلمة وأنا معهم يا نبي الله ؟ قال أنت على مكانك وأنت على خير
Daripada Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi SAW yang berkata “Ayat ini turun kepada Nabi SAW {Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya} di rumah Ummu Salamah, kemudian Nabi SAW memanggil Fatimah, Hasan dan Husain dan menutup mereka dengan kain dan Ali berada di belakang Nabi SAW, Beliau juga menutupinya dengan kain. Kemudian Baginda SAW berkata “Ya Allah Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah Mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata “Apakah Aku bersama mereka, Ya Nabi Allah?. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam kebaikan”.
Dalam Sunan Tirmidzi hadis nombor 3205, menyebut tentang ahlul bait ini.
عن عمر بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه و سلم قال لما نزلت هذه الآية على النبي صلى الله عليه و سلم { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا } في بيت أم سلمة فدعا فاطمة و حسنا و حسينا فجللهم بكساء و علي خلف ظهره فجللهم بكساء ثم قال اللهم هؤلاء أهل بيتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قالت أم سلمة وأنا معهم يا نبي الله ؟ قال أنت على مكانك وأنت على خير
Daripada Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi SAW yang berkata “Ayat ini turun kepada Nabi SAW {Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya} di rumah Ummu Salamah, kemudian Nabi SAW memanggil Fatimah, Hasan dan Husain dan menutup mereka dengan kain dan Ali berada di belakang Nabi SAW, Beliau juga menutupinya dengan kain. Kemudian Baginda SAW berkata “Ya Allah Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah Mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata “Apakah Aku bersama mereka, Ya Nabi Allah?. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam kebaikan”.
Lihat pula ayat al-Quran ini:
Katakanlah (Wahai Muhammad): "Aku tidak meminta kepada kamu sebarang upah tentang ajaran Islam yang aku sampaikan itu, melainkan hanyalah kasih sayang (mawaddah) terhadap kerabat(ku)". (Surah Asy-Syuura: 23)
. Aku mendengar beliau bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan (sesuatu) untuk kalian, sepanjang kalian berpegang teguh kepada sesuatu itu nescaya kalian tidak akan pernah tersesat, iaitu kitab Allah dan itrati keluargaku.’ Lihat Sahih Sunan at-Tirmidzi, hadis nombor 3786, bab sifat-sifat utama keluarga Nabi saw.
Hadis bernombor 645 daripada Musnad Imam Ahmad mengungkapkan: Fadhl bin Dukain menceritakan kepada kami, Yasin al ‘Ijli menceritakan kepada kami dari Ibrahim bin Muhammad bin al Hanafiah, dari bapaknya dari Ali r.a, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: ‘Al Mahdi berasal dari kami ahlul bait. Allah menerima taubat dan memberi taufik kepadanya pada malam hari.’ Sanad hadis ini adalah sahih dan kalimat yuslihuhullahu fi lailatin pada matan hadis menurut Syarah as Sanadi oleh Ibnu Katsir menjelaskan ia bermaksud: ‘Aku menerima taubatnya, taufik dan ilham kepada akalnya yang sebelumnya tidak diberikan kepadanya.’ (Ahmad bin Muhammad bin Hanbal 2006: 767)
Ayat Tathir Surah Al Ahzab 33 Bukan Untuk Istri-istri Nabi SAW.
Telah dibuktikan dalam hadis-hadis shahih bahwa ayat Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa (QS Al Ahzab 33) adalah ayat yang turun sendiri terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya. Hal ini dapat dilihat seperti berikut:
• Hadis Shahih Sunan Tirmidzi menyatakan Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, “Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah. Dari hadis tersebut diketahui ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa penyelimutan Ahlul Bait SAW yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
• Hadis riwayat An Nasai dalam Khashaish Al Imam Ali hadis 51 dan dishahihkan oleh Abu Ishaq Al Huwaini Al Atsari. Diriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqash Dan ketika ayat‘Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya” (QS Al Ahdzab 33) turun Beliau SAW memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husain lalu bersabda: “Ya Allah mereka adalah keluargaku”.
Hadis-hadis tersebut jelas menyatakan bahwa ayat “Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ‘Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa” (QS Al Ahzab 33) turun sendiri terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya dan ditujukan untuk Ahlul Kisa’ yaitu Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
Hadis Shahih Sunan Tirmidzi itu juga menjelaskan bahwa Ayat Tathir jelas tidak ditujukan untuk Istri-istri Nabi SAW. Bukti hal ini adalah:
• Pertanyaan Ummu Salamah, jika Ayat yang dimaksud memang turun untuk istri-istri Nabi SAW maka seyogyanya Ummu Salamah tidak perlu bertanya “Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW?. Bukankah jika ayat tersebut turun mengikuti ayat sebelum maupun sesudahnya maka adalah jelas bagi Ummu Salamah bahwa Beliau ra juga dituju dalam ayat tersebut dan Beliau ra tidak akan bertanya kepada Rasulullah SAW. Adanya pertanyaan dari Ummu Salamah ra menyiratkan bahwa ayat ini benar-benar terpisah dari ayat yang khusus untuk Istri-istri Nabi SAW.
• Penolakan Rasulullah SAW terhadap pertanyaan Ummu Salamah, Beliau SAW bersabda: “Engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan”. Hal ini menunjukkan Ummu Salamah selaku salah satu Istri Nabi SAW tidaklah bersama mereka Ahlul Bait yang dituju oleh ayat ini. Beliau Ummu Salamah ra mempunyai kedudukan tersendiri.
Untuk lebih jelas mari kita lihat Asbabun Nuzul ayat sebelum Ayat Tathir yaitu Al Ahzab ayat 28 dan 29“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik (28). Dan jika kamu sekalian menghendaki Allah dan Rasulnya-Nya serta di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar (29).
Dalam kitab Lubab An Nuqul Fi Asbabun Nuzul As Suyuthi, Beliau membawakan riwayat Muslim, Ahmad dan Nasa’i yang berkenaan turunnya ayat ini, riwayat itu jelas berkaitan dengan peristiwa lain (bukan penyelimutan) dan ditujukan kepada istri-istri Nabi SAW.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abu Bakar meminta izin berbicara kepada Rasulullah SAW akan tetapi ditolaknya. Demikian juga Umar yang juga ditolaknya. Tak lama kemudian keduanya diberi izin masuk di saat Rasulullah SAW duduk terdiam dikelilingi istri-istrinya (yang menuntut nafkah dan perhiasan). Umar bermaksud menggoda Rasulullah SAW agar dapat tertawa dengan berkata “ya Rasulullah SAW sekiranya putri Zaid, istriku minta belanja akan kupenggal lehernya”.
Maka tertawa lebarlah Rasulullah SAW dan bersabda “Mereka ini yang ada disekelilingku meminta nafkah kepadaku”. Maka berdirilah Abu Bakar menghampiri Aisyah untuk memukulnya dan demikian juga Umar menghampiri Hafsah sambil keduanya berkata “Engkau meminta sesuatu yang tidak ada pada Rasulullah SAW”. Maka Allah menurunkan ayat “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik” (sebagai petunjuk kepada Rasulullah SAW agar istr-istrinya menentukan sikap.
Beliau mulai bertanya kepada Aisyah tentang pilihannya dan menyuruh bermusyawarah lebih dahulu dengan kedua ibu bapanya. Aisyah menjawab “Apa yang mesti kupilih?”. Rasulullah SAW membacakan ayat Dan jika kamu sekalian menghendaki Allah dan Rasulnya-Nya serta di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar (29). Dan Aisyah menjawab “Apakah soal yang berhubungan dengan tuan mesti kumusyawarahkan dengan Ibu Bapaku? Padahal aku sudah menetapkan pilihanku yaitu Aku memilih Allah dan RasulNya”. (Diriwayatkan oleh Muslim, ahmad dan Nasa’i dari Abiz Zubair yang bersumber dari Jubir).
Oleh kerana itu jelas sekali kekeliruan apabila ada pihak mengatakan dalam tulisannya:
“Lihatlah bahwasanya ayat-ayat sebelum (Q.S.Al-Ahzab 28-32) dan sesudah (Q.S.Al-Ahzab 34) dari ayat 33 bercerita tentang istri Nabi SAW, maka tidak mungkin secara logika ayat 33 tsb menyimpang topiknya (mengkhususkan tentang Ali, Fatimah, Hasan dan Husein) padahal ayat 33 tsb ada di tengah-tengah ayat-ayat yang bercerita tentang istri Nabi SAW. Juga salah jika dikatakan ayat 33 tsb hanya berlaku untuk istri nabi SAW padahal Ali, Fatimah, Hasan dan Husein juga termasuk didalamnya sebagaimana hadis shahih Muslim yang disebut diatas”.
Jawapannya: Berdasarkan hadis Asbabun Nuzul yang shahih maka didapati bahwa Ayat Tathir turun berkaitan dengan peristiwa lain yang tidak berhubungan dengan istri-istri Nabi SAW. Hal ini berbeda dengan ayat sebelumnya yang memang ditujukan terhadap istri-istri Nabi SAW.
Allah swt menegaskan dalam firman-Nya yang mulia:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِب عَنكمُ الرِّجْس أَهْلَ الْبَيْتِ وَ يُطهِّرَكمْ تَطهِيراً
“Sungguh tiada lain Allah berkehendak menjaga kamu dari dosa-dosa hai Ahlul bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.” (Al-Ahzab/33: 33)
Surat Al-Ahzab: 33 merupakan ayat menegasan tentang kesucian Ahlul bait Nabi saw. Lalu siapakah Ahlul bait Nabi saw itu? Jawabannya ada tiga pendapat.
Pendapat pertama:
Ayat ini khusus untuk: Nabi saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as).
Pendapat ini berdasarkan hadis shahih yang bersumber dari Aisyah, Ummu Salamah, Abu Said Al-Khudri, Anas bin Malik dan lainnya bahwa ayat ini turun hanya untuk lima orang: Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as).
Dalam Tafsir Ad-Durrul Mantsur jilid 5 halaman 198 dan 199:
Jalaluddin As-Suyuthi berkata bahwa Ummu Salamah berkata: Ayat ini turun di rumahku, dan di rumahku ada tujuh: Jibril dan Mikail (as), Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (ra), sementara aku ada di pintu rumahku. Kemudian aku berkata: Ya Rasulallah, bukankah aku termasuk ke dalam Ahlul baitmu? Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang baik, kamu termasuk ke dalam golongan isteri-isteri Nabi (bukan Ahlul bait Nabi saw).”
Jalaluddin As-Suyuthi berkata bahwa Ummu Salamah berkata: Ayat ini turun di rumahku, dan di rumahku ada tujuh: Jibril dan Mikail (as), Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (ra), sementara aku ada di pintu rumahku. Kemudian aku berkata: Ya Rasulallah, bukankah aku termasuk ke dalam Ahlul baitmu? Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang baik, kamu termasuk ke dalam golongan isteri-isteri Nabi (bukan Ahlul bait Nabi saw).”
Abu Said Al-Khudri berkata: Ketika Ummu Salamah Ummul mukminin (ra) berada di rumahnya, turunlah malaikat Jibril kepada Rasulullah saw membawa ayat ini (ayat Tathhir). Kemudian Rasulullah saw memanggil Hasan dan Husein, Fatimah dan Ali (as) lalu beliau menghimpun mereka, menghampar kain untuk mereka, dan melarang Ummu Salamah berhimpun bersama mereka. Kemudian beliau bersabda: Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku, jagalah mereka dari dosa-dosa dan sucikan mereka dengan sesuci-sucinya.”
Lalu Ummu Salamah (ra) berkata: Wahai Nabi Allah, aku bersama mereka? Rasulullah saw bersabda: “Kamu berada dalam kedudukanmu dan kamu adalah orang yang baik.”
Dalam Shahih Muslim, Shahih At-Tirmidzi, Shahih An-Nasa’i, Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Bazzar, Musnad Abd bin Humaid, Mustadrak Al-Hakim, Talkhish Al-Mustadrak Adz-Dzahabi, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Ad-Durrul Mantsur menyebutkan bahwa:
Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Jabir Al-Anshari, Sa’d bin Abi Waqqash, Zaid bin Arqam, Ummu Salamah, Aisyah, dan sebagian sahabat yang lain mengatakan: ketika ayat ini turun kepada Rasulullah saw, beliau mengumpulkan keluarganya yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein, dan beliau memayungi mereka dengan kain kisa’ sambil bersabda:
Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Jabir Al-Anshari, Sa’d bin Abi Waqqash, Zaid bin Arqam, Ummu Salamah, Aisyah, dan sebagian sahabat yang lain mengatakan: ketika ayat ini turun kepada Rasulullah saw, beliau mengumpulkan keluarganya yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein, dan beliau memayungi mereka dengan kain kisa’ sambil bersabda:
اَللَّهُمَّ هَؤُلاَء أَهْلُ بَيْتِي
“Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku.”
Dalam Shahih At-Tirmidzi 2/319, hadis ke 3871, bab 61:
Ummu Salamah berkata bahwa Nabi saw memberi kehormatan yang khusus kepada Hasan dan Husein, Ali dan Fatimah dengan kain kisa’ (mengumpulkan mereka di bawah kain kisa’). Kemudian beliau bersabda:
اَللَّهُمَّ هَؤُلاَء أَهْلُ بَيْتِي وَخَاصَّتِي، أَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيْراً
“Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku dan keistimewaanku, jagalah mereka dari dosa-dosa dan sucikan mereka dengan sesuci-sucinya.” Kemudian Ummu Salamah berkata:
وَأَنَا مَعَهُمْ يَا رَسُولَ الله ؟
Ya Rasulullah, aku bersama mereka? Rasulullah saw menjawab:
إِنَّكَ إِلَى خَيْرٍ
“Engkau orang yang baik.”
Dalam Shahih Muslim, kitab Fadhail Ash-Shahabah, bab Fadhail Ahlul bait (as):
Aisyah berkata: Pada pagi hari Nabi saw keluar dari rumah, membawa kain berbulu yang menyerupai rambut yang hitam. Kemudian datang Hasan bin Ali, lalu datang Husein kemudian masuk bersamanya, kemudian datang Fatimah lalu beliau mempersilahkan masuk, kemudian datang Ali lalu beliau mempersilahkan masuk. Kemudian beliau membaca ayat:
Aisyah berkata: Pada pagi hari Nabi saw keluar dari rumah, membawa kain berbulu yang menyerupai rambut yang hitam. Kemudian datang Hasan bin Ali, lalu datang Husein kemudian masuk bersamanya, kemudian datang Fatimah lalu beliau mempersilahkan masuk, kemudian datang Ali lalu beliau mempersilahkan masuk. Kemudian beliau membaca ayat:
إنَّما يُريد اللهُ ليُذْهِبَ عنكم الرّجسَ أهلَ البيت ويُطهّركم تطهيراً
Hadis-hadis tersebut dan yang semakna terdapat:
1. Shahih Muslim, kitab Fadhail Ash-Shahabah, bab Fadhail Ahlul bayt Nabi, jilid 2 halaman 368; cetakan Isa Al-Halabi; jilid 15 halaman 194 dalam syarah An-Nawawi, cetakan Mesir.
2. Shahih At-Tirmidzi, jilid 5 halaman 30, hadis ke 3258; halaman 328, hadis ke 3875, cetakan Darul Fikr.
3. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 5 halaman 25, cetakan Darul Ma’arif Mesir.
4. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3 halaman 133, 146, 147.
5. Mu’jam Ash-Shaghir Ath-Thabrani, jilid 1 halaman 65 dan 135.
6. SyawahidutTanzil, oleh Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, jilid 2, halaman 11-92, hadis 637, 638,639, 640, 641, 644, 648, 649, 650, 652, 653, 656, 657, 658, 659, 660, 661, 663, 664, 665, 666, 667, 668, 671, 672, 673, 675, 678, 680, 681, 686, 690, 691, 694, 707, 710, 713, 714, 717, 718, 729, 740, 751, 754, 755, 756, 757, 758, 759, 760, 761, 762, 764, 765, 767, 768, 769, 770, 774, cet pertama, Bairut.
7. Khashaish Amirul Mu’minin, oleh An-Nasa’i Asy-Syafi’i, halaman 8, cet, Bairut; halaman 49,, cet. Al-Haidariyah.
8. Tarjamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib, dalam Tarikh Damsyiq, oleh Ibnu Asakir Asy-Syafi’i, jilid 1, halaman 185.
9. Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi,i, halaman 45, 373, 375
10. Musnad Ahmad, jilid 3,halaman 259 dan 285;jilid 4, halaman 107; jilid 6, halaman 6: 292, 296, 298, 304, dan 306, cet. Mesir
11. Usdul Ghabah fi Ma’rifati Ash-Shahabah, oleh Ibnu Atsir Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 12 dan 20; jilid 3, halaman 413; jilid 5, halaman 521 dan 589.
12. Dzakhairul ‘Uqba, oleh Ath-Thabari Asy-Syafi’i halaman 21, 23, dan 24.
13. Asbabun Nuzul, oleh Al-Wahidin, halaman 203, cet Al-Halabi, Mesir.
14. Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi Al-Hanafi, halaman 23 dan 224.
15. Tafsir Ath-Thabari, jilid 22, halaman 6,7 dan 8, cet Al-Halabi, Mesir.
16. Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 5, halaman 198 dan 199.
17. Ahkamul Qur’an, oleh Al-Jashshash, jilid 5, halaman 230, cet Abdurrahman Muhammad; halaman 443, cet. Cairo.
18. Manaqib Ali bin
19. Mashabih As-Sunnah, oleh Al-Baghawi Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 278, cet. Muhammad Ali Shabih; jilid 2, halaman 204, cet. Al-Khasyab
20. Misykat Al-Mashabih, oleh Al-’Amri, jilid 3, halaman 354.
21. Al-Kasysyaf, oleh Zamakhsyari, jilid 1, halaman 193, cet. Mushthafa Muhammad; jilid 1, halaman 369, cet. Bairut.
22. Tadzkirah Al-Khawwash, oleh As-Sibt bin Al-Jauzi Al- Hanafi, halaman 233.
23. Mathalib As-Saul, oleh IbnuThalhah Asy-Syafi’i, jilid 1, halaman 19 dan 20. Ahkamul Qur’an, oleh Ibnu ‘Arabi, jilid 2, halaman 166, cet. Mesir.
24. Tafsir Al-Qurthubi, jilid 14, halaman 182, cet. Kairo.
25. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, halaman: 483, 494, dan 485, cet. Mesir.
26. Al-Fushul Al-Muhimmah, oleh Ibnu Shabagh Al-Maliki, halaman 8.
27. At-Tashil Li’ulumi AtTanzil, oleh Al-Kalbi, jilid 3, halaman 137.
28. Tafsir Al-Munir Lima’alim At-Tanzil, Al-Jawi, jilid 2, halaman 183.
29. Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 502; jilid 4, halaman 367, cet. Musththafa Muhammad; jilid 2, halaman 509; jilid 4, halaman 378, cet. As-Sa’adah. Mesir.
30. Al-Itqan fi’Ulumil Qur’an, oleh As-Suyuthi, jilid 4, halaman 240, cet. Mathba’ Al-Mashad Al-Husaini, Mesir.
31. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, oleh Ibnu Hajar, halaman 85, cet. Al-Maimaniyah; halaman 141 dan 227, cet. Al-Muhammadiyah.
32. Muntakhab Kanzul ‘Ummul Kanzul ‘Ummul (catatan pinggir) Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 5, halaman 96.
33. As-Sirah An-Nabawiyah, oleh Zaini Dahlan (catatan pinggir) As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 329 dan 330, cet. Al-Mathba’ Al-Bahiyah, Mesir; jilid 3, halaman 365, cet. Muhammad Ali Shabih, Mesir.
34. Is’afur Raghibin, oleh Ash- Shabban (catatan pinggir) Nurul Abshar, halaman: 104,105, dan 106, cet. As-Sa’idiyah; halaman 97 dan 98, cet. Al-Utsmaniyah; halaman 105, cet. Mushthafa Muhammad, Mesir.
35. Ihqaqul Haqq, oleh At-Tustari, jilid 2, halaman 547-502.
36. Fadhailul Khamsah, jilid 1, halaman 223 dan 224.
37. Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr (catatan pinggir) Al-Ishabah, jilid 3, halaman 37, cet. As-Sa’adah;jilid 3, halaman 317, cet. Mushthafa Muhammad.
38. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi, halaman: 107, 108, 228, 229, 230, 244, 260, dan 294. cet. Istambul; halaman: 124, 125, 126, 135, 196, 229, 269, 272, 352, dan 353, cet. Al-Haidariyah.
Pendapat yang kedua:
Pendapat ini mengatakan bahwa ayat ini hanya untuk isteri-isteri Nabi saw
Riwayat yang menyatakan bahwa ayat ini turun hanya untuk isteri-isteri Nabi saw adalah riwayat yang bersumber dari Ikrimah, budak Ibnu Abbas. Ikrimah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan khusus untuk isteri-isteri Nabi saw. Ketika ayat ini Ikrimah berteriak-teriak di pasar-pasar untuk menjelaskan pendapat ini.
Riwayat yang menyatakan bahwa ayat ini turun hanya untuk isteri-isteri Nabi saw adalah riwayat yang bersumber dari Ikrimah, budak Ibnu Abbas. Ikrimah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan khusus untuk isteri-isteri Nabi saw. Ketika ayat ini Ikrimah berteriak-teriak di pasar-pasar untuk menjelaskan pendapat ini.
Ath-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Ikrimah berteriak-teriak di pasar-pasar (Tafsir Ath-Thabari 22/7; Ibnu Katsir 3/415).
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ikrimah berkata: Barangsiapa yang menghendaki keluarga Nabi, ayat ini turun khusus untuk isteri-isterinya. (Tafsir Ibnu Katsir 3/415; Ad-Durrul mantsur 5/195).
Suyuthi menyebutkan bahwa Ikrimah berkata: Tidakkah kalian mendatangi isteri-isteri Nabi saw, ayat ini turun khusus untuk mereka. (Ad-Durrul mantsur 5/198).
Riwayat ini lemah dengan alasan minimal tiga hal:
Pertama: Riwayat ini hanya bersumber dari Ikrimah, tidak adaseorang pun sahabat Nabi saw yang terkemuka meriwayatkan seperti pendapat Ikrimah.
Kedua: Riwayat ini bertentangan dengan hadis-hadis yang shahih dan mutawatir yang disepakati oleh kaum muslimin.
Ketiga: Ikrimah adalah seorang budak yang pendusta, suka melakukan penyimpangan, dan sangat membenci Ahlul bait Nabi saw.
Pribadi Ikrimah
Ikrimah adalah seorang khawarij, bahkan ia termasuk orang yang mempropagandakan Khawarij. Kaum khawarij mengutip riwayat dari Ikrimah kemudian menisbatkan kepada sahabat Nabi saw yang terkemuka.
Adz-Dzahabi mengatakan: Banyak orang membicarakan bahwa pendapat Ikrimah ini adalah pendapat khawarij, ia suka menggunakan hawa nafsunya dalam membicarakan agama. Ia adalah orang yang tercela dalam Islam. Ia tidak shalat, dan suka melakukan dosa-dosa besar.
Para ahli sejarah Islam banyak yang mengatakan bahwa Ikrimah adalah pendusta. Ia adalah seorang budak yang suka berdusta kepada majikannya yaitu Abdullah bin Abbas. Ali bin Abdullah bin Abbas pernah mengikat Ikrimah di tiang pintunya, kemudian orang bertanya kepadanya: Mengapa kamu melakukan hal itu kepada budakmu? Ia menjawab: Budak ini suka berdusta kepada ayahku.
Said bin Musayyab berkata kepada budaknya: Wahai Barda, kamu jangan berdusta kepadaku seperti Ikrimah berdusta kepada Ibnu Abbas.
Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar salah seorang Fuqaha’ Madinah berkata:
Sesungguhnya Ikrimah adalah pendusta.
Ibnu Sirin berkata: Ikrimah adalah pendusta.
Malik bin Anas berkata: Ikrimah adalah pendusta.
Yahya bin Mu’in berkata: Ikrimah adalah pendusta.
Anas bin Malik mengharamkan riwayat yang bersumber dari Ikrimah.
Pernyataan tersebut terdapat dalam:
1. Ath-Thabaqat, Ibnu Sa’d, jilid 5, halaman 287.
2. Tahdzibul kamal, Al-Hafizh Al-Muzzi, jilid 20. halaman 264.
3. Mizanul I’tidal, Adz-Dzahabi, jilid 3, halaman 93.
4. Tahdzibut tahdzib, Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 7, halaman 263.
5. Al-Mughni fi Adh-Dhu’afa’, Adz-Dzahabi, jilid 2, halaman 84.
Pendapat yang ketiga:
Pendapat ini menyatakan bahwa Ayat ini turun untuk Ali, Fatimah, Hasan, Husein, dan isteri-isteri Nabi saw
Jika kita membaca kitab-kitab tafsir yang mu’tabarah, misalnya Zadul Masir fi ilmi At-Tafsir oleh Ibnu Al-Jauzi 6/383, kita akan dapati bahwa riwayat tersebut hanya bersumber dari Adh-Dhahhak, bukan dari sahabat-sahabat Nabi saw yang terkemuka.
Mungkinkah hanya perkataan seorang Adh-Dhahhak dapat menggugurkan riwayat-riwayat yang terdapat dalam kitab-kitab Shahih, Sunan, dan Musnad, yang bersumber dari sahabat Nabi saw yang terkemuka: Ibnu Abbas, Jabir Al-Anshari, Zaid bin Arqam, Said bin Abi Waqqash, Ummu Salamah dan Aisyah.
Anehnya, mereka memaksakan diri untuk memasukkan isteri-isteri Nabi saw ke dalam Ahlul bai (as), padahal Ummu Salamah dan Aisyah sendiri mengatakan Ahlul bait hanyalah: Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as). Ummu Salamah dan Aisyah sendiri menafikan dirinya dari bahwa ayat ini turun untuk keistimewaan isteri-isteri Nabi saw. Mengapa Adh-Dhahhak menisbatkan ayat ini untuk isteri-isteri Nabi saw?
Mungkinkah Nabi saw menjelaskan kata Ahlul bait dalam ayat ini berbeda-beda kepada sahabat yang satu dan yang lain? Tidak mungkin, karena Nabi saw tidak pernah menyalahi kehendak Allah saw untuk menyenangkan hati isterinya.
KontekS kalimat ayat Tahhir
Mereka berusaha menghubungkan kalimat ini dengan kalimat sebelumnya yang membicarakan tentang isteri-isteri Nabi saw, padahal jika dihubungkan bertentangan dengan kaidah ilmu ushul dan ilmu nahwu. Kita perhatikan perubahan dhamir kunna (kata ganti untuk perempuan), dan kata Innama, adatul qashr (kata untuk membatasi persoalan).
Jika Anda memaksakan hal itu berarti Anda telah menyalahi hadis-hadis yang shahih dan mutawatir, dan membelokkan makna yang dikehendaki oleh Allah kepada makna yang Anda kehendaki.
COMMENTARY IN ENGLISH
Salaam.
The Qur'an does not say that wives are part of Ahlul'bayt (a.s.). What the Qur'an says is:
"O Prophet! say to your wives: If you desire this world's life and its adornment, then come, I will give you a provision and allow you to depart a goodly departing. And if you desire Allah and His Messenger and the latter abode, then surely Allah has prepared for the doers of good among you a mighty reward. O wives of the prophet! whoever of you commits an open indecency, the punishment shall be increased to her doubly; and this is easy to Allah. And whoever of you is obedient to Allah and His Messenger and does good, We will give to her her reward doubly, and We have prepared for her an honorable sustenance. O wives of the Prophet! you are not like any other of the women; If you will be on your guard, then be not soft in (your) speech, lest he in whose heart is a disease yearn; and speak a good word." (33:28-32)
If you read the Arabic, you will see that these verses are in the feminine gender usage, and are clearly directed towards the wives. The Surah continues:
"And stay in your houses and do not display your finery like the displaying of the ignorance of yore; and keep up prayer, and pay the poor-rate, and obey Allah and His Messenger. Allah only desires to keep away the uncleanness from you, O People of the House (Ahlul'bayt)! and to purify you a thorough purification." (33:33)
This is verse under discussion. The second sentence is the area of debate, and is known as Ayat Tatheer. It requires an examination using the Qur'an.
The Surah continues:
"And keep to mind what is recited in your houses of the communications of Allah and the wisdom; surely Allah is Knower of subtleties, Aware." (33:34)
If you examine the verses around Ayah Tatheer (second part of 33:33) you will find that the Qur'an is speaking strictly to the wives. The commands flow linguistically and maintain the theme even if you remove the second part of 33:33 from the verses cited above. The gender is changed from feminine to masculine for only this part of 33:33 -
ÅöäøóãóÇ íõÑöíÏõ Çááøóåõ áöíõÐúåöÈó Úóäúßõãõ ÇáÑöøÌúÓó Ãóåúáó ÇáúÈóíúÊö æóíõØóåöøÑóßõãú ÊóØúåöíÑðÇ
"Allah only desires to keep away the uncleanness from you, Ahlul'bayt, and to purify you a (thorough) purifying."
Some Sunnis will argue that this verse is direct towards the wives due to its position in this Surah, but this is impossible because the gender usage is masculine, and not feminine. The verses preceding and proceeding the second part of 33:33 are in feminine gender usage, while the second part of 33:33 has changed its usage to masculine.
Other Sunnis have argued that Rasoolullah (a.s.) is with the wives in this part of the verse. Some others, in a similar fashion, have said that Rasoolullah (a.s.), Imam Ali (a.s.), Bibi Fatima (a.s.), Imam Hasan (a.s.), Imam Hussein (a.s.), AND the wives are the people within "Ahlul'bayt" (a.s.).
The quickest and easiest Qur'anic refutation of this argument is as follows:
The first part of 33:33 and the other verses around it are in reference to solely the wives. There is no argument there. However, in the second part of 33:33, there is a change in gender (from feminine "kun" to masculine "kum"). Allah is now addressing a new set of people. Sunnis argue "but the wives are still included." This is a logical fallacy in Ahlul'sunnah method of Tafseer, because according to Ahlul'sunnah, the title "Ahlul'bayt" is all-inclusive for Rasoolullah (a.s.), Imam Ali (a.s.), Bibi Fatima (a.s.), Imam Hasan (a.s.), Imam Hussein (a.s.), AND the wives. But we see here that the Sunnis are arguing that the purification mentioned is dependent upon the wives obeying the verses around the Ayat Tatheer. Well, where are the commands for the rest of Ahlul'bayt (a.s.) to obey in order to be purified? The purification mentioned in 33:33 MUST be unconditional, because if the Sunni argument were true, than the rest of Ahlul'bayt (not only the wives) would have been given conditions to follow just like the wives. But this is not the case. It thus shows that it is a completely different context and a completely different theme.
Thus, it is proven clearly and without a shadow of a doubt that this second part of 33:33 is a parenthetical verse (i.e. a verse which is embedded within a different set of verses). It is proven through this logical deduction that the purification mentioned in Ayat Tatheer is in fact unconditional and not dependent upon any order from Allah.
Some people have said that the verse says: "Allah only desires to REMOVE from you al-rijs".
These people have done tahreef of al-Qur'an and have attributed falsehood to it in order to hide the truth about this Ayah. It is in actuality "Allah only desires to KEEP AWAY from you al-rijs." The Arabic says "ankum al-rijs", not "minkum al-rijs", and 'ankum' denotes a continual and unbroken purification.
al-Rijs means ALL IMPURITIES. It is not a specific impurity, but refers to them all. For example, missing Salaah is impure, lying is impure, cheating is impure, and basically sinning in general is an impurity. Whoever is the recipient of such a divine verse is sinless (ma'soom).
People ask: "Well, why did Allah put this Ayat Tatheer in the middle of the the verses directed towards the wives? Is this not strange?"
In short, we say that it makes the Qur'an harder to tamper with, and is Allah's divine knowledge that He is able to create a very strong book which is hard to alter. Moreover, there are other places in the Qur'an where Allah has mentioned a new theme entirely in the midst of a flowing speech, even within a single verse. For example, 5:3. These parenthetical sentences are included within the flowing speech of the sentences around them:
"This day have those who disbelieve despaired of your religion, so fear them not, and fear Me. This day have I perfected for you your religion and completed My favor on you and chosen for you Islam as a religion."
As history shows, these two sentences were revealed entirely separate from the rest of the verse (i.e. in the final year of the Prophet's (a.s.) life at Ghadeer, when Ameer al-Momineen Ali ibn Abi Talib (a.s.) was appointed for the final time as the Prophet's (a.s.) designated successor.)
- Syed Mansab Ali Jafri
The Qur'an does not say that wives are part of Ahlul'bayt (a.s.). What the Qur'an says is:
"O Prophet! say to your wives: If you desire this world's life and its adornment, then come, I will give you a provision and allow you to depart a goodly departing. And if you desire Allah and His Messenger and the latter abode, then surely Allah has prepared for the doers of good among you a mighty reward. O wives of the prophet! whoever of you commits an open indecency, the punishment shall be increased to her doubly; and this is easy to Allah. And whoever of you is obedient to Allah and His Messenger and does good, We will give to her her reward doubly, and We have prepared for her an honorable sustenance. O wives of the Prophet! you are not like any other of the women; If you will be on your guard, then be not soft in (your) speech, lest he in whose heart is a disease yearn; and speak a good word." (33:28-32)
If you read the Arabic, you will see that these verses are in the feminine gender usage, and are clearly directed towards the wives. The Surah continues:
"And stay in your houses and do not display your finery like the displaying of the ignorance of yore; and keep up prayer, and pay the poor-rate, and obey Allah and His Messenger. Allah only desires to keep away the uncleanness from you, O People of the House (Ahlul'bayt)! and to purify you a thorough purification." (33:33)
This is verse under discussion. The second sentence is the area of debate, and is known as Ayat Tatheer. It requires an examination using the Qur'an.
The Surah continues:
"And keep to mind what is recited in your houses of the communications of Allah and the wisdom; surely Allah is Knower of subtleties, Aware." (33:34)
If you examine the verses around Ayah Tatheer (second part of 33:33) you will find that the Qur'an is speaking strictly to the wives. The commands flow linguistically and maintain the theme even if you remove the second part of 33:33 from the verses cited above. The gender is changed from feminine to masculine for only this part of 33:33 -
ÅöäøóãóÇ íõÑöíÏõ Çááøóåõ áöíõÐúåöÈó Úóäúßõãõ ÇáÑöøÌúÓó Ãóåúáó ÇáúÈóíúÊö æóíõØóåöøÑóßõãú ÊóØúåöíÑðÇ
"Allah only desires to keep away the uncleanness from you, Ahlul'bayt, and to purify you a (thorough) purifying."
Some Sunnis will argue that this verse is direct towards the wives due to its position in this Surah, but this is impossible because the gender usage is masculine, and not feminine. The verses preceding and proceeding the second part of 33:33 are in feminine gender usage, while the second part of 33:33 has changed its usage to masculine.
Other Sunnis have argued that Rasoolullah (a.s.) is with the wives in this part of the verse. Some others, in a similar fashion, have said that Rasoolullah (a.s.), Imam Ali (a.s.), Bibi Fatima (a.s.), Imam Hasan (a.s.), Imam Hussein (a.s.), AND the wives are the people within "Ahlul'bayt" (a.s.).
The quickest and easiest Qur'anic refutation of this argument is as follows:
The first part of 33:33 and the other verses around it are in reference to solely the wives. There is no argument there. However, in the second part of 33:33, there is a change in gender (from feminine "kun" to masculine "kum"). Allah is now addressing a new set of people. Sunnis argue "but the wives are still included." This is a logical fallacy in Ahlul'sunnah method of Tafseer, because according to Ahlul'sunnah, the title "Ahlul'bayt" is all-inclusive for Rasoolullah (a.s.), Imam Ali (a.s.), Bibi Fatima (a.s.), Imam Hasan (a.s.), Imam Hussein (a.s.), AND the wives. But we see here that the Sunnis are arguing that the purification mentioned is dependent upon the wives obeying the verses around the Ayat Tatheer. Well, where are the commands for the rest of Ahlul'bayt (a.s.) to obey in order to be purified? The purification mentioned in 33:33 MUST be unconditional, because if the Sunni argument were true, than the rest of Ahlul'bayt (not only the wives) would have been given conditions to follow just like the wives. But this is not the case. It thus shows that it is a completely different context and a completely different theme.
Thus, it is proven clearly and without a shadow of a doubt that this second part of 33:33 is a parenthetical verse (i.e. a verse which is embedded within a different set of verses). It is proven through this logical deduction that the purification mentioned in Ayat Tatheer is in fact unconditional and not dependent upon any order from Allah.
Some people have said that the verse says: "Allah only desires to REMOVE from you al-rijs".
These people have done tahreef of al-Qur'an and have attributed falsehood to it in order to hide the truth about this Ayah. It is in actuality "Allah only desires to KEEP AWAY from you al-rijs." The Arabic says "ankum al-rijs", not "minkum al-rijs", and 'ankum' denotes a continual and unbroken purification.
al-Rijs means ALL IMPURITIES. It is not a specific impurity, but refers to them all. For example, missing Salaah is impure, lying is impure, cheating is impure, and basically sinning in general is an impurity. Whoever is the recipient of such a divine verse is sinless (ma'soom).
People ask: "Well, why did Allah put this Ayat Tatheer in the middle of the the verses directed towards the wives? Is this not strange?"
In short, we say that it makes the Qur'an harder to tamper with, and is Allah's divine knowledge that He is able to create a very strong book which is hard to alter. Moreover, there are other places in the Qur'an where Allah has mentioned a new theme entirely in the midst of a flowing speech, even within a single verse. For example, 5:3. These parenthetical sentences are included within the flowing speech of the sentences around them:
"This day have those who disbelieve despaired of your religion, so fear them not, and fear Me. This day have I perfected for you your religion and completed My favor on you and chosen for you Islam as a religion."
As history shows, these two sentences were revealed entirely separate from the rest of the verse (i.e. in the final year of the Prophet's (a.s.) life at Ghadeer, when Ameer al-Momineen Ali ibn Abi Talib (a.s.) was appointed for the final time as the Prophet's (a.s.) designated successor.)
- Syed Mansab Ali Jafri
No comments:
Post a Comment