Tuesday 1 January 2013

ARBAIN IMAM HUSSEIN a.s


    
Salam ke atas Ali Asghar Ibnul Hussein,bayi yang menyusu yang menjadi sasaran busuran panah.............Ya Hussein Mazlum


 ......  dengan darah berlumuran yang disimbah darahnya ke arah langit oleh ayahnya  ,yang dirobek
 busur panah di ribaan ayahnya, Laknat Allah ke atas pemanahnya Harmalah bin Kahil Asadi...Ya Hussein Mazlum



 Ali Asghar ibnu Hussein bayi menyusu 6 bulan yang kehausan, Syahid cilik Karbala, pintu hajat-hajat               

       yang dipanah oleh musuh Allah di Karbala dengan busur bercabang tiga  ........... Ya Hussein Mazlum                                                                                                                                                    
                       
  ..........................   Anak-anak Imam Hussein : 6 anak lelaki  (1) Ali Akbar (2) Ali Awsat (3) Ali Asghar
  (4) Muhammad (5) Abdullah (6) Jaafar yang kesemuanya gugur syahid di padang Karbala kecuali
    Ali Awsat yakni Imam Zainul Abidin a.s...Ya Hussein Mazlum



.......... Ali Akbar Ibnu Hussein pemuda Syahid Karbala yang tubuh badannya,perwatakannya dan tutur katanya.............

...... paling mirip nindanya Nabi Muhammad s.a.w...Ya Hussein Mazlum     


....... Anak-anak perempuan Imam Hussein a.s : (1) Zainab (2) Sukainah (3) Fathimah

   (4) Ruqayyah


......... Ruqayyah anak perempuan cilik berusia 4 tahun ketika wanita-wanita dan anak-anak cucu Nabi diarak 

    dan digiring ke Syam pada suatu ketika terjaga dari tidurnya bertanya,di manakah ayahku,baru aku ber
    mimpi ayah begitu kerisauan...pertanyaan Ruqayyah si anak kecil disambut tangisan wanita-wanita dan
    anak-anak.......Yazid mengarahkan agar kepala Hussein cucu Nabi yang dipenggal dibawa kepada anak
    ini di dalam sebuah dulang ditutup sehelai kain....Ruqayyah menyoal,apakah gerangan ini ? Kepala ayah
    mu ! Si anak kecil berteriak ketakutan dan jatuh sakit dan dalam waktu yang tidak lama telah mengikuti
    jejak ayahndanya yang tercinta lagi suci,Penghulu Pemuda Syurga...RUQAYYAH..RUQAYYAH...





Mengungkap Arti Arbain

Kekhususan angka empat puluh dalam mewujudkan prilaku dan perbuatan, kecerdasan, ataukah kebiasaan dalam sifat adalah satu hal yang telah di riwayatkan dalam hadis dan sunnah. Angka empat puluh dalam suluk atau proses pembersihan diri digunakan untuk menarik cahaya emanasi Ilahi sebagaimana yang di beritakan dalam Quran dan hadis-hadis dari para maksum a.s. serta para wali Allah. Pada kenyataannya angka empat puluh adalah simbolisasi dari proses penyempurnaan, kehadiran kesempurnaan, kematangan, keterlepasan dari kebodohan dan kekosongan tingkatan pertama dari kebangkitan dan kesadaran, dan sebagainya.


 Mengungkap Arti Arbain
Kehidupan maknawiah tidaklah lepas dari nilai angka-angka. Setiap angka memiliki arti tersendiri. Nilai angka lima diartikan bahwa ada lima nabi ulul azmi (lima nabi pembawa kitab suci), dan lima anggota keluarga Nabi Muhammad saw.
Nilai angka tujuh diartikan dengan tujuh langit dan tujuh kota cinta, tujuh tahapan perjalanan ruhani dalam irfan, dan tujuh kali tawaf di Baitul Haram Kakbah.
Angka dua belas diartikan dua belas manusia suci, dua belas mata air yang terpancar dari batu oleh mukjizat Nabi Musa a.s. Angka empat belas diartikan sebagai 14 manusia suci.
Akal manusia mencapai tingkat kesempurnaan aqliah pada usia empat puluh tahun dan ini berlaku untuk setiap orang. Nabi Muhammad saw. pada usia empat puluh tahun terpilih manjadi nabi, Nabi Musa a.s. empat puluh hari menyendiri di atas gunung untuk mendapatkan tujuh perintah (seven commandements) untuk kaumnya.
Kaum Bani Israil dikarenakan kekafiran akan nikmat Tuhan dan penyembahan mereka kepada anak sapi mereka dihukum selama empat puluh tahun. Penyempurnaan pembentukan dalam penciptaan tubuh Nabi Adam a.s. dalam empat puluh hari. Kaum arif dan penempuh jalan ruhani melakukan pembersihan diri mengacu dari empat puluh hari penciptaan Nabi Adam a.s.
Syekhul Isyraq mengatakan bahwa Allah Swt. mencipta manusia dalam empat puluh hari dan setiap harinya ia memberikan sifat kepadanya di mana setiap hijab dan tabir melingkupinya hingga pada hari ke empat puluh sifat-sifat itu mencapai puncaknya.
Dalam proses pembersihan diri seorang penempuh jalan ruhani setiap harinya harus membersihkan dirinya dari sifat-sifat ini hingga mereka pada hari keempat puluh mendapati dirinya sebagai manifestasi dari Yang Maha Haq.
Meskipun nilai empat puluh adalah jumlah angka, akan tetapi dalam budaya irfan Islam (tasawuf) nilai ini berarti “Kebagaimanaan dalam perilaku”, untuk itu dalam pengulangan amal perbuatan sampai empat puluh kali adalah salah satu dimensi penyebab kesempurnaan ruhaniah manusia. Sayid Mahdi Bahrul Ulum terkait dengan angka empat puluh mengatakan:
Saya yakin kepada diriku dan mengatakan bahwa ini adalah nilai angka yang mulia dari jumlah angka-angka yang memiliki kekhususan dan pengaruh yang spesifik dalam kapasitas dan penyempurnaan secara alamiyah menuju tingkatan keyakinan.
Kekhususan angka empat puluh dalam mewujudkan prilaku dan perbuatan, kecerdasan, ataukah kebiasaan dalam sifat adalah satu hal yang telah di riwayatkan dalam hadis dan sunnah. Angka empat puluh dalam suluk atau proses pembersihan diri digunakan untuk menarik cahaya emanasi Ilahi sebagaimana yang di beritakan dalam Quran dan hadis-hadis dari para maksum a.s. serta para wali Allah. Pada kenyataannya angka empat puluh adalah simbolisasi dari proses penyempurnaan, kehadiran kesempurnaan, kematangan, keterlepasan dari kebodohan dan kekosongan tingkatan pertama dari kebangkitan dan kesadaran, dan sebagainya.
Banyak contoh yang bisa kita ambil dalam ayat dan riwayat yang menceritakan keutamaan angka empat puluh tapi pada akhirnya seperti dalam banyak hal bagi manusia adalah satu hal yang belum bisa dipahami. Begitupun nilai angka empat puluh. Rahasia apa sebenarnya yang tersimpan pada angka empat puluh ini tak kalah setelah empat puluh hari meninggalnya seseorang para keluarga dan kerabat pada berkumpul untuk menyatakan kesedihan dan bela sungkawa, kalaulah tujuannya adalah untuk mengingat orang yang mati tadi mengapa tidak mengambil angka tiga puluh, lima puluh atau angka berapa saja dan tidak memberikannya pada satu angka khusus?
Pada angka empat puluh ada tabir apa yang belum terungkapkan dan setelah berlalunya angka empat puluh ini kejadian apa yang akan terjadi, apakah kabut kesedihan angka bangkit atukah kemampuan penyelesaian masalah semakin peka dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk memikirkan apa yang telah berlalu.
Mungkin perayaan Arbain (hari keempat puluh syahidnya Imam Husain a.s.) memberikan pandangan kepada manusia akan peristiwa Karbala, menjaga nilai-nilai kebangkitan, pesan-pesan dan menghidupkan peristiwa syahadah putra nabi. Sebuah kejadian yang kalau kita ibaratkan dengan Quran memiliki rahasia-rahasia yang tak terhitung dan tak ternilai.
Di manapun Arbain, di situlah langit syahadah dan di situlah cahaya hidayah berjalan. Di hari ini berusahalah jauh dari kesalahan dan perilaku-perilaku yang berlebihan, kenalilah Imam Husain dengan sebaiknya dengan penuh kejujuran dan penguatan nafas kesuciannya sehingga kita semua termasuk dalam kafilah cahaya yang bergerak menuju cita dan harapan kemanusiaan sejati. [ejajufri]
Menjelang 20 Safar:
 Keutamaan Ziarah Arbain Berjalan Kaki dari Najaf ke Karbala

Imam Ja'far Shadiq as bersabda, "Barangsiapa yang dengan berjalan kaki berziarah ke makam Imam Husain as, Allah SWT akan memberikan satu kebaikan pada setiap langkah kaki yang diayunkan, satu dosa darinya terhapus dan baginya satu derajat lebih tinggi..." 
 Keutamaan Ziarah Arbain Berjalan Kaki dari Najaf ke Karbala
Menurut Kantor Berita ABNA, dalam sejarah Jabir bin Abdullah al Anshari dikenal sebagai peziarah pertama yang berjalan kaki dari Madinah menuju Karbala khusus untuk memperingati hari Arbain di Haram Imam Husain as di Karbala Irak yang kemudian selama 1373 tahun tradisi tersebut dijaga dan diikuti oleh jutaan pecinta al Husain setiap tahunnya.
Selama bertahun-tahun ulama-ulama dan para wali-wali Allah SWT menekankan pentingnya dan besarnya keutamaan berziarah kemakam Imam Husain as pada hari Arbain yang dilakukan dengan berjalan kaki dari arah Najaf ke Karbala. Jabir bin Abdullah memulai tradisi ini dengan berziarah ke makam Imam Husain as pada tahun 61 H, tahun kesyahidan Imam Husain as. Tahun-tahun sebelumnya para Aimmah Maksumin as menegaskan keutamaannya dan tradisi tersebut terus berlangsung sepanjang pemerintahan rezim Bani Umayyah dan Abbasiyah. 
Dari sebagian catatan sejarah disebutkan bahwa dimasa Syaikh Anshari (wafat tahun 1281 H) berjalan kaki menuju Karbala adalah tradisi masyarakat yang sangat masyhur. Namun sepeninggal beliau, tradisi tersebut pelan-pelan ditinggalkan masyarakat muslim sampai pada masa Syaikh Mirza Husain Nuri yang lewat upaya dan dakwahnya menghidupkan kembali tradisi tersebut. Ulama besar tersebut tercatat sebagai yang pertama kali berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada hari raya Idul Adha. Beliau bersama 30 orang murid dan sahabatnya menempuh perjalanan selama 3 hari untuk kemudian tiba di Karbala. Setelah melakukan perjalanan tersebut, beliau bertekad akan mengulanginya pada hari Arbain dan selanjutnya mentradisikannya setiap tahun sepanjang umurnya. Tahun 1319 H tercatat dalam rekaman sejarah sebagai perjalanan beliau yang terakhir dari Najaf ke Karbala dengan hanya berjalan kaki.
Sepeninggal beliau, tradisi berjalan kaki ke Karbala terus dijaga dan dihidupkan oleh para pecinta Ahlul Bait dan Imam Husain as. Bahkan tradisi berjalan kaki juga dilakukan oleh ulama-ulama Marja Taklid. Diantara ulama marja taklid besar dikalangan Syiah yang pernah melakukannya adalah Mirza Jawad Agha Malaki Tabrizi bahkan beliau telah berkali-kali melakukannya. Beliau mengenai besarnya keutamaan safar menuju Haram Imam Husain as di Karbala mengatakan, "Seorang muslim yang mengakui mencintai Ahlul Bait dan Imam Husain as utama baginya untuk berziarah ke makam Imam Husain pada hari Arbain (20 Safar) dengan berjalan kaki, hatta melakukannya hanya sekali seumur hidup. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Maksum as bahwa lima tanda-tanda orang beriman adalah, 15 raka'at shalat sehari semalam, ziarah Arbain, memakai cincin di jari kanan, meletakkan keningnya langsung diatas tanah ketika sujud dan melafazkan ucapan Bismillahirrahmanirahim dalam shalat-shalatnya."
Ayatullah Makarim Syirazi juga semasa masih menjadi santri agama sepanjang tahun 1369 sampai 1370 H di Najaf telah dua kali dari Najaf berjalan kaki ke Karbala. Beliau berjalan kaki menyusuri sungai dengan kaki telanjang. Jarak yang ditempuhnya 20 kilometer lebih jauh dari jarak normal Najaf ke Karbala dan waktu yang dipergunakannya sekitar 3 hari untuk kemudian sampai di Haram Imam Husain as di Karbala.
"Kami dalam perjalanan menuju Karbala, senantiasa diminta mampir oleh setiap ahli kampung yang kami lewati. Mereka hendak menjadikan kami tamunya ketika tahu bahwa niat kami berjalan kaki ke Karbala untuk menziarahi makam Imam Husain as. Setiap kami memberi penolakan karena ingin segera tiba ditempat tujuan, ahli kampung itu seketika menunjukkan ekspresi kecewa dan sedih. Ini menunjukkan betapa mereka amat senang memberikan pengkhidmatan dan pelayanan terhadap mereka yang berjalan kaki menuju Karbala." Kenang beliau.
Imam Ja'far Shadiq as mengenai pahala yang didapat mereka yang melakukan ziarah pada hari Arbain menyatakan, "Barangsiapa yang dengan berjalan kaki berziarah ke makam Imam Husain as, Allah SWT akan memberikan satu kebaikan pada setiap langkah kaki yang diayunkan, satu dosa darinya terhapus dan baginya satu derajat lebih tinggi. Selama dalam perjalanan tersebut, hak Allah SWT mengutus baginya dua malaikat yang hanya akan mencatat setiap kebaikan yang keluar dari mulutnya dan tidak mencatat apapun jika yang diucapkannya adalah hal yang buruk. Dan sewaktu kembali maka malaikat tersebut berkata kepadanya, "Wahai wali Allah, dosa-dosa kamu telah terampuni dan kamu telah termasuk dalam golongannya Allah, golongan Rasul-Nya dan golongan Ahlul Bait Nabi-Nya. Demi Allah, kamu tidak akan pernah melihat api neraka, dan api nerakapun tidak akan pernah melihatmu dan kamu tidak akan terperangkap di dalamnya." (Kamil az Ziyarat hal. 134).
Dimasa rezim Saddam Husain yang menerapkan aturan tegas pelarangan berjalan kaki dari Najaf ke Karbala, tradisi Ziarah Arbain tersebut sempat terhenti. Meskipun tetap dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan bagi yang ketahuan oleh tentara rezim Saddam maka baginya adalah hukuman mati. Namun setelah kejatuhan Saddam, tradisi ziarah Arbain dengan berjalan kaki kembali dilakukan secara terbuka dan terang-terangan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah peziarah membludak menjadi jutaan orang. Hari-hari menjelang Arbain adalah hari yang penuh sesak oleh lautan manusia di jalan-jalan sepanjang Najaf ke Karbala. Assalamu 'alaika ya Aba Abdillah.


Ziarah Arba’in Imam Husein (a.s)

Ziarah Arba’in adalah ziarah ke 40 hari dari tragedi Karbala. Tanggal 20 Shafar adalah 40 hari dari peristiwa tragis yang memilukan hati kaum mukminin, tragedi yang menimpa keluarga Rasulullah saw di Karbala, khususnya Al-Husein cucu tercinta Rasulullah saw. Sudah selayaknya kita ummat Rasulullah saw berziarah dan menyampaikan salam kepada cucu tercinta Rasulullah saw. Semoga dengan ziarah ini kita mendapat syafaat Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), dilindungi oleh Allah swt dari segala musibah dan bala’. Berikut ini doa ziarahnya:

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَلسَّلامُ عَلى وَلِيِّ اللهِ وَحَبيبِهِ، اَلسَّلامُ عَلى خَليلِ اللهِ وَنَجيبِهِ، اَلسَّلامُ عَلى صَفِيِّ اللهِ وَابْنِ صَفِيِّهِ، اَلسَّلامُ عَلى الْحُسَيْنِ الْمَظْلُومِ الشَّهيدِ، اَلسَّلامُ على اَسيرِ الْكُرُباتِ وَقَتيلِ الْعَبَراتِ

Assalâmu ‘alâ waliyyillâhi wa habîbih
Assalâmu ‘alâ khalîlillâhi wa najîbih
Assalâmu ‘alâ shafiyilâhi wabni shafiyyih
Assalâmu ‘alal Husaynil mazhlûmisy syahîd
Assalâmu ‘alâ asîril kurabâti wa qatîlil ‘abarât

Salam atas wali Allah dan kekasih-Nya
Salam atas keistimewaan Allah dan pilihan-Nya
Salam atas kesucian Allah dan putera kesucian-Nya
Salam atas Al-Husein yang mazhlum dan syahid
Salam atas yang tertawan dalam peristiwa yang paling berduka
dan terbunuh dalam tragedi paling menderita

اَللّهُمَّ اِنّي اَشْهَدُ اَنَّهُ وَلِيُّكَ وَابْنُ وَلِيِّكَ وَصَفِيُّكَ وَابْنُ صَفِيِّكَ الْفائِزُ بِكَرامَتِكَ

Allâhumma innî asyhadu annahu waliyyuka wabnu waliyyika wa shafiyyuka wabnu shafiyyikal fâizu bikaramatika.

Ya Allah, aku bersaksi bahwa dia adalah kekasih-Mu dan putera kekasih-Mu, pilihan-Mu dan putera pilihan-Mu yang beruntung dengan kemuliaan-Mu

اَكْرَمْتَهُ بِالشَّهادَةِ وَحَبَوْتَهُ بِالسَّعادَةِ، وَاَجْتَبَيْتَهُ بِطيبِ الْوِلادَةِ

Akramtahu bisy-syahâdati wa habawtahu bissa’âdah, wa ajtabaytahu bithayyibil wilâdah,

Kau muliakan dia dengan kesyahidan, Kau hampiri dia dengan kebahagiaan, Kau pilih dia dengan kelahiran yang baik.

وَجَعَلْتَهُ سَيِّداً مِنَ السادَةِ، وَقائِداً مِنَ الْقادَةِ، وَذائِداً مِنْ الْذادَةِ

Waja’altahu sayyidan minas sâdah, wa qâidan minal qâdah, wa dzâidan minadz dzâdah.

Kau jadikan dia penghulu para sayyid, pemimpin dari para pemimpin, dan pertahanan dari semua pertahanan.

وَاَعْطَيْتَهُ مَواريثَ الاَْنْبِياءِ، وَجَعَلْتَهُ حُجَّةً عَلى خَلْقِكَ مِنَ الاَْوْصِياءِ

Wa a’thaytahu mawâritsal anbiyâi, wa ja’altahu hujjatah ‘alâ khalqika minal awshiyâi.

Kau karuniai dia pewaris para nabi, Kau jadikan dia hujjah atas makhluk-Mu dari para washi.

فَاَعْذَرَ فىِ الدُّعاءِ وَمَنَحَ النُّصْحَ، وَبَذَلَ مُهْجَتَهُ فيكَ لِيَسْتَنْقِذَ عِبادَكَ مِنَ الْجَهالَةِ وَحَيْرَةِ الضَّلالَةِ
F
a’tadzara fid-du’âi wa Manahan nush-ha, wa badzala muhjatuhu fîka liyastanqidza ‘ibâdaka minal jahâlati wa hayratidh dhalâlah.

Ia telah menyampaikan dalam doanya, mencurahkan dalam nasehatnya, berjuang karena-Mu untuk menyelamatkan hamba-hamba-Mu dari kejahilan dan kebingunan dalam kesesatan.

وَقَدْ تَوازَرَ عَلَيْهِ مَنْ غَرَّتْهُ الدُّنْيا، وَباعَ حَظَّهُ بِالاَْرْذَلِ الاَْدْنى، وَشَرى آخِرَتَهُ بِالَّثمَنِ الاَْوْكَسِ، وَتَغَطْرَسَ وَتَرَدّى فِي هَواهُ، وَاَسْخَطَكَ وَاَسْخَطَ نَبِيَّكَ، وَاَطاعَ مِنْ عِبادِكَ اَهْلَ الشِّقاقِ وَالنِّفاقِ وَحَمَلَةَ الاَْوْزارِ الْمُسْتَوْجِبينَ النّارَ

Wa qad tawâzara ‘alayhi man gharrathud dun-yâ, wa bâ’a hazhzhahu bil-ardzalil adnâ, wa syarâ âkhiratahu bits-tsamanil awkas, wa taghathrasa wa taraddâ fî hawâhu, wa askhathaka wa askhatha nabiyyaka, wa athâ’a min ‘ibâdika ahlasy syiqâq wan-nifâq wa hamalatan awzâril mustawjibînan nâr.

Ia dianggap berdosa oleh orang yang tertipu oleh dunia, 
yang menjual bagiannya dengan harga yang paling rendah, 
yang membeli akhiratnya dengan harga yang paling hina, 
yang sombong dan arogan dalam hawa nafsunya
yang marah pada-Mu dan murka pada nabi-Mu
yang patuh pada hamba-hamba-Mu yang mendambakan perpecahan dan dipenuhi kemunafikan, yang menanggung beban orang-orang yang mengharuskan mereka tercampak ke dalam neraka.

فَجاهَدَهُمْ فيكَ صابِراً مُحْتَسِباً حَتّى سُفِكَ فِي طاعَتِكَ دَمُهُ وَاسْتُبيحَ حَريمُهُ

Fajâhadahum fîka shâbiran mustajî hattâ sufika fî thâ’atika dâmuhu wastubîha harîmuhu.
Lalu beliau berjuang menghadapi mereka karena-Mu penuh kesabaran dan mengharap ridha-Mu, sehingga ia ditumpahkan darahnya dan disembelih kesuciannya dalam ketaatan pada-Mu.

اَللّهُمَّ فَالْعَنْهُمْ لَعْناً وَبيلاً وَعَذِّبْهُمْ عَذاباً اَليماً

Allâhumma fal’anhum la’nan wabîlâ wa ‘adzdzabhum ‘adzâban alîmâ.
Ya Allah, laknatlah mereka dengan laknat yang berat dan azablah mereka azab yang pedih

اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يَا بْنَ رَسُولِ اللهِ، اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يَا بْنَ سَيِّدِ الاَْوْصِياءِ

Assalamu’alayka yabna Rasulillâh
Assalamu’alayka yabna sayyidil awshiyâ’
Salam atasmu duhai putera Rasulullah
Salam atasmu duhai putera penghulu para washi

اَشْهَدُ اَنَّكَ اَمينُ اللهِ وَابْنُ اَمينِهِ، عِشْتَ سَعيداً وَمَضَيْتَ حَميداً وَمُتَّ فَقيداً مَظْلُوماً شَهيداً، وَاَشْهَدُ اَنَّ اللهَ مُنْجِزٌ ما وَعَدَكَ، وَمُهْلِكٌ مَنْ خَذَلَكَ، وَمُعَذِّبٌ مَنْ قَتَلَكَ
Asyhadu annaka aminullâhi wabnu amînih. ‘Isyta sa’îdan wa madhayta hamîdan, wa mutta faqîdan mazhlûman syahidâ. Wa asyahadu annallâha munjizun mâ wa’adaka, wa muhlikun man khadzalaka, wa mu’adzdzibun man qatalaka.

Aku bersaksi bahwa engkau adalah kepercayaan Allah, putera kepercayaan-Nya. 
Engkau hidup bahagia dan terpuji
Engkau terbunuh dalam keadaan mazhlum dan syahid. 

وَاَشْهَدُ اَنَّكَ وَفَيْتَ بِعَهْدِ اللهِ وَجاهَدْتَ فِي سَبيلِهِ حَتّى اَتياكَ الْيَقينُ

Wa asyhadu annaka wafayta bi’ahdillâhi wa jâhadta fî sabîlihi hatta atâkal yaqîn.

Aku bersaksi bahwa engkau telah memenuhi janji Allah, berjuang di jalan-Nya sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya.

فَلَعَنَ اللهُ مَنْ قَتَلَكَ، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ ظَلَمَكَ، وَلَعَنَ اللهُ اُمَّةً سَمِعَتْ بِذلِكَ فَرَضِيَتْ بِهِ

Fala’anallâhu man qatalaka, wa la’anallâhu man zhalamaka, wa la’anallâhu ummatan sami’at bidzâlika faradhiyat bihi.

Semoga Allah melaknat orang yang membunuhmu
Semoga Allah melaknat orang yang menzalimimu
Semoga Allah melaknat ummat yang mendengar tragedimu lalu ridha dengannya.

اَللّهُمَّ اِنّي اُشْهِدُكَ اَنّي وَلِيٌّ لِمَنْ والاهُ وَعَدُوٌّ لِمَنْ عاداهُ

Allâhumma innî usyhiduka annî waliyyun lima wâlâhu wa ‘aduwwun liman ‘âdâhu.

Ya Allah, aku bersaksi di hadapan-Mu bahwa aku mencintai orang yang mencintainya, memusuhi orang yang memusuhinya. 

بِاَبي اَنْتَ وَاُمّي يَا بْنَ رَسُولِ اللهِ، اَشْهَدُ اَنَّكَ كُنْتَ نُوراً فىِ الاَْصْلابِ الشّامِخَةِ وَالاَْرْحامِ الْمُطَهَّرَةِ، لَمْ تُنَجِّسْكَ الْجاهِلِيَّةُ بِاَنْجاسِها وَلَمْ تُلْبِسْكَ الْمُدْلَهِمّاتُ مِنْ ثِيابِها

Biabî anta wa ummi yabna Rasûlillâh, asyhadu annaka kunta nûran fil ashlâbisy syâmikhah wal-arhâmil muthahharah, lam tunajjiskal jâhiliyyatu bianjâsihâ, wa lam tulbiskal mudlahimmâtu min tsiyâbiha.

Demi ayahku dan ibuku duhai putera Rasulullah, aku bersaksi bahwa engkau adalah cahaya dalam sulbi yang mulia dan rahim yang suci. Engkau belum pernah tersentuh oleh noda-noda jahiliyah, dan belum pernah terbungkus oleh pakaian jahiliyah.

وَاَشْهَدُ اَنَّكَ مِنْ دَعائِمِ الدّينِ وَاَرْكانِ الْمُسْلِمينَ وَمَعْقِلِ الْمُؤْمِنينَ، وَاَشْهَدُ اَنَّكَ الاِْمامُ الْبَرُّ التَّقِيُّ الرَّضِيُّ الزَّكِيُّ الْهادِي الْمَهْدِيُّ، وَاَشْهَدُ اَنَّ الاَْئِمَّةَ مِنْ وُلْدِكَ كَلِمَةُ التَّقْوى وَاَعْلامُ الْهُدى وَالْعُرْوَةُ الْوُثْقى، وَالْحُجَّةُ على اَهْلِ الدُّنْيا

Wa asyhadu annaka min da’âimid dîn wa arkânil muslimîn wa ma’qilil mu’minîn.
Wa asyahadu annakal imâmul barrut-taqiy ar-radhiyyuz zakiy al-hâdil mahdiy.
Wa asyhadu annal aimmata min wuldika kalimatut taqwâ wa a’lâmul hudâ wal ‘urwatul wutsqâ, wal-hujjatu ‘alâ ahlid dun-yâ.

Aku bersaksi bahwa engkau adalah penegak agama, tonggak kaum muslimin, pengikat kaum mukminin.
Aku bersaksi bahwa engkau pemimpin yang baik dan bertakwa, yang ridha dan suci, memberi petunjuk dan bimbingan.

وَاَشْهَدُ اَنّي بِكُمْ مُؤْمِنٌ وَبِاِيابِكُمْ، مُوقِنٌ بِشَرايِعِ ديني وَخَواتيمِ عَمَلي، وَقَلْبي لِقَلْبِكُمْ سِلْمٌ وَاَمْري لاَِمْرِكُمْ مُتَّبِعٌ وَنُصْرَتي لَكُمْ مُعَدَّةٌ حَتّى يَأذَنَ اللهُ لَكُمْ، فَمَعَكُمْ مَعَكُمْ لا مَعَ عَدُوِّكُمْ

Wa asyhadu annî bikum mu’minun wa bi-iyabikum, mûqinun bisyarâi’I dînî wa khawâtîmi ‘amalî, wa qalbî liqalbikum silmun, wa biamrî liamrikum muttabi’un, wa nushratî lakum mu’addatun hattâ ya’dzanallâhu lakum, fama’akum ma’akum lâ ma’a ‘aduwwikum.

Aku bersaksi bahwa aku mempercayaimu, menyakini syariat agamaku, dan kesudahan amalku. Hatiku pasrah pada hatimu, urusanku ikut pada perintahmu, pertolonganku kusiapkan karenamu. Semoga aku selalu bersamamu, tidak bersama musuhmu. 

صَلَواتُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَعلى اَرْواحِكُمْ وَاَجْسادِكُمْ وَشاهِدِكُمْ وَغائِبِكُمْ وَظاهِرِكُمْ وَباطِنِكُمْ آمينَ رَبَّ الْعالِمينَ

Shalawâtullâhi ‘alaykum wa ‘alâ arwâhikum wa ajâdikum, wa syâhidikum wa ghâibikum, wa zhâhirikum wa bâtinikum. Âmîna Rabbal ‘âlamîn.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepadamu, pada arwahmu dan jasadmu, pada kehadiranmu dan keghaibanmu, zahirmu dan batinmu. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Catatan: Setelah membaca doa ziarah ini, lalukan shalat sunnah dua rakaat, kemudian mohonlah kepada Allah apa yang dicita-citakan. Insya Allah, Allah swt mengijabahnya.

Wassalam tk syamsul rifaei
 



No comments:

Post a Comment