Saturday, 12 January 2013

28 Safar Ulangtahun Keshahidan Rasulullah s.a.w dan Cucunda kesayangan Nabi ,Imam Hasan Al-Mujtaba a.s






Artikel Islam:
 Hak Nabi Muhammad Saw atas Ummatnya

"…Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung."(Qs. Al-A'raf: 157) 

Ismail Amin*

 Hak Nabi Muhammad Saw atas Ummatnya
"…Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung."(Qs. Al-A'raf: 157)

Penggalan dari firman suci Allah swt di atas mengisyaratkan diantara hal-hal yang harus dilakukan ummat yang mengakui dan mengimani Rasulullah Saw, yaitu memuliakan, menolong dan menaatinya. Ketataan kepada Rasulullah Saw dalam terminologi al-Quran sama halnya ketaatan kepada Allah swt. Dalam an-Nisa ayat 80 disebutkan, "Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah." Dalam hal menaati Rasulullah Saw tidak ada ruang perdebatan di antara kaum muslimin.

Lebih ditegaskan lagi di awal surah al Hujurat, untuk tidak mendahului Allah dan Rasul-Nya. Sementara dalam surah al Ahzab ayat 36 ditekankan bahwa ketika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan satu ketetapan dalam urusan kaum mukminin, namun kemudian kaum mukminin lebih cenderung memilih alternatif lain di luar ketetapan itu maka tercatat sebagai bentuk kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Al-Quran menegaskan, lebih mengutamakan pendapat dan ketetapan sendiri dibanding dengan apa yang telah ditetapkan Rasulullah Saw adalah jalan menuju kesesatan yang nyata. Melakukan amalan-amalan bid'ah, menambah-nambahkan ataupun mengurang-ngurangi ketentuan syariat, ghuluw atau berlebih-lebihan, terjebak dalam pemahaman khurafat dan sebagainya adalah beberapa contoh misdaq dari mengenyampingkan ketentuan dan perintah Rasulullah Saw.

Setelah memberikan ketaatan, hak Rasulullah Saw atas ummatnya adalah memuliakan beliau. Pemuliaan kepada Rasulullah Saw adalah juga bentuk pemuliaan dan pengagungan kepada Allah swt. Allah swt dalam banyak ayat al-Quran senantiasa menggandengkan namaNya dengan Rasulullah, hal ini bukti nyata yang tak terbantahkan bahwa betapa Allah swt sendiri mengagungkan penghulu para nabi tersebut. Allah swt memposisikan Nabi Muhammad Saw diantara umat manusia di dunia melebihi seorang kaisar dan raja sekalipun. Jika seorang abdi kerajaan sebagai bentuk takzim dan pengagungannya tidak berani untuk meninggikan suara di hadapan rajanya, maka Allah swt mengancam dengan tegas, akan menghapus pahala amalan kebaikan siapapun yang meninggikan suara dihadapan Nabi Muhammad Saw.

Dalam surah al Hujurat ayat kedua kita membaca, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmusedangkan kamu tidak menyadari."Pesan ayat tersebut, alih-alih membangkang atau tidak taat atas perintah Rasulullah Saw, sekedar meninggikan suara melebihi suara Nabi atau sekedar berbicara kepada Nabi tidak ubahnya berbicara dengan orang selain Nabi dapat menyebabkan terhapusnya pahala amalan. Tidak ada pengecualian dalam ayat tersebut, hatta mereka yang mendapat kehormatan sebagai sahabat-sahabat Nabi sekalipun, istri-istri Nabi sekalipun dan keluarga nabi secara umum sekalipun. Al-Quran menandaskan, dalam hal berbicara kepada Nabipun, ummatnya harus memberi sikap yang berbeda, yang tidak boleh keluar dari batasan pengagungan, penghormatan dan pemuliaan. Ketika seorang muslim berbicara dengan penuh hormat kepada orangtuanya, maka Nabi Saw berhak untuk mendapatkan penghormatan yang lebih besar lagi, tidak boleh disamakan.

Bentuk pemuliaan lainnya, adalah dengan senantiasa mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabiullah Muhammad Saw. Allah swt berfirman, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." Shalawat adalah satu-satunya perintah Allah swt kepada umat manusia yang bukan hanya turut dilakukannya namun juga lebih dahulu melakukannya. Semestinya ayat ini saja sudah cukup membantah tanggapan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak boleh dikultuskan atau beliau sama halnya manusia biasa. Allah SWT sendiri mengkultuskan Nabi Saw dalam ayat tersebut. Ketika Dia yang Khalik, mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw yang nota bene adalah makhluk-Nya, tentu  alasannya tidak sederhana. Imam Baqir as dalam kitab Wasail al Syiah menyebutkan, "Amalan terberat dalam timbangan Allah di hari kiamat nanti adalah shalawat yang dikirimkan untuk Nabi Muhammad dan keluarganya."

Bentuk pemuliaan lainnya yang juga tidak boleh diabaikan adalah mencintai keluarga Nabi Saw. Dalam surah Asy Syuura, Allah swt meminta kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengatakan, "Aku tidak meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada keluargaku."Ayat ini tegas, bahwa sebagai bentuk 'balas jasa' atas dakwah dan ajakan Rasulullah Saw dalam menetapi kebenaran dan jalan yang lurus adalah dengan mencintai keluarganya. Kecintaan kepada keluarga (Ahlul Bait) Nabi tidak akan tumbuh jika tidak diawali dengan upaya untuk mengenali keutamaan Ahlul Bait Nabi.

Selanjutnya hak Nabi Muhammad Saw atas ummatnya, adalah menolongnya. Pertolongan seperti apakah yang dibutuhkan Nabi Muhammad Saw, sehingga kita harus mengulurkan tangan memberikan pertolongan? Apakah Nabi lemah sehingga harus ditolong? Menolong yang dimaksud adalah terlibat dalam perjuangan Rasulullah Saw dalam menegakkan agama. Nabi Muhammad Saw secara lahiriyah tidak lagi mampu menjalankan aktivitas keduniawian pasca meninggal dunia, sementara agama Islam yang beliau dakwahkan dan ajarkan harus tetap hidup dan tumbuh, harus tetap tersebar dan bersemayam di hati-hati  umat manusia di tiap masa dan disetiap tempat. Karena itulah butuh keterlibatan ummatnya untuk melakukan semua itu.

Menolong Nabi adalah menghidupkan sunnah-sunnahnya, menolong Nabi adalah segencar mungkin memperkenalkan kepribadiannya yang mulia sehingga tidak ada ruang bagi yang hendak mencela dan menistakannya, menolong Nabi adalah mendakwahkan ajaran-ajaran yang dibawanya, menolong Nabi adalah menegakkan syariat Allah swt, menolong Nabi adalah memuliakan sesama muslim, tidak membenci apalagi mengkafirkan, menolong Nabi adalah dengan menjadi insan-insan yang mencintai dan senantiasa menegakkan kebenaran. Allah SWT berfirman, "(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Qs. Al Hasyr: 8)

Perlu ditekankan, meskipun secara kasat mata kita tampak menolong Rasulullah, pada hakikatnya adalah kita menolong diri sendiri. Beberapa kaum muslimin di masa Rasulullah Saw (saya tidak menyebut sahabat, khawatir nanti dianggap menghina) dengan islamnya mereka, dengan hijrahnya meninggalkan kampung halaman, dengan turut berjihad memerangi kaum kuffar, dengan turut mendakwahkan Islam telah merasa berjasa kepada Nabi Muhammad Saw, mereka menganggap telah menolong Nabi yang jika tidak dengan keberadaan dan kesertaan mereka, Islam tidak akan diterima dan tersebar keberbagai negeri. Allah SWT mengingatkan, "Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, "Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar." (Qs. Al-Hujurat: 17).

Ayat ini juga menyentil kita, generasi muslim saat ini. Kitalah yang butuh pada Islam dan dakwah, bukan Islam yang membutuhkan kita. Kitalah yang butuh pertolongan Nabi, bukan Nabi yang membutuhkan pertolongan kita. Kitalah yang hakekatnya ditolong oleh Rasulullah, bukan kita yang menolongnya. Jangan sampai ada sangkaan, kalau kita tidak ada, maka Islam juga tidak akan tersampaikan dan Nabi tidak akan dikenali. Percayalah, tanpa peran serta kita, Islam akan selalu ada dan akan tersampaikan dengan baik pada setiap masa dan tempat. Kekuasaan Allah tidak bergantung dengan keberadaan kita. 
"Illa tanshuruuhu faqad nasharahu llahu, Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) sesungguhnya Allah telah menolongnya…" (Qs. At-Taubah: 40). 
Wallahu 'alam Bishshawwab.

*) Mahasiswa Jurusan Ulumul Qur'an Universitas Internasional al Mostafa Qom, Republik Islam Iran.


Perbahasan ilmiyah;
 Benarkah hadis kertas hanya hanya dinukilkan daripada jalur Ibnu Abbas?

Pertanyaan:

Syaikh ‘Abdul Rahim Khatib (Ulama Sunni selatan Iran) di dalam kitab Shaykhain dan penulis kitab Sima-e-Faruq A’zham dan Burqe’i di dalam kitab Rahnamud Sonnat percaya bahawa hadis kertas mempunyai sanad yang dha’if.

Ustaz Taha di dalam kitab Mir’atul Islam mengatakan bahawa meskipun riwayat ini wujud di dalam kitab-kitab Sahih, namun para ulama telah mendha’ifkan dan melemahkannya dengan beberapa dalil seperti:

Di kalangan semua sahabat yang hadir selain Abdullah bin Abbas, tidak seorang pun yang meriwayatkan hadis kertas. Menurut pengakuan Ibnu Abbas yang berkata:

توفى رسول الله و انا ابن عشر سنين

“Rasulullah (s.a.w) wafat ketika aku berusia sepuluh tahun”. Dengan ini jelaslah bahawa dalam peristiwa itu tidak ada orang dewasa yang hadir. Oleh itu Ibnu Abbas tidak dikira hadir, kerana andainya Nabi (s.a.w) memberikan ucapan begitu, sudah tentu para sahabat yang lain meriwayatkan hadis tersebut. Tanpa riwayat daripada orang lain membuktikan Nabi (s.a.w) tidak bersabda demikian. 


Kritikan dan penyelidikan:

Hadis kertas merupakan salah satu permasalahan penting dan asasi yang melibatkan Umar ibni Al-Khattab. Riwayat ini membuktikan bahawa beliau menuduh Nabi (s.a.w) meracau dan tidak membenarkan baginda menulis wasiat.

Tidak ada yang dapat mempertikaikan sanad-sanadnya kerana hadis ini tercatat di dalam berbagai bab dalam Kitab Sahih Al-Bukhari:

1. Sahih Al-Bukhari, jilid 1 halaman 36, hadis 114, Kitab Al-‘Ilm (كتاب العلم، ب 39 ، باب كِتَابَةِ الْعِلْمِ).
2. Sahih Al-Bukhari, jilid 4 halaman 31, hadis 3053, Kitab Jihad Wa Al-Sair (كتاب الجهاد والسير  ب 176 ،  باب هَلْ يُسْتَشْفَعُ إِلَى أَهْلِ الذِّمَّةِ وَمُعَامَلَتِهِمْ.).
3. Sahih Al-Bukhari, jilid 4 halaman 31, hadis 3168, Kitab Al-Jizyah bab Ikhraj Al-Yahud min Jaziratul ‘Arab (كتاب الجزية باب اخراج اليهود من جزيرة العرب،).
4. Sahih Al-Bukhari, jilid 5 halaman 137, hadis 4431, Kitab Al-Maghazi (كتاب المغازي، باب مرض النبى ووفاته).
5. Sahih Al-Bukhari, jilid 7 halaman 9, hadis 5669 (كتاب المرضى باب قول المريض قوموا عنّى).
6. Sahih Al-Bukhari, jilid 8 halaman 161, hadis 7366 (كتاب الاعتصام بالكتاب والسنة، ب 26 ، باب كَرَاهِيَةِ الْخِلاَفِ).

Ulama Ahlusunnah sentiasa berusaha menjawab riwayat ini, salah satu jawapan yang diberi adalah seperti pertanyaan di atas.

Dalam menghadapi dakwaan begini, hendaklah kita beri perhatian terhadap beberapa noktah iaitu:

Pertama: Pertikaian atas seluruh hadis-hadis Ibnu ‘Abbas

Jikalaulah kita tidak menerima riwayat Ibnu ‘Abbas dalam saat-saat terakhir beliau bersama Rasulullah (s.a.w), maka kita hendaklah menolak seluruh riwayat daripada beliau dalam semua bab fiqh, sejarah, kalam, tafsir dan lain-lain lagi.

Sedangkan himpunan riwayat hadis ‘Abdullah bin ‘Abbas dalam seluruh kitab Ahlusunnah mencapai bilangan 3835 tanpa ulangan, dan 34425 dengan ulangan. Statistik ini diambil daripada software Jawami’ Al-Kalam. Apakah Ahlusunnah mampu mengenepikan semua riwayat ini?

Noktah ke-dua: Ibnu ‘Abbas berusia 15 tahun:

Terdapat perselisihan pendapat tentang usia Ibnu Abbas di zaman kewafatan Rasulullah (s.a.w). Ada yang menyebut sepuluh tahun, tiga belas dan lima belas tahun. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menulis bahawa usia Ahmad bin Hanbal yang sebenar ialah 15 tahun:

قبض النبي (ص) ... وأنا ابن خمس عشرة . وصوبه أحمد بن حنبل.
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تهذيب التهذيب، ج 5   ص 244 ، ناشر: دار الفكر - بيروت، الطبعة: الأولى، 1404 - 1984 م.

Rasulullah (s.a.w) wafat, sedangkan aku berusia lima belas tahun. Ahmad bin Hanbal mensahihkannya (pandangan ini). - Al-‘Asqalani Al-Syafi’i, Ahmad bin Ali bin Hajar Abul Fadhl (wafat tahun 852 Hijrah), Tahzibul Tahzib, jilid 5 halaman 244.

Oleh itu jelaslah tidak seorang pun yang boleh menetapkan bahawa usianya hanyalah sepuluh tahun sahaja ketika itu.

Ke-tiga: Ibnu ‘Abbas ‘Hibrul Ummah’

Betapa tingginya ilmu Ibnu ‘Abbas sehinggakan Syiah dan Sunni menerima riwayat beliau untuk beramal dalam bidang tafsir, Fiqh dan lain-lain lagi.

Banyak ulama yang menukilkan puji-pujian terhadap Ibnu ‘Abbas di dalam kitab-kitab Ahlusunnah seperti Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam syarah Ibnu ‘Abbas berikut:

وقال ابن مسعود: " نِعْمَ تَرْجُمَانُ الْقُرْآنِ ابْنُ عَبَّاسٍ "...
عن بن عمر قال كان عمر يدعو بن عباس ويقربه ويقول أني رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم دعاك يوما فمسح رأسك وتفل في فيك وقال اللهم فقهه في الدين وعلمه التأويل...
عن عبد الله بن بريدة عن بن عباس قال انتهيت إلى رسول الله وعنده جبريل فقال له جبريل إنه كائن حبر هذه الأمة فاستوص به خيرا.
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تهذيب التهذيب، ج 5   ص 244 ، ناشر: دار الفكر - بيروت، الطبعة: الأولى، 1404 - 1984 م.

Ibnu Mas’ud berkata: Sebaik-baik penterjemah Al-Quran ialah Ibnu Abbas…

Diriwayatkan Ibnu Umar berkata: Pernah Umar memanggil Ibnu ‘Abbas kepadanya dan berkata: Sesungguhnya aku pernah melihat pada suatu hari Rasulullah (s.a.w) memanggil engkau dan mengusap kepalamu dan memindahkan air liurnya ke dalam mulutmu. Baginda bersabda: Ya Allah, faqihkanlah dia di dalam agama dan ajarkanlah ia tafsir al-Quran.

Abdullah bin Buraidah meriwayatkan daripada Abdullah bin ‘Abbas yang berkata: Aku pergi kepada Rasulullah dan di sisi baginda ialah Jibril. Maka Jibril pun berkata kepada baginda bahawa beliau adalah Hibr Ummat (ulama ummat), maka berpesanlah kebaikan untuknya. - Al-‘Asqalani Al-Shafi’i, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Abul Fadhl (wafat tahun 852 Hijrah), Tahzibul Tahzib, jilid 5 halaman 244.

Muhammad bin Sa’ad di dalam Al-Tabaqat Al-Kubra, dan Ibnu Atsir di dalam Asadul Ghabah menulis:

عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ، قَالَ: قُلْتُ لِطَاوُسٍ لَزِمْتَ هَذَا الْغُلامَ، يَعْنِي ابْنَ عَبَّاسٍ، وَتَرَكْتَ الأَكَابِرَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ (ص) فَقَالَ: " إِنِّي رَأَيْتُ سَبْعِينَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ (ص) إِذَا تَدَارَءُوا فِي شَيْءٍ صَارُوا إِلَى قَوْلِ ابْنِ عَبَّاسٍ ".
الزهري، محمد بن سعد بن منيع ابوعبدالله البصري (متوفاى230هـ)، الطبقات الكبرى، ج 2   ص 367 ، ناشر: دار صادر - بيروت.
ابن أثير الجزري، عز الدين بن الأثير أبي الحسن علي بن محمد (متوفاى630هـ)، أسد الغابة في معرفة الصحابة، ج 3   ص 297، تحقيق عادل أحمد الرفاعي، ناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت / لبنان، الطبعة: الأولى، 1417 هـ - 1996 م.

Daripada Laits bin Abi Sulaim, beliau berkata: Aku berkata kepada Thawus, engkau tetap bersama anak ini, iaitu Ibnu ‘Abbas, dan meninggalkan para sahabat Rasulullah. Maka beliau menjawab: Aku melihat tujuh puluh daripada sahabat-sahabat Rasulullah (s.a.w), apabila mereka berselisih tentang sesuatu, maka mereka akan merujuk kepada kata-kata Ibnu Abbas. - Al-Zuhri, Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ Abu ‘Abdullah Al-Bashri (wafat pada tahun 230 Hijrah), Al-Tabaqat al-Kubra, jilid 2 halaman 367; Ibnu Atsir Al-Jazari, ‘Izzuddin bin Al-Atsir Abi Al-Hasan ‘Ali bin Muhammad (wafat tahun 630 Hijrah), Asadul Ghabah Fi Ma’rifah Al-Shahabah, jilid 3 halaman 297.

Ke-Empat: Riwayat hadis kertas daripada Umar bin Al-Khattab

Sanad hadis kertas tidak hanya terbatas daripada Ibnu ‘Abbas sahaja, namun ada juga yang dinukilkan daripada Umar Ibnu Al-Khattab.

Al-Tabrani di dalam Al-Mu’jam Al-Awshat menulis:

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: لَمَّا مَرِضَ النَّبِيُّ (ص) قَالَ: " ادْعُوا لِي بِصَحِيفَةٍ وَدَوَاةٍ، أَكْتُبُ لَكُمْ كِتَابًا لا تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا "، فَكَرِهْنَا ذَلِكَ أَشَدَّ الْكَرَاهَةِ، ثُمَّ قَالَ: " ادْعُوا لِي بِصَحِيفَةٍ أَكْتُبُ لَكُمْ كِتَابًا لا تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا "، فَقَالَ النِّسْوَةُ مِنْ وَرَاءِ السِّتْرِ: أَلا تَسْمَعُونَ مَا يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ (ص) فَقُلْتُ: إِنَّكُنَّ صَوَاحِبَاتُ يُوسُفَ، إِذَا مَرِضَ رَسُولُ اللَّهِ (ص) عَصَرْتُنَّ أَعْيُنَكُنَّ، وَإِذَا صَحَّ رَكَبْتُنَّ عُنُقَهُ !، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ (ص): " دَعُوهُنَّ؟ فَإِنَّهُنَّ خَيْرٌ مِنْكُمْ "
الطبراني،  ابوالقاسم سليمان بن أحمد بن أيوب (متوفاى360هـ)، المعجم الأوسط، ج 5   ص 288، ح5338 ، تحقيق: طارق بن عوض الله بن محمد،‏عبد المحسن بن إبراهيم الحسيني، ناشر: دار الحرمين - القاهرة – 1415هـ.

Diriwayatkan daripada Zaid bin Aslam, Umar bin Al-Khattab berkata: Tatkala Rasulullah sakit (s.a.w), baginda bersabda: Bawakan padaku lembaran kertas dan dakwat, akan ku tulis untuk kalian supaya kalian tidak sesat sesat selama-lamanya setelah itu. Ucapan baginda menyebabkan kami sangat tidak senang hati, kemudian baginda bersabda lagi: Bawakan padaku lembaran kertas dan dakwat, akan ku tulis untuk kalian supaya kalian tidak sesat sesat selama-lamanya setelah itu. Kaum wanita di belakang tirai berkata: Tidakkah kalian mendengar apa yang baginda sabdakan? Maka aku pun berkata: Kalian umpama perempuan-perempuan yang bersama Yusuf, ketika Rasulullah sakit kalian mengalirkan air mata, apabila baginda sihat kalian menunggangi tengkuknya!, maka Rasulullah (s.a.w) bersabda: Abaikan mereka? sesungguhnya mereka lebih baik daripada kalian. - Al-Tabrani, Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub (wafat tahun 360 Hijrah), Al-Mu'jam Al-Awsat, jilid 5 halaman 288, hadis 5338.

Muhammad bin Sa’ad di dalam Al-Tabaqat Al-Kubra menukilkan hadis kertas dalam bentuk yang lain:

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ (ص) وَبَيْنَنَا وَبَيْنَ النِّسَاءِ حِجَابٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ (ص): " اغْسِلُونِي بِسَبْعِ قِرَبٍ، وَأْتُونِي بِصَحِيفَةٍ وَدَوَاةٍ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا "، فَقَالَ النِّسْوَةُ: ائْتُوا رَسُولَ اللَّهِ (ص) بِحَاجَتِهِ. قَالَ عُمَرُ: فَقُلْتُ: اسْكُتْنَ فَإِنَّكُنَّ صَوَاحِبُهُ، إِذَا مَرِضَ عَصَرْتُنَّ أَعْيُنَكُنَّ، وَإِذَا صَحَّ أَخَذْتُنَّ بِعُنْقِهِ ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ (ص): " هُنَّ خَيْرٌ مِنْكُمْ ! "
الزهري، محمد بن سعد بن منيع ابوعبدالله البصري (متوفاى230هـ)، الطبقات الكبرى، ج 2   ص 243 ، ناشر: دار صادر - بيروت.

Diriwayatkan daripada Zaid bin Aslam, daripada bapanya, daripada ‘Umar bin Al-Khattab yang berkata: Kami pernah bersama Nabi (s.a.w) dan di antara kami dan para wanita terdapat hijab. Maka Rasulullah (s.a.w) bersabda: Mandikan aku dengan tujuh bekas air, dan bawakan aku dakwat. Akan ku tulis untuk kalian supaya kalian tidak sesat sesat selama-lamanya setelah itu. Maka kaum wanita berkata: Berikan apa yang Rasulullah perlukan. Umar berkata: Maka aku pun berkata: Diamlah, sesungguhnya kalian seperti yang bersama Yusuf, apabila baginda sakit kalian menitiskan air mata, apabila baginda sihat kalian menunggangi tengkuknya. Maka Rasulullah (s.a.w) bersabda: Mereka itu lebih baik daripada kalian. - Al-Zuhri, Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ Abu ‘Abdillah Al-Bashri (wafat tahun 230 Hijrah), Al-Tabaqat Al-Kubra, jilid 2 halaman 243.

Ke-Lima: Riwayat kertas daripada Jabir bin ‘Abdullah

Riwayat ini dinukilkan beberapa kali dengan beberapa sanad yang sahih melalui jalur Jabir bin ‘Abdullah Al-Anshari seperti Abu Ya’la Al-Maushili di dalam musnadnya:

حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ (ص) " دَعَا عِنْدَ مَوْتِهِ بِصَحِيفَةٍ لِيَكْتُبَ فِيهَا كِتَابًا لا يَضِلُّونَ بَعْدَهُ وَلا يُضَلُّونَ "، وَكَانَ فِي الْبَيْتِ لَغَطٌ، وَتَكَلَّمَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَرَفَضَهَا رَسُولُ اللَّهِ.
أبو يعلي الموصلي التميمي، أحمد بن علي بن المثني (متوفاى307 هـ)، مسند أبي يعلي، ج 3   ص 394، ح1871 ، تحقيق: حسين سليم أسد، ناشر: دار المأمون للتراث - دمشق، الطبعة: الأولى، 1404 هـ – 1984م.

Diriwayatkan daripada Ibnu Numair, daripada Sa’id bin Al-Rabi’, daripada Qurratu bin Khalid, daripada Abi Al-Zubair, daripada Jabir, bahawa tatkala Rasulullah (s.a.w) hampir dengan kewafatannya, baginda meminta lembaran kertas untuk ditulis sesuatu supaya mereka tidak tersesat setelahnya. Maka riuh rendahlah dalam rumah, dan ‘Umar mengatakan sesuatu namun ditolak oleh Rasulullah. - Abu Ya’la Al-Maushili Al-Tamimi, Ahmad bin ‘Ali bin Al-Mutsanna (wafat tahun 307 Hijrah), Musnad Abi Ya’la, jilid 3 halaman 394, hadis 1871.

Haitsami setelah menukilkan riwayat tersebut beliau mengatakan:

رواه أبو يعلي وعنده في رواية يكتب فيها كتابا لأمته قال لا يظلمون ولا يظلمون ورجال الجميع رجال الصحيح.
الهيثمي، ابوالحسن نور الدين علي بن أبي بكر (متوفاى 807 هـ)، مجمع الزوائد ومنبع الفوائد، ج 4   ص 215 ، ناشر: دار الريان للتراث/‏ دار الكتاب العربي - القاهرة، بيروت – 1407هـ.

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la, dalam riwayat lain menyatakan baginda ingin menulis sesuatu untuk ummatnya supaya mereka tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Seluruh rijalnya adalah rijal sahih. - Al-Haitsami, Abul Hasan Nuruddin Ali bin Abi Bakr (wafat tahun 807 Hijrah), Majma’ Al-Zawa’id Wa Manba’ Al-Fawa’id, jilid 4 halaman 215.

Al-Shalihi Al-Shami menulis:

وروى أبو يعلى بسند صحيح عن جابر - رضي الله تعالى عنه - أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - دعا عند موته بصحيفة ...
الصالحي الشامي، محمد بن يوسف (متوفاى942هـ)، سبل الهدي والرشاد في سيرة خير العباد، ج 12   ص 247 ، تحقيق: عادل أحمد عبد الموجود وعلي محمد معوض، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت، الطبعة: الأولى، 1414هـ.

Abu Ya’la meriwayatkan daripada Jabir dengan sanad yang sahih, sesungguhnya Rasulullah (s.a.w) meminta lembaran kertas ketika menjelang kewafatannya… - Al-Shalihi Al-Shami, Muhammad bin Yusuf (wafat tahun 942 Hijrah), Subul Al-Huda Wal-Rashad Fi Sirah Khairil ‘Ibad, jilid 12 halaman 247.

Ibnu Al-A’rabi juga menukilkan riwayat ini dengan sanad di bawah:

 (541)- [539] نا مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ الْعَوْفِيُّ، نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ، قَالَ: حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَقِيلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ، عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ النَّبِيَّ (ص): " دَعَا عِنْدَ مَوْتِهِ بِصَحِيفَةٍ لَنَا لِيَكْتُبَ فِيهَا كِتَابًا لا تَضِلُّوا، قَالَ: فَحَلَفَ عَلَيْهِمْ عُمَرُ، حَتَّى نَقَضَهَا النَّبِيُّ (ص) "
ابن الأعرابي، أبو سعيد أحمد بن محمد بن زياد بن بشر (متوفاى340هـ) معجم ابن الأعرابي ، ج1، ص286، تحقيق: أحمد ميرين سياد البلوشي ، ناشر: مكتبة الكوثر / دار الكتب العلمية ـ الرياض / بيروت، الطبعة: الأولى.

Daripada Jabir, sesungguhnya Nabi (s.a.w) meminta lembaran kertas ketika menjelang kewafatannya untuk baginda menulis supaya mereka tidak tersesat. ‘Umar bersumpah ke atas mereka sehingga Nabi (s.a.w) membubarkan.

Sanad riwayat ini juga tidak bermasalah dan seluruh perawinya tsiqah.

Ahmad bin Hanbal juga menyebut riwayat ini dengan sanad yang lain:

حدثنا عبد اللَّهِ حدثني أبي ثنا مُوسَى بن دَاوُدَ حدثنا بن لَهِيعَةَ عن أبي الزُّبَيْرِ عن جَابِرٍ أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم دَعَا عِنْدَ مَوْتِهِ بِصَحِيفَةٍ لِيَكْتُبَ فيها كِتَاباً لاَ يضلون بَعْدَهُ قال فَخَالَفَ عليها عُمَرُ بن الْخَطَّابِ حتى رَفَضَهَا .
الشيباني،  ابوعبد الله أحمد بن حنبل (متوفاى241هـ)، مسند أحمد بن حنبل، ج 3   ص 346، ح14768 ، ناشر: مؤسسة قرطبة – مصر.

Jabir berkata: Sesungguhnya Nabi (s.a.w) meminta lembaran kertas untuk ditulis padanya agar setelah kewafatan baginda mereka tidak tersesat selama-lamanya. Maka ‘Umar bin Al-Khattab pun berselisih sehingga menolaknya. - Al-Shaibani, Abu ‘Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal (wafat tahun 241 Hijrah), Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3 halaman 346, hadis 14768.

Oleh itu, jikalau hadis daripada Ibnu ‘Abbas dan ‘Umar tidak dapat diterima, maka kisah ini juga telah diriwayatkan daripada jalan Jabir bin ‘Abdullah dengan persanadan yang sahih.

Ke-enam: Riwayat daripada kanak-kanak dalam sumber-sumber Ahlusunnah.

Sebelum ini kita dapati bahawa Ahmad bin Hanbal berpendapat bahawa Ibnu ‘Abbas di zaman kewafatan Rasulullah (s.a.w) berusia 15 tahun. Namun dalam perkara ini Ahlusunnah sepakat bahawa kanak-kanak berusia tiga belas tahun atau kurang daripada itu boleh menukilkan hadis.

Khatib Al-Baghdadi menulis tentang perkara ini:

وقال قوم الحد في السماع خمس عشرة سنة وقال غيرهم ثلاث عشرة وقال جمهور العلماء يصح السماع لمن سنه دون ذلك وهذا هو عندنا الصواب .
البغدادي، ابوبكر أحمد بن علي  بن ثابت الخطيب (متوفاى463هـ)، الكفاية في علم الرواية، ج 1   ص 54 ، تحقيق: ابوعبدالله السورقي، إبراهيم حمدي المدني، ناشر:المكتبة العلمية - المدينة المنورة.

Ada golongan berkata bahawa batas umur mendengar riwayat ialah lima belas tahun, yang lain pula mengatakan tiga belas tahun. Kebanyakan ulama menganggap sahnya mereka yang berusia kurang daripada ini boleh mendengar hadis, dan pandangan ini adalah sahih menurutku. - Al-Baghdadi, Abu Bakar bin ‘Ali bin Tsabit Al-Khatib (wafat pada tahun 463 Hijrah), Al-Kifayah Fi ‘Ilm Al-Riwayah, jilid 1 halaman 54.

Abdullah bin Zubair berusia sekurang-kurangnya lima tahun ketika menyertai perang Khandak, namun kita lihat di dalam Sahih Muslim dan kitab-kitab lain Ahlusunnah beliau telah menceritakan peristiwa perang Khandak:

حدثنا إسماعيل بن الْخَلِيلِ وَسُوَيْدُ بن سَعِيدٍ كلاهما عن بن مُسْهِرٍ قال إسماعيل أخبرنا عَلِيُّ بن مُسْهِرٍ عن هِشَامِ بن عُرْوَةَ عن أبيه عن عبد اللَّهِ بن الزُّبَيْرِ قال كنت أنا وَعُمَرُ بن أبي سَلَمَةَ يوم الْخَنْدَقِ مع النِّسْوَةِ في أُطُمِ حَسَّانَ فَكَانَ يطأطىء لي مَرَّةً فَأَنْظُرُ وأطأطىء له مَرَّةً فَيَنْظُرُ فَكُنْتُ أَعْرِفُ أبى إذا مَرَّ على فَرَسِهِ في السِّلَاحِ إلى بنى قُرَيْظَةَ.
النيسابوري القشيري ، ابوالحسين مسلم بن الحجاج (متوفاى261هـ)، صحيح مسلم، ج 4   ص 1879، ح2416، كتاب فضائل الصحابة، باب من فضائل طلحة والزبير ، تحقيق: محمد فؤاد عبد الباقي، ناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت.

Ismail bin Al-Khalil dan Suwaid bin Sa’id, kedua-dua mereka meriwayatkan daripada Ibnu Mushir, daripada Hisham bin ‘Urwah, daripada ayahnya, daripada ‘Abdullah bin Al-Zubair yang berkata: Aku dan ‘Umar bin Abi Salamah bersama para wanita di hari peperangan Khandaq dalam kubu Hassan. Kadang-kadang ia menaiki belakangku untuk menjeguk, kadangkala aku menaiki belakangnya untuk melihat peperangan. Aku kenal ayahku apabila beliau bersenjata dan berada di atas kuda yang menuju ke arah Bani Quraizah. - Al-Nisyaburi Al-Qusyairi, Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj (wafat tahun 261 Hijrah), Sahih Muslim, jilid 4 halaman 1879, hadis 2416.

Nawawi dalam syarah hadis ini berkata:

وفي هذا الحديث دليل لحصول ضبط الصبي وتمييزه وهو بن اربع سنين فان بن الزبير ولد عام الهجرة في المدينة وكان الخندق سنة اربع من الهجرة على الصحيح فيكون له في وقت ضبطه لهذه القضية دون اربع سنين وفي هذا رد على ما قاله جمهور المحدثين انه لا يصح سماع الصبي حتى يبلغ خمس سنين والصواب صحته متى حصل التمييز وان كان بن اربع أو دونها.
النووي الشافعي، محيي الدين أبو زكريا يحيى بن شرف بن مر بن جمعة بن حزام (متوفاى676 هـ)، شرح النووي علي صحيح مسلم، ج 15   ص 189 ، ناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت، الطبعة الثانية، 1392 هـ.

Hadis ini menunjukkan kanak-kanak dapat merakam dan membezakan,  meskipun berusia empat tahun. Sesungguhnya Ibnu Zubair lahir pada tahun pertama Hijrah di Madinah dan perang Khandaq tercetus pada tahun empat Hijrah menurut pandangan yang sahih. Maka beliau meriwayatkan peristiwa ini ketika belum mencapai usia empat tahun. Oleh itu perkara ini menolak kata-kata majoriti ulama hadis bahawa tidak sah mendengar hadis daripada kanak-kanak melainkan sesudah usia lima tahun. Yang benar tentang bila seseorang itu boleh meriwayatkan hadis ialah ketika ia dapat membezakan (Mumayyiz) meskipun anak yang berusia empat tahun atau kurang. - Al-Nawawi Al-Shafi’i, Muhiyuddin Abu Zakaria bin Syarf bin Mur bin Jum’ah bin Hizam (wafat tahun 676 Hijrah), Syarh Al-Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, jilid 15 halaman 189.

Apabila ‘Abdullah bin Zubair berusia empat tahun boleh menukilkan hadis dan riwayatnya terdapat di dalam Sahih Muslim, mengapakah Ibnu ‘Abbas yang berusia lima belas tahun tidak dapat diterima riwayatnya?

Neraca timbangan penukilan hadis daripada kanak-kanak menurut perspektif Ahlusunnah Wal Jama’ah:

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nawawi bahawa usia tidak penting dalam meriwayatkan hadis, bahkan yang paling utama ialah mumayyiz atau tidak. Namun apakah ciri-ciri seorang anak kecil sudah mencapai peringkat usia mumayyiz?

Khatib Al-Baghdadi menulis tentang perkara ini:

سألت موسى بن هارون الحمال متى يسمع الصبي الحديث قال إذا فرق بين البقرة والحمار.
البغدادي، ابوبكر أحمد بن علي  بن ثابت الخطيب (متوفاى463هـ)، الكفاية في علم الرواية، ج 1   ص 65 ، تحقيق: ابوعبدالله السورقي، إبراهيم حمدي المدني، ناشر:المكتبة العلمية - المدينة المنورة.

Aku betanya kepada Musa bin Harun Al-Hammal, bilakah seorang kanak-kanak dapat meriwayatkan hadis? Beliau menjawab: Sekiranya ia dapat membezakan antara lembu dan keledai. - Al-Baghdadi, Abu Bakar bin ‘Ali bin Tsabit Al-Khatib (wafat tahun 463 Hijrah), Al-Kifayah Fi ‘Ilm Al-Riwayah, jilid 1 halaman 65.

Perkara ini juga terdapat di dalam catatan-catatan Ahlusunnah seperti berikut:

1. Al-Kurdi Al-Shahrizuri, Abu ‘Amru ‘Uthman bin ‘Abdul Rahman bin ‘Uthman (wafat tahun 643 Hijrah), ‘Ulum Al-Hadits (Muqaddimah Ibnu Al-Shalah), jilid 1 halaman 129.

2. Al-Shakhawi Al-Shafi’i, Shamsuddin Muhammad bin Abdul Rahman (wafat tahun 902 Hijrah), Fath Al-Mugits Syarah Al-Fiyatul Hadits, jilid 2 halaman 15.

3. Al-Abnasi Al-Misri Al-Shafi’i, Abu Ishaq Burhan Al-Din bin Musa bin Ayyub (wafat tahun 802 Hijrah), Al-Shadz Al-Fayyah min ‘Ulum Ibnu As-Shalah, jilid 1 halaman 275.

Sirajuddin Al-Anshari yang terkenal sebagai Ibnu Mulaqqin di dalam kitab Al-Muqni’ menulis tentang perkara tersebut:

وأما كتابته وتقييده فمن حين أهله له ويختلف باختلاف الأشخاص ولا يتقيد بسن مخصوص . فقال موسى بن هارون إذا فرق بين البقرة والدابة.
الأنصاري الشافعي، سراج الدين أبي حفص عمر بن علي بن أحمد المعروف بابن الملقن(متوفاى804هـ)، المقنع في علوم الحديث ، ج 1   ص 290 ، تحقيق : عبد الله بن يوسف الجديع ، ناشر : دار فواز للنشر - السعودية  ، الطبعة : الأولى ، 1413هـ

Adapun penulisannya hendaklah ketika sudah layak dan terdapat ikhtilaf dalam menentukan individu-individu ini dan tidak khusus pada usia tertentu. Musa bin Harun berkata: Ketika dapat membezakan antara lembu dan haiwan melata. - Al-Anshari Al-Shafi’i, Sirajuddin Abi Hafsh ‘Umar bin ‘Ali bin Ahmad terkenal dengan Ibnu Al-Mulaqqin (wafat tahun 804 Hijrah), Al-Muqni’ Fi ‘Ulum Al-Hadis, jilid 1 halaman 290.

Badruddin Al-‘Aini di dalam Syarah Sahih Al-Bukhari menulis tentang perkara begini:

واختلفوا في السن الذي يصح فيه السماع للصغير ، فقال موسى بن هارون الحافظ : إذا فرق بين البقرة والدابة .
العيني الغيتابي الحنفي، بدر الدين ابومحمد محمود بن أحمد (متوفاى 855هـ)، عمدة القاري شرح صحيح البخاري، ج 2   ص 68 ، ناشر: دار إحياء التراث العربي – بيروت.

Ulama berselisih pendapat tentang umur kanak-kanak yang sahih untuk mendengar hadis, maka Musa bin Harun Al-Hafiz berkata: Ketika ia dapat membezakan antara lembu dan binatang melata. - Al-‘Aini Al-Ghaitabi Al-Hanafi, Badruddin Abu Muhammad bin Ahmad (wafat tahun 855 Hijrah), ‘Umdatul Qari Syarah Sahih Al-Bukhari, jilid 2 halaman 68.

Bayi perempuan yang masih menyusu, menjawab masalah Fiqh

Muhiyuddin Ibnu ‘Arabi menghimpun berbagai kisah tentang kanak-kanak yang berbicara dalam buaian sehingga bayi di dalam perut ibunya boleh berkata-kata. Di dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah salah satu cerita yang dicatat ialah kisah anak perempuannya:

وأما ما يناسب الكلام فإن ابنتي زينب سألتها كالملاعب لها وهي في سنّ الرضاعة وكان عمرها في ذلك الوقت سنة أو قريباً منها فقلت لها في حضور أمها وجدتها يا بنية ما تقولين في الرجل يجامع أهله ولا ينزل فقالت يجب عليه الغسل فتعجب الحاضرون من ذلك.
ابن العربي الطائي الخاتمي ، محيي الدين بن علي بن محمد (متوفاى638هـ)، الفتوحات المكية في معرفة الاسرار الملكية ، ج 4   ص 120 ، ناشر : دار إحياء التراث العربي - لبنان ، الطبعة : الأولى 1418هـ ـ 1998م.

Namun mengenai perbicaraan ini ialah aku bertanya kepada anak perempuanku, Zainab yang masih bermain dan menyusu. Usianya ketika itu setahun atau hampir setahun. Aku bertanya kepadanya waktu ibu dan neneknya pun turut hadir: Wahai anakku, apa yang engkau katakan tentang lelaki yang berjima' dengan isterinya dan tidak inzal? Ia menjawab: Wajib ke atasnya mandi. Maka orang yang hadir pun terkejut. - Ibnu ‘Arabi Al-Ta’i Al-Khatami, Muhiyuddin bin ‘Ali bin Muhammad (wafat tahun 638 Hijrah), Al-Futuhat Al-Makkiyah fi ma’rifah Al-Asrar Al-Malikiyyah, jilid 4 halaman 120.
Al-Halabi turut menukilkan kisah Ibnu ‘Arabi ini di dalam kitab Sirah Al-Halabiyah Fi Sirah Al-Amin Al-Makmun, jilid 1 halaman 127, penerbit Darul Ma’rigah, Beirut, tahun 1400 Hijrah.

Kesimpulan:

Apabila kanak-kanak bawah umur empat tahun yang boleh membezakan antara lembu dan keledai, boleh meriwayatkan hadis sebagaimana anak perempuan yang masih menyusu menjawab persoalan Fiqh, maka apa masalahnya Ibnu ‘Abbas meriwayatkan hadis ketika berusia lima atau sehingga sepuluh tahun?

*Pembaca yang budiman, sila tinggalkan pesanan dalam komen sekiranya terdapat kesilapan bahasa atau terjemahan.
Benarkah Muawiyah mengarahkan supaya Hasan bin Ali diracun?

 Benarkah Muawiyah mengarahkan supaya Hasan bin Ali diracun?

Benarkah Muawiyah mengarahkan supaya Hasan bin Ali diracun?



Jawapan:

Menurut kebanyakan riwayat-riwayat  di dalam kitab-kitab Syiah dan Sunni, Muawiyah bin Abi Sufyan memberikan racun kepada Ja’dah, anak perempuan Ash’ath bin Qais, iaitu seorang munafiq yang mempunyai rancangan tersendiri di sepanjang zaman Amirul mukminin Ali bin Abi Talib. Muawiyah mengirim racun kepada Ja’dah untuk membunuh Hasan bin Ali dengan habuan dinikahkan dengan Yazid sekiranya rancangan ini berjaya dilaksanakannya. Misi atas arahan Muawiyah ini berjaya dan Hasan bin Ali meninggal dunia ketika sedang berbuka berpuasa di rumahnya dengan racun yang yang diberikan Ja’dah.

Muqaddimah:

Sebelum memasuki perbahasan sekitar pembunuhan Hasan bin Ali dengan membawa bukti-buktinya, perlulah kiranya kita menghayati secara ringkas kedudukan Imam Hasan Al-Mujtaba (a.s) ini menurut hadis.

Imam Hasan (a.s) adalah kekasih Allah dan Rasul-Nya.

Imam Hasan Al-Mujtaba (a.s) adalah cucu Rasulullah (s.a.w) yang mempunyai kedudukan yang besar di sisi baginda. Ketika baginda meletakkan beliau di atas bahunya, baginda bersabda: Ya Allah, aku mengasihinya maka kasihkanlah ia.

Al-Bukhari dan Muslim menulis di dalam Sahihnya:

اخبرني
عَدِيٌّ قال سمعت الْبَرَاءَ رضي الله عنه قال رأيت النبي صلى الله عليه 
وسلم وَالْحَسَنُ بن عَلِيٍّ على عَاتِقِهِ يقول اللهم إني أُحِبُّهُ 
فَأَحِبَّهُ.
البخاري
الجعفي، محمد بن إسماعيل ابوعبدالله (متوفاي256هـ)، صحيح البخاري، ج3، 
ص1370، ح3539، كتاب فضائل الصحابة، بَاب مَنَاقِبِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ
رضي الله عنهما، تحقيق د. مصطفي ديب البغا، ناشر: دار ابن كثير، اليمامة -
بيروت، الطبعة: الثالثة، 1407 – 1987؛

النيسابوري، مسلم بن الحجاج ابوالحسين القشيري (متوفاي261هـ)، صحيح مسلم، ج4، ص1883، ح2422، كِتَاب فَضَائِلِ الصَّحَابَةِ، بَاب فَضَائِلِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ رضي الله عنهما،  تحقيق: محمد فؤاد عبد الباقي، ناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت.

Al-Bara’ berkata: Aku melihat Rasulullah (s.a.w), di mana Al-Hasan bin Ali berada di atas bahunya. Baginda bersabda: Ya Allah, sesungguhnya aku mengasihinya maka cintailah ia.

- Al-Bukhari Al-Ja’fi, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah (wafat pada tahun 256 Hijrah) Sahih Al-Bukhari, jilid 3 halaman 1370, hadis nombor 3539, Fadhail Al-Shahabah, bab Manaqib Al-Hasan Wal Husain (r.a); Al-Nishaburi, Musim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qushairi (wafat pada tahun 261 Hijrah), Sahih Muslim, jilid 4 halaman 1883, hadis nombor 2422, kitab Fadhail Al-Hasan Wal Husain (r.a).

Terdapat juga hadis yang hampir serupa dalam Kitab Sahih Al-Bukhari dan Muslim pada bab yang sama dengan riwayat daripada Usamah bin Zaid dan Abu Hurairah.

Memusuhi Imam Hasan adalah memusuhi Allah.

Dari satu sisi yang lain, Ahlusunnah juga menukilkan hadis dengan sanad yang Sahih bahawa permusuhan dengan Imam Hasan adalah setara dengan permusuhan terhadap Allah (s.w.t). Ibnu Habban di dalam Sahihnya menulis:

حَدَّثَنَا
مَالِكُ بْنُ إِِسْمَاعِيلَ عَنْ أَسْبَاطِ بْنِ نَصْرٍ عَنِ السُّدِّيِّ 
عَنْ صُبَيْحٍ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ أَنّ 
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لِفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ 
وَالْحُسَيْنِ أَنَا حَرْبٌ لِمَنْ حَارَبَكُمْ وسلم لِمَنْ سَالَمَكُمْ.

التميمي
البستي، محمد بن حبان بن أحمد ابوحاتم (متوفاي354 هـ)، صحيح ابن حبان 
بترتيب ابن بلبان، ج15، ص434، تحقيق: شعيب الأرنؤوط، ناشر: مؤسسة الرسالة -
بيروت، الطبعة: الثانية، 1414هـ ـ 1993م.

Zaid bin Arqam meriwayatkan bahawa Rasulullah (s.a.w) berkata kepada Fathimah, Hasan dan Husain: Aku memerangi mereka yang memerangi kalian, dan aku sejahtera dengan orang yang mengamankan kalian. - Al-Tamimi Al-Busti, Muhammad bin Habban bin Ahmad Abu Hatim (wafat pada tahun 354 Hijrah), Sahih Ibnu Habban, jilid 15 halaman 434.

Hakim Nishaburi juga menulis di dalam Al-Mustadrak sebagai berikut:

أخبرنا
أحمد بن جعفر القطيعي ثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثني أبي ثنا تليد بن
سليمان ثنا أبو الجحاف عن أبي حازم عن أبي هريرة رضي الله عنه قال نظر 
النبي صلى الله عليه وسلم إلى علي وفاطمة والحسن والحسين فقال أنا حرب لمن 
حاربكم وسلم لمن سالمكم هذا حديث حسن من حديث أبي عبد الله أحمد بن حنبل عن
تليد بن سليمان فإني لم أجد له رواية غيرها وله شاهد عن زيد بن أرقم.
الحاكم
النيسابوري، محمد بن عبدالله ابوعبدالله (متوفاي 405 هـ)، المستدرك علي 
الصحيحين، ج3، ص161، ح4713، تحقيق: مصطفي عبد القادر عطا، ناشر: دار الكتب 
العلمية - بيروت الطبعة: الأولى، 1411هـ - 1990م.


Abu Hurairah meriwayatkan bahawa Rasulullah (s.a.w) melihat kepada Fathimah, Hasan dan Husain. Baginda pun bersabda: Aku memerangi mereka yang memerangi kalian, dan sejahtera dengan mereka yang mengamani kalian. - Al-Hakim Al-Nishaburi, Muhammad bin Abdullah Abu Abdillah (wafat pada tahun 405 Hijrah), Al-Mustadrak ‘Ala Al-Shahihayn, jilid 3 halaman 161, hadis nombor 4713.

Syamsuddin Al-Zahabi di dalam Siyar A’lam Al-Nubala menulis:

أحمد
بن حنبل حدثنا تليد بن سليمان حدثنا أبو الجحاف عن أبي حازم عن أبي هريرة 
نظر النبي (ص) إلى علي وفاطمة والحسن والحسين فقال: أنا حرب لمن حاربكم سلم
لمن سالمكم.

 رواه
الحاكم في المستدرك وفيه من طريق أبان بن تغلب عن أبي بشر عن أبي نضرة عن 
أبي سعيد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يبغضنا أهل البيت أحد إلا 
أدخله الله النار.
الذهبي
الشافعي، شمس الدين ابوعبد الله محمد بن أحمد بن عثمان (متوفاي 748 هـ)، 
سير أعلام النبلاء، ج2، ص123، تحقيق: شعيب الأرناؤوط، محمد نعيم العرقسوسي،
ناشر: مؤسسة الرسالة - بيروت، الطبعة: التاسعة، 1413هـ.

Ahmad bin Hanbal meriwayatkan daripada Talid bin Sulaiman, daripada Abu Al-Jahhaf, daripada Abu Hazim bahawa Rasulullah (s.a.w) melihat kepada Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Baginda pun bersabda: Aku memerangi mereka yang memerangimu, dan aku sejahtera dengan mereka yang mengamanimu. - Al-Zahabi Al-Syafi’i, Shamsuddin Abu AbdiLlah Muhammad bin Ahmad bin Uthman (wafat tahun 748 Hijrah), Siyar A’lam An-Nubala jilid 2 halaman 123.

Riwayat ini dinukilkan oleh Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak daripada jalur Aban bin Taghlib, daripada Abi Bashar, daripada Abi Nadhrah, daripada Abu Sa’id bahawa Rasulullah (s.a.w) bersabda: Tidak ada seorang pun yang membenci kami Ahlul Bait kecuali Allah masukkannya ke dalam neraka.

Oleh itu memusuhi dan memerangi Ahlul Bait (a.s) termasuk Imam Hasan Al-Mujtaba sudah tentu dikatakan sebagai memerangi Rasulullah (s.a.w) menurut riwayat sahih Ahlusunnah Wal Jamaah.

Dengan muqadimah ini, marilah kita susuri bukti-bukti yang menyabitkan bahawa pembunuh asli Imam Hasan Al-Mujtaba ialah Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mengirim racun melalui Ja’dah bersama janji palsu, ingin menikahkannya dengan Yazid.

Pengiriman racun oleh Muawiyah di dalam sumber-sumber Ahlusunnah:

Malangnya, kebanyakan ulama Ahlusunnah cuba menghindar dari menukilkan jenayah-jenayah golongan ini. Sebahagian perkara ini terdapat di dalam kitab-kitab mereka, namun banyak yang telah diselewengkan termasuklah fakta-fakta peristiwa arahan Muawiyah meracun Imam Hasan Al-Mujtaba.

Jenayah Ilmiyah untuk manipulasi kebenaran!

Menurut pengakuan ulama Ahlusunnah, Ibnu Sa’ad di dalam Al-Tabaqat Al-Kubra serta Al-Tabari di dalam kitab Tarikhnya telah menukilkan arahan muawiyah supaya Hasan bin Ali diracun. Namun perkara ini telah dihapuskan dari kitab-kitab mereka oleh pihak yang tidak bertanggungjawab!

Nukilan daripada Al-Tabaqat Al-Kubra Ibnu Sa’ad:

Sibt Ibnu Jawzi Al-Hanafi di dalam fasal kewafatan Imam Al-Mujtaba (a.s), setelah menyebut sekumpulan ulama Ahlusunnah yang percaya bahawa Muawiyah mengarahkan Imam Hasan bin Ali diracun, beliau menulis:

قال علماء السير: منهم ابن عبد البر سمته زوجته جعدة بنت الأشعث بن قيس الكندي.

وقال
السدي: دس اليها يزيد بن معاوية أن سمي الحسن وأتزوجك فسمته فلما مات 
ارسلت الي يزيد تسأله الوفاء بالوعد فقال أنا والله ما ارضاك للحسن افنرضاك
لأنفسنا.

وقال
الشعبي: إنما دس اليها معاوية فقال سمي الحسن وأزوجك يزيد وأعطيك مائة الف
درهم فلما مات الحسن بعث الي معاوية تطلب انجاز الوعده فبعث اليها بالمال 
وقال: إني احب يزيد وأرجو حياته لولا ذلك لزوجتك اياه.

وقال
الشعبي: ومصداق هذا القول أن الحسن كان يقول عند موته وقد بلغه ما صنع 
معاوية لقد عملت شربته وبلغ امنيته والله لا يفي بما وعد ولا يصدق فيما 
يقول.

وقد حكي جدي في كتاب الصفوة قال: ذكر يعقوب بن سفيان في تاريخ أن جعدة التي سمته وقال الشاعر في ذلك:

تغر فكم لك من سلوة  تفرح عنك غليل الحزن

بموت النبي وقتل الوصي وقتل الحسين وسم الحسن
وقال ابن سعد في الطبقات: سمه معاوية مرارا لأنه كان يقدم عليه الشام هو وأخوه الحسين (ع).
سبط
بن الجوزي الحنفي، شمس الدين أبوالمظفر يوسف بن فرغلي بن عبد الله 
البغدادي (متوفاي654هـ)، تذكرة الخواص، ص191ـ 192، ناشر: مؤسسة أهل البيت ـ
بيروت، 1401هـ ـ 1981م.

Ulama sejarah seperti Ibnu Abdul Bar berkata: Ja’dah bint Ash’ats bin Qais, isteri Imam Hasan Al-Mujtaba (a.s) telah meracun beliau (suaminya).

Sudiy berkata: Yazid bin Muawiyah secara diam-diam memberi arahan agar ia meracun Hasan bin Ali: (dengan habuan) aku akan mengahwinimu. Maka ia meracun Hasan. Setelah Hasan meninggal dunia, ia mengutus seseorang kepada Yazid untuk menuntut janjinya. Yazid berkata: Demi Allah, kami tidak meridhai apa yang engkau lakukan terhadap Hasan, apakah kami meredhai engkau untuk diri kami?

Sya’bi berkata: Sesungguhnya Muawiyah mengarahkan Ja’dah secara rahsia, katanya: racunilah Al-Hasan dan akan ku kahwinkan engkau dengan Yazid, dan aku berikan engkau seratus ribu dirham. Maka tatkala Al-Hasan meninggal dunia, Ja’dah mengutus seseorang kepada Muawiyah untuk menuntut janjinya. Maka Muawiyah memberinya harta dan berkata: Sesungguhnya aku mengasihi Yazid dan aku ingin dia hidup, jika tidak kerana masalah itu, sudah tentu aku nikahkan engkau dengannya.

Sya’bi berkata: Hakikat kata-kata ini ialah, Al-Hasan telah berkata ketika menjelang kematiannya, sesungguhnya Al-Hasan telah tahu apa yang dilakukan Muawiyah: Engkau membuat minumannya dan memenuhi kehendaknya. Demi Allah dia tidak akan tepati janjinya dan tidak akan bertindak dengan apa yang telah dikatakannya.

Datukku (Ibnu Jawzi Al-Hanbali) berkata di dalam kitab Al-Safwah: Ya’qub bin Sufyan berkata di dalam sejarah: Ja’dah adalah orang yang meracuninya, dan telah berkata penyair tentang itu:

Engkau (Wahai dunia) telah memperdaya! hanya dengan manisan (dapat memperdayakan semua orang)! Menjadikan engkau girang meski kedukaan menidih, dengan kematian nabi dan pembunuhan Washinya, dan pembunuhan Al-Husain serta diracunnya Al-Hasan.

Ibnu Sa’ad di dalam Tabaqatnya berkata: Muawiyah beberapa kali meracuni Hasan bin Ali kerana beliau dan saudaranya Al-Husain sedang mara ke arah Sham. - Sibth Ibnu Jawzi Al-Hanafi, Shamsuddin Abu Al-Muzaffar Yusuf bin Farghali bin Abdullah Al-Baghdadi (wafat pada tahun 654 Hijrah), Tazkiratul Khawash, halaman 191-192.

Perihal Sibth Ibnu Jawzi:

Kemungkinan ada pihak yang cuba mempermasalahkan Sibth Ibnu Jawzi dengan tuduhan bahawa kemungkinan beliau adalah seorang Syiah dan kata-katanya tidak boleh dipercayai. Oleh itu sebagai tindakan awal, marilah kita lihat lebih dekat peribadi tokoh ini melalui catatan ulama Ahlusunnah Wal Jamaah agar tidak ada alasan untuk menolak Sibth Ibnu Jawzi.

Shamsuddin Al-Zahabi berkata tentang beliau:

يوسف
بن قُزْغْلي بن عبد الله. الإمام، الواعظ، المؤرخ شمس الدين، أبو المظفر 
التركي، ثم البغدادي العوني الحنفي. سِبْط الإمام جمال الدين أبي الفرج ابن
الجوزي ؛ نزيل دمشق. وُلِد سنة إحدى وثمانين وخمسمائة... و
كان
إماما، فقيها، واعظا، وحيدا في الوعظ، علاّمةً في التاريخ والسير، وافر 
الحرمة، محبباً إلى الناس... ودرّس بالشبلية مدة، وبالمدرسة البدرية التي 
قبالة الشبلية. وكان فاضلا عالما، ظريفا، منقطعا، منكرا، على أرباب الدول 
ما هم عليه من المنكرات، متواضعا صاحب قبول تام.
الذهبي، شمس الدين محمد بن أحمد بن عثمان بن قايماز، تاريخ الإسلام ووفيات المشاهير والأعلام، ج 48، ص 183، تحقيق: د. عمر عبد السلام تدمرى، ناشر: دار الكتاب العربي - لبنان/ بيروت، الطبعة: الأولى، 1407هـ - 1987م.


Yusuf bin Quzughli bin Abdullah, seorang imam, wa’iz (yang memberi nasihat), sejarahwan Shamsuddin, Abu Al-Muzaffar Al-Turki, al-Baghdadi Al-‘Awni Al-Hanafi. Sibth Al-Imam Jamaluddin Abil Faraj Ibnu Jawzi tetamu Damsyiq. Dilahirkan pada tahun lima ratus lapan puluh satu… Beliau adalah Imam, seorang yang faqih, wa’iz, tiada taranya dalam memberikan nasihat, sangat alim dalam bidang sejarah dan perjalanan, yang mewah kehormatan, sangat disayangi oleh orang ramai… pernah mengajar di Shabilah dan Madrasah Al-Badariyah berhadapan dengan Shabilah. Baliau adalah seorang yang sangat alim, sangat bijaksana, menentang pemimpin negara yang melakukan kemungkaran, seorang yang merendah diri dan diterima orang ramai. - Al-Zahabi, Shamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman bin Qaymaz, Tarikh Al-Islam Wa Wafayat Al-Mashahir Wal A’lam, jilid 48 halaman 183.

Laporan daripada Tarikh Al-Tabari

Sa’di Al-Khazraji juga menjelaskan bahawa Tarikh Al-Tabari pernah menukilkan bahawa Muawiyah telah mengirim racun kepada Ja’dah dan mempengaruhinya untuk membunuh Hasan bin Ali:

وفي تاريخ الطبري
أن الحسن بن علي رضي الله عنهما مات مسموما في أيام معاوية وكان عند 
معاوية كما قيل دهاء فدس إلى جعدة بنت الأشعث بن قيس وكانت زوجة الحسن رضي 
الله عنه شربة وقال لها إن قتلت الحسن زوجتك بيزيد

فلما توفي الحسن بعثت إلى معاوية تطلب قوله فقال لها في الجواب أنا أضن بيزيد.
السعدي
الخزرجي، موفق الدين أبي العباس أحمد بن القاسم بن خليفة بن يونس 
(متوفاي668هـ)، عيون الأنباء في طبقات الأطباء، ج1، ص174، تحقيق: الدكتور 
نزار رضا، ناشر: دار مكتبة الحياة - بيروت.

Di dalam Tarikh Al-Tabari, sesungguhnya Al-Hasan bin Ali (r.a) meninggal dunia akibat diracun di zaman Muawiyah. Dengan kepintaran, Muawiyah mengirim racun secara rahsia kepada Ja’dah binti Al-Ash’ats bin Qays. Muawiyah berkata kepada Ja’dah: Jika engkau membunuh Hasan, aku akan kahwinkan engkau dengan Yazid.

Tatkala Hasan bin Ali wafat, Ja’dah mengutuskan seseorang kepada Muawiyah untuk menuntut kata-katanya.  Sebagai jawapan, Muawiyah berkata: Aku kedekut tentang Yazid (Aku tidak akan memberikan Yazid kepada sesiapapun). - Al-Sa’di Al-Khazraji, Muwaffaq al-Din, Abul Abbas Ahmad bin Al-Qasim bin Khalifah bin Yunus (wafat dalam tahun 668 Hijrah), ‘Uyunul Anba’ Fi Tabaqat Al-Attiba’, jilid 1 halaman 174.

Malangnya catatan ini tidak dapat ditemui lagi dalam kitab Tarikh Al-Tabari kerana telah dihapuskan oleh Ahlusunnah secara tidak beramanah.

Beberapa catatan lain yang telah dihapuskan!

Al-Qurtubi Al-Hanafi (wafat dalam tahun 550 Hijrah) di dalam kitab Al-Ta’rif Bil Ansab menulis:

ومات الحسن مسموما سمته زوجته بنت الأشعث الكندية دسه إليها معاوية.

القرطبي
الحنفي، أحمد بن محمد بن إبراهيم الأشعري (متوفاى550هـ)، التعريف بالأنساب
والتنويه بذوي الأحساب، ج1، ص3، طبق برنامه الجامع الكبير.

Hasan meninggal dunia kerana diracun oleh isterinya Bint Al-Ash’ats Al-Kindiyyah, beliau telah ditipu oleh Muawiyah. - Al-Qurtubi Al-Hanafi, Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al-Asha’ari (wafat pada tahun 550 Hijrah), Al-Ta’rif bin Al-Ansab Wa Al-Tanwiyihi Bi Zawi Al-Ahsab, halaman 3, menurut software Al-Jami’ Al-Kabir.

Di tempat lain beliau menulis:

قال:
وقال أبو قتادة وأبو بكر بن حفص: سم الحسن ابن علي رضي الله عنهما: سمته 
امرأته جعدة بنت الأشعث بن قيس الكندي. قال: وقالت طائفة كان ذلك منها 
بتدسيس معاوية إليها وما بذل لها في ذلك، وكان لها ضرائر وأنه وعدها بخمسين
ألف درهم، وأن يزوجها من يزيد، فلما فعلت وفى لها بالمال، وقال: حبنا 
ليزيد يمنعنا من الوفاء لك بالشرط الثاني.

النويري،
شهاب الدين أحمد بن عبد الوهاب (متوفاي733هـ)، نهاية الأرب في فنون 
الأدب،ج 20، ص201، تحقيق مفيد قمحية وجماعة، ناشر: دار الكتب العلمية - 
بيروت، الطبعة: الأولى، 1424هـ - 2004م.

Abu Qatadah dan Abu Bakr bin Hafsh berkata: Hasan bin Ali diracun oleh isterinya Ja’dah binti Al-Ash’ats bin Qais Al-Kindi. Ada golongan yang mengatakan: Peristiwa itu terjadi apabila Ja’dah diperdaya oleh Muawiyah dan Muawiyah tidak memberikan apa-apa kepadanya. Ja’dah dijanjikan lima ribu dirham dan dinikahkan dengan Yazid untuk berkhianat. Apabila Ja’dah melaksanakannya, janji yang ditepati hanyalah harta dan Muawiyah berkata: Kami kasih akan Yazid, oleh itu kami dihalang untuk menunaikan janji kedua. - Al-Nawawi, Shahabuddin Ahmad bin ‘Abdul Wahab (wafat pada tahun 733 Hijrah), 'Nihayat al-Arab fi Funun al-Adab, jilid 20 halaman 201.

Zamakhshari, ulama terkenal Ahlusunnah berkata tentang ini:

جعل
معاوية لجعدة بنت الأشعث امرأة الحسن مائة ألف حتى سمته، ومكث شهرين وإنه 
ليرفع من تحته كذا طستاً من دم. وكان يقول: سقيت السم مراراً ما أصابني 
فيها ما أصابني في هذه المرة، لقد لفظت كبدي فجعلت أقلبها بعود كان كان في 
يدي. وقد ورثته جعدة بأبيات منها:

يا جعد بكيه ولا تسأمي... بكاء حق ليس بالباطل

إنك لن ترخي على مثله... سترك من حاف ولا ناعل

وخلف عليها رجل من قريش فأولدها غلاماً، فكان الصبيان يقولون له: يا ابن مسممة الأزواج.
الزمخشري
الخوارزمي، ابوالقاسم محمود بن عمرو بن أحمد جار الله (متوفاى538هـ)، ربيع
الأبرار، ج1،‌ ص438، طبق برنامه المكتبة الشاملة و برنامه الجامع الكبير.

Muawiyah menjanjikan seratus ribu (dinar) kepada isteri Hasan bin Ali untuk meracun beliau (Hasan). Hasan bin Ali masih hidup selama dua bulan. Racun itu memberi kesan sehingga darah memenuhi bejana. Hasan bin Ali berkata: Beberapa kali ia meracuniku, ia tidaklah memberi kesan seperti kali ini sehingga mengeluarkan gumpalan darah beku…
Ja’dah kemudian bernikah dengan seorang lelaki Quraysh dan mendapat seorang anak lelaki. Ketika anaknya masih kecil, orang memanggilnya: Wahai anak orang yang meracuni suaminya. - Al-Zamakhsyari Al-Khawarizmi, Abul Qasim Mahmud bin ‘Amru bin Ahmad JaraLlah (wafat pada tahun 538 Hijrah); Rabi’ul Abrar, jilid 1 halaman 438.

Bilazari di dalam Ansabul Ashraf menulis:

وقد قيل أن معاوية دس إلى جعدة بنت الأشعث بن قيس امرأة الحسن، وأرغبها حتى سمته وكانت شانئة له.

وقال الهيثم بن عدي: دس معاوية إلى ابنة سهيل بن عمرة امرأة الحسن مائة ألف دينار على أن تسقيه شربة بعث بها إليها ففعلت.
البلاذري، أحمد بن يحيي بن جابر (متوفاي279هـ)، أنساب الأشراف، ج1، ص389، طبق برنامه الجامع الكبير.

Orang mengatakan bahawa Muawiyah memperdaya Ja’dah bint Al-Ash’ash bin Qais, isteri Hasan bin Ali, supaya meracuninya. Ja’dah tidak suka kepadanya (Hasan).

Haitham bin ‘Adi berkata: Muawiyah memperdaya anak Suhail bin ‘Umrah, isteri Hasan bin Ali dengan seratus ribu dinar supaya memberi minuman yang dikirim kepadanya. Perempuan itu pun melaksanakannya. - Bilazari, Ahmad bin Yahya bin Jabir (wafat pada tahun 279 Hijrah), Ansabul Ashraf, jilid 1 halaman 389 (menurut software Al-Jamiah Al-Kabir)

Ahmad Nakari Al-Hanafi di dalam kitab Dustur Al-Ulama telah menulis:


وفي
(حبيب السير) مكتوب أن مروان بن الحكم الذي كان حاكما للمدينة من قبل 
معاوية بن أبي سفيان قد أرسله معاوية ومعه منديل ملطخ بالسم وقال له أن 
عليه بأي تدبير يستطيعه أن يخدع جعده بنت الأشعث بن قيس زوجة الحسن حتى 
تقدم بعدها على إزالة وجود الحسن من هذه الدنيا بواسطة هذا المنديل، وقل 
لها عني أنها إذا أرسلت الحسن إلى العالم الآخر وأتمت المهمة فإن لها خمسين
ألف درهم وأنها ستكون زوجا ليزيد. فأسرع مروان بن الحكم إلى المدينة ليقوم
بما قاله معاوية وسعى جاهدا إلى خداع جعدة التي كان لقبها (أسماء) التي 
انطلت عليها الحيلة ونفذت ما قاله معاوية ودست السم للإمام الحسن عليه 
السلام الذي سرى في جسده فنقل إلى دار السلام.
الأحمد
نكري، القاضي عبد النبي بن عبد الرسول الحنفي الهندي، دستور العلماء أو 
جامع العلوم في اصطلاحات الفنون، ج4، ص50، تحقيق: عرب عباراته الفارسية: 
حسن هاني فحص، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت، الطبعة: الأولى، 1421هـ - 
2000م.

Telah tertulis di dalam kitab (Habib Al-Sair) bahawa Marwan bin Al-Hakam yang menjadi gabenor Madinah di pihak Muawiyah bin Abi Sufyan. Muawiyah telah mengirim kepadanya saputangan yang berlumuran racun dan berkata kepadanya: Uruskan dengan apa cara sekalipun supaya Ja'dah bint Al-Ash'ats bin Qais, isteri Hasan bin Ali dapat menghapuskan kewujudan Hasan daripada dunia ini melalui saputangan ini. Katakan kepadanya daripadaku bahawa jikalau ia dapat mengirim Hasan ke alam akhirat dan menyempurnakan tugas, maka ganjarannya ialah lima puluh ribu dirham serta menjadi isteri Yazid. Maka Marwan pun segera ke Madinah untuk melakukan apa yang dikatakan Muawiyah dan berusaha bersungguh-sungguh memperdayakan Ja'dah yang mempunyai laqab (Asma') sehingga terpengaruh dengan helah Muawiyah tersebut. Secara diam-diam ia memberi racun kepada Imam Hasan sehingga merebak ke dalam badan beliau. Maka jasad Hasan bin Ali berpindah ke Darussalam. - Ahmad Nakari, Al-Qadi Abd Al-Nabi bin Abd Al-Rasul Al-Hanafi Al-Hind, Dustur Al-Ulama Aw Jami’ Ulum fi Istilahat AL-Funun, jilid 4 halaman 50.

Shahab Al-Din Nuwairi menulis di dalam syarah sebuah syair yang dibaca tentang ikhtilaf Imam Hasan Al-Mujtaba (a.s):

وفي ابن هندٍ وفي ابن المصطفى حسنٍ أتت بمعضلة الألباب و الفكر

فبعضنا قائلٌ ما اغتاله أحدٌ وبعضنا ساكتٌ لم يؤت من حصر

ابن
هند الذي أشار إليه هو معاوية بن أبي سفيان، أراد ما كان بينه وبين الحسن 
بن علي في أمر الخلافة. وأراد بالبيت الثاني ما وقع الاختلاف فيه من أن 
الحسن مات مسموماً وأن معاوية وعد زوجة الحسن جعدة بنت قيسٍ الكندي بمائة 
ألف درهمٍ ويزوجها لابنه يزيد إن قتلت الحسن، ففعلت وسمته. ولما مات الحسن 
وفى لها بالمال وقال: حب حياة يزيد منعني تزويجه منك.

النويري،
شهاب الدين أحمد بن عبد الوهاب (متوفاي733هـ)، نهاية الأرب في فنون 
الأدب،ج 5، ص193، تحقيق مفيد قمحية وجماعة، ناشر: دار الكتب العلمية - 
بيروت، الطبعة: الأولى، 1424هـ - 2004م.

Tentang putera Hind dan cucu Al-Mustafa Hasan, ada peribahasa yang menyebabkan timbul masalah pada akal dan fikiran. Sebahagian percaya tidak ada orang membunuhnya, sebahagian pula diam tidak memberikan pandangan jelas.

Beliau menyebut tentang putera Hind iaitu Muawiyah bin Abi Sufyan, dan beliau bermaksudkan urusan khalifah antara beliau dan Hasan bin Ali. Maksud dalam bait syair ke-dua ialah ikhtilaf bahawa Hasan mati diracun dan Muawiyah berjanji kepada isteri Hasan iaitu Ja’dah bint Qais Al-Kindi dengan seratus ribu dirham serta janji akan mengahwinkannya dengan anaknya, Yazid sekiranya ia berjaya membunuh Hasan. Maka Ja’dah melaksanakannya dan meracuninya. - Al-Nuwairi, Shahab Al-Din Ahmad bin Abdul Wahab (wafat pada tahun 733 Hijrah), Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab, jilid 5 halaman 193.

Abul Faraj Isfahani, ulama besar Ahlusunnah menulis di dalam kitab Maqatil Al-Talbin:

ودس
معاوية إليه حين أراد أن يعهد إلى يزيد بعده، وإلى سعد بن أبي وقاص سماً 
فماتا منه في أيام متقاربة. وكان الذي تولى ذلك من الحسن زوجته " جعدة " 
بنت الأشعث بن قيس لمال بذله لها معاوية. وسنذكر الخبر في ذلك.

الاصفهاني،
مقاتل الطالبيين، اسم المؤلف: أبو الفرج علي بن الحسين (متوفاى356هـ)، 
مقاتل الطالبين، ج1، ص13، شرح حال حسن بن علي عليه السلام، طبق برنامه 
الجامع الكبير و مكتبة الشاملة.

Muawiyah ingin mengambil bai’at orang ramai untuk kekhalifahan Yazid setelahnya, beliau membuat rancangan rahsia mengirim racun untuk Hasan dan Sa’ad bin Abi Waqqas. Maka tidak lama selang beberapa hari kedua-dua mereka meninggal dunia. Orang yang bertanggung jawab meracun Hasan ialah isterinya Ja’dah binti Al-‘Ash‘ats bin Qais kerana harta daripada Muawiyah. Akan saya sebutkan cerita tentangnya. - Al-Isfahani, Maqatil Al-Talibin, jilid 1 halaman 13.

Beliau menambah dengan menukilkan riwayat ini:

عن
مغيرة، قال: أرسل معاوية إلى ابنة الأشعث إني مزوجك بيزيد ابني، على أن 
تسمي الحسن بن علي، وبعث إليها بمائة ألف درهم، فقبلت وسمت الحسن، فسوغها 
المال ولم يزوجها منه، فخلف عليها رجل من آل طلحة فأولدها، فكان إذا وقع 
بينهم وبين بطون قريش كلام عيروهم، وقالوا: يا بني مسمة الأزواج.
الاصفهاني،
مقاتل الطالبيين، اسم المؤلف: أبو الفرج علي بن الحسين (متوفاى356هـ)، 
مقاتل الطالبين، ج1،‌ ص20، باب رجع الحديث الي خبر الحسن، طبق برنامه 
المكتبة الشاملة والجامع الكبير.


Mughirah berkata: Muawiyah mengirim pesanan: Akan ku kahwinkan dikau dengan anakku Yazid sekiranya engkau dapat meracun Hasan bin Ali. Muawiyah mengirim seratus ribu dirham kepadanya, dan beliau menerimanya dan meracun Hasan. Muawiyah memenuhinya ganjaran harta namun tidak mengahwinkannya. Setelah itu Ja’dah berkahwin dengan seorang lelaki daripada keluarga Talhah dan melahirkan anak. Apabila terjadi sesuatu di kalangan puak-puak Quraysh, mereka akan mencela dengan mengatakan: Wahai anak orang yang meracun suami-suaminya. - Al-Isfahani, Maqatil Al-Talibin, jilid 1 halaman 20.

Ibnu A’tsam Al-Shafi’i di dalam kitab Al-Futuh menulis:

سمعنا
من الثقات أنه حين قرر معاوية بن أبي سفيان أن يجعل ولده يزيدا ولي عهده، 
مع علمه بأن هذا الأمر صعب المنال نظر لأن الصلح الذي أبرم بينه وبين الحسن
بن علي كان من بين شروطه أن يترك معاوية أمر المسلمين شورى بينهم بعد 
وفاته. لذلك سعى في موت الحسن بكل جهده، وأرسل مروان بن الحكم (طريد النبي 
صلى الله عليه وآله وسلم) إلى المدينة وأعطاه منديلا مسموما وأمره بأن 
يوصله إلى زوجة الحسن جعدة بنت الأشعث بن قيس بما استطاع من الحيل لكي تجعل
الحسن يستعمل ذلك المنديل المسموم بعد قضاء حاجته وأن يتعهد لها بمبلغ 
خمسين ألف درهم ويزوجها من ابنه. فذهب مروان تنفيذا لأمر معاوية واستفرغ 
جهده حتى خدع زوجة الحسن ونفذت المؤامرة وعلى إثر ذلك انتقل الحسن إلى دار 
السلام واغترت جعدة بمواعيد مروان وأقدمت على تلك الجريمة الشنعاء.

الكوفي، أبي محمد أحمد بن أعثم (متوفاي314هـ)، كتاب الفتوح، ج 4،  ص 319، تحقيق: علي شيري (ماجستر في التاريخ الإسلامي)، ناشر: دار الأضواء للطباعة والنشر والتوزيع ـ بيروت، الطبعة: الأولى، 1411هـ

Saya mendengar daripada seorang yang dapat dipercayai bahawa Muawiyah bin Abu Sufyan membuat keputusan untuk menjadikan anaknya sebagai putera mahkota meski pun ia tahu urusan ini sulit dalam pandangan, kerana perjanjian kukuh antaranya dan Hasan bin Ali. Antara syaratnya ialah Muawiyah akan meninggalkan urusan umat Islam kepada Syura setelah kematiannya. Oleh itu Muawiyah berusaha membunuh Hasan dengan bersungguh-sungguh. Beliau mengutus Marwan bin Al-Hakam (orang yang pernah dibuang oleh Nabi s.a.w) ke Madinah dan memberikannya saputangan beracun kemudian mengarahkan kepada isteri Hasan, Ja’dah bint Al-Ash’ats bin Qais membuatkan Hasan bin Ali menggunakan saputangan tersebut setelah menunaikan hajatnya dengan apa cara sekalipun. Selain itu isteri Hasan dijanjikan ganjaran senilai lima puluh ribu dirham dan dikahwinkan dengan anaknya, Yazid. Marwan pergi ke Madinah untuk melaksanakan arahan Muawiyah dan bersusaha memperdayakan isteri Hasan. Termakan dengan sogokan itu, Ja’dah melakukan dosa itu dengan memindahkan Hasan bin Ali ke Darussalam. - Al-Kufi, Abi Muhammad bin A’tsam (wafat pada tahun 314 Hijrah), Kitab Al-Futuh, jilid 4 halaman 319.

Al-Ansar Al-Tilimsani (meninggal pada tahun 644 Hijrah) menulis:

ومات
الحسن، رضي الله عنه، مسموما يُقال إن امرأته " جَعْدة " بنت الأشعث بن 
قيس سمَّته. دَسَّ إليها معاوية أن تسمَّه فإذا مات أعطاها أربعين ألفا، 
وزوَّجها من يزيد فلما مات الحسن وفَّى لها بالمال وقال لها: حاجة هذا ما 
صنعت بابن فاطمة، فكيف تصنع بابن معاوية؟ فخسرت وما ربحت.

الانصاري
التلمساني، محمد بن أبي بكر المعروف بالبري (متوفاي644هـ) الجوهرة في نسب 
النبي وأصحابه العشرة، ج1، ص282، طبق برنامه الجامع الكبير.

Hasan bin Ali (r.a) mati diracun. Dikatakan bahawa isterinya Ja’dah bint Al-Ash’ats bin Qais telah meracunnya. Muawiyah telah memperdayakan isteri Hasan untuk meracunnya dengan habuan empat puluh ribu dan perkahwinan dengan Yazid. Tatkala wafat Hasan, Muawiyah menunaikan harta kepadanya dan berkata: Apabila engkau melakukan begini terhadap anak Fathimah, apa pula yang akan engkau lakukan terhadap anak Muawiyah? Maka rugilah Ja’dah dan tidak meraih keuntungan. - Al-Anshari Al-Tilimsani, Muhammad bin Abi Bakr, Al-Jawharah fi nasab Al-Nabi Wa Ashhabihi Al-‘Asharah, jilid 1 halaman 282 (menurut software Al-Jami’ Al-Kabir)

Ibnu ‘Abd Al-Bar Al-Qurtubi menulis:

وقال قتادة وأبو بكر بن حفص سم الحسن بن على سمته إمرأته جعدة بنت الأشعث بن قيس الكندى.

وقالت طائفة كان ذلك منها بتدسيس معاوية إليها وما بذل لها من ذلك وكان لها ضرائر والله أعلم.
النمري
القرطبي المالكي، ابوعمر يوسف بن عبد الله بن عبد البر (متوفاي 463هـ)، 
الاستيعاب في معرفة الأصحاب، ج1، ص389، تحقيق: علي محمد البجاوي، ناشر: دار
الجيل - بيروت، الطبعة: الأولى، 1412هـ

Qatadah dan Abu Bakr bin Hafsh berkata: Hasan bin Ali diracun oleh isterinya Ja’dah bint Al-Ash’ats bin Qais Al-Kindi. Sekumpulan mengatakan bahawa isterinya diperdaya oleh Muawiyah, namun ia tidak diberikan apa-apa ganjaran. - Al-Namari Al-Qurtubi, Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Abd Al-Bar (wafat pada tahun 463 Hijrah), Al-Isti’ab Fi Ma’rifah Al-Ashhab, jilid 1 halaman 389.

Mas’udi Al-Shafi’i, sejarahwan tersohor di kalangan Ahlusunnah menulis:

وذكر
أن امرأته جَعْدة بنت الأشعث بن قيس الكندي سقته السم، وقد كان معاوية 
دسَّ إليها: إنك إن احتلْتِ في قتل الحسن وَجَّهت إليك بمائة ألف درهم، 
وزوَّجتك من يزيد، فكان ذلك الذي بعثها على سَمّه، فلما مات وَفَى لها 
معاوية بالمال، وأرسل إليها: إنا - نحب حياة يزيد، ولولا ذلك لوفينا لك 
بتزويجه.
المسعودي،
ابوالحسن علي بن الحسين بن علي (متوفاى346هـ) مروج الذهب، ج1، ص346، باب 
ذكر خلافة الحسن بن علي بن أبي طالب، طبق برنامه الجامع الكبير و برنامه 
المكتبة الشاملة.

Disebut bahawa isterinya, Ja’dah bint Al-Ash’ats bin Qais al-Kindi memberi Hasan minuman beracun yang dibekalkan secara diam-diam oleh Muawiyah: Jikalau engkau dapat melaksanakan pembunuhan, ganjarannya ialah seratus ribu dirham dan berkahwin dengan Yazid. Perkara ini menyebabkan ia meracun beliau. Apabila Hasan meninggal dunia, Muawiyah menunaikan janji harta kepadanya dan berpesan kepadanya: Sesungguhnya kami sayang akan kehidupan Yazid. Jikalau tidak kerana perkara itu, sudah tentu kami kahwinkan engkau dengannya. - Al-Mas’udi, Abul Hasan Ali bin Al-Husain bin Ali (wafat tahun 346 Hijrah), Muruj Al-Zahab, jilid 1 halaman 346.

Ibnu Abil Hadid di dalam Syarah Nahjul Balaghah menulis:

قال
أبو الحسن المدائني: وكانت وفاته في سنة تسع وأربعين، وكان مرضه أربعين 
يوما، وكانت سنه سبعا وأربعين سنة، دس إليه معاوية سما على يد جعدة بنت 
الأشعث ابن قيس زوجة الحسن، وقال لها: إن قتلتيه بالسم فلك مائة ألف، 
وأزوجك يزيد ابني. فلما مات وفى لها بالمال، ولم يزوجها من يزيد. قال: أخشى
أن تصنع بابني كما صنعت بابن رسول الله صلى الله عليه وسلم.

إبن
أبي‌الحديد المدائني المعتزلي، ابوحامد عز الدين بن هبة الله بن محمد بن 
محمد (متوفاي655 هـ)، شرح نهج البلاغة، ج16، ص7، تحقيق محمد عبد الكريم 
النمري، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت / لبنان، الطبعة: الأولى، 1418هـ -
1998م.

Abul Hasan Al-Madaini berkata: Hasan bin Ali wafat pada tahun empat puluh sembilan Hijrah dan menderita sakit selama empat puluh hari. Usianya ketika wafat ialah empat puluh tujuh tahun. Secara diam-diam Muawiyah memberi racun kepada Ja’dah bint Al-Ash’ats bin Qais, isteri Hasan dan berkata kepadanya: Jika engkau membunuhnya dengan racun, ganjaran seratus ribu untukmu, serta dikahwinkan dengan anakku Yazid. Maka tatkala Hasan meninggal dunia, Muawiyah menunaikan janji harta kepadanya dan tidak menikahkannya dengan Yazid. Muawiyah berkata: Aku takut engkau melakukan hal yang serupa terhadap anakku seperti yang engkau lakukan terhadap cucu Rasulullah (s.a.w). - Ibnu Abil Hadid, Abu Hamid Izzuddin bin HibbatuLlah bin Muhammad bin Muhammad (wafat pada tahun 655 Hijrah), Syarah Nahjul Balaghah, jilid 16 halaman 7.

Al-Muqaddasi, Mutahhar bin Tahir (wafat pada tahun 507 Hijrah), di dalam kitab sejarahnya menulis:

وقال
آخرون أن معاوية دس إلى جعدة بنت الأشعث بن قيس بأن تسم الحسن ويزوجها 
يزيد فسمته وقتلته فقال لها معاوية إن يزيد منا بمكان وكيف يصلح له من لا 
يصلح لابن رسول الله وعوضها منه مائة ألف درهم.
المقدسي، مطهر بن طاهر (متوفاي507 هـ)، البدء والتاريخ، ج6، ص5، ناشر: مكتبة الثقافة الدينية – بورسعيد.


Yang lain mengatakan bahawa Muawiyah mengirim secara rahsia kepada Ja’dah bint Al-Ash’ats bin Qais supaya meracun Hasan dan dinikahkannya dengan Yazid. Maka Ja’dah pun meracun dan membunuhnya. Muawiyah pun berkata kepadanya: Yazid mempunyai kedudukan di sisi kami. Bagaimana kamu memberi kebaikan padanya sedangkan kamu tidak memberi kebaikan kepada cucu Rasulullah. Muawiyah pun memberikan seratus ribu dirham kepada Ja’dah. - Al-Muqaddasi, Muthahhar bin Thahir (wafat pada tahun 507 Hijrah), Al-Bada’ Wa Al-Tarikh, jilid 6 halaman 5.

Manakala Abu Al-Fida’ di dalam kitab sejarahnya cuba melibatkan Yazid dalam kes Muawiyah ini:

وتوفي
الحسن من سم سقته زوجته جعدة بنت الأشعث، قيل فعلت ذلك بأمر معاوية، وقيل 
بأمر يزيد بن معاوية، ووعدها أنه يتزوجها إِن فعلت ذلك، فسقته السم وطالبت 
يزيد أن يتزوجها فأبى.
أبو الفداء عماد الدين إسماعيل بن علي (متوفاي732هـ)، المختصر في أخبار البشر، ج1، ص127، طبق برنامه الجامع الكبير.

Hasan bin Ali wafat akibat diracun yang diberikan oleh isterinya, Ja’dah bint Al-Ash’ats. Ada yang mengatakan perbuatan itu dilakukan atas arahan Muawiyah, ada pula yang mengatakan atas arahan Yazid bin Muawiyah. Ja’dah dijanjikan untuk menikah dengan Yazid jika melakukan demikian. Maka Ja’dah pun memberi Hasan bin Ali meminum racun dan menuntut perkahwinan daripada Yazid, namun Yazid tidak menerimanya. - Abu Al-Fida’ ‘Imad Al-Din Isma’il bin ‘Ali (wafat pada tahun 732 Hijrah). Al-Mukhtashar fi Akhbar Al-Bashar, jilid 1 halaman 127 (menurut software Al-Jami’ah Al-Kabir).

Shamsuddin Al-Zahabi menukilkan daripada Al-Waqidi:

وقد سمعت بعض من يقول كان معاوية قد تلطف لبعض خدمه أن يسقيه سما.
الذهبي
الشافعي، شمس الدين ابوعبد الله محمد بن أحمد بن عثمان (متوفاي 748 هـ)، 
سير أعلام النبلاء، ج3، ص274، تحقيق: شعيب الأرناؤوط، محمد نعيم العرقسوسي،
ناشر: مؤسسة الرسالة - بيروت، الطبعة: التاسعة، 1413هـ.

Aku pernah mendengar sebahagian mengatakan Muawiyah telah menunjukkan kepada sebahagian khadamnya bahawa beliau memberinya minum racun. Al-Zahabi Al-Shafi’i, Shamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman (wafat pada tahun 748 Hijrah), Siyar A’lam Al-Nubala, jilid 3 halaman 274.

Ibnu Al-Wardi di dalam kitab Tarikhnya pun mengatakan:

وقيل إن زوجته جعدة بنت الأشعث سمته، قيل بأمر معاوية، وقيل بأمر يزيد أطمعها بالتزوج بها ولم يف.

ابن
الوردي، زين الدين عمر بن مظفر (متوفاي749هـ)، تاريخ ابن الوردي، ج1، 
ص158، ناشر: دار الكتب العلمية - لبنان / بيروت، الطبعة: الأولى، 1417هـ - 
1996م.

Sebahagian yang lain mengatakan bahawa isterinya, Ja’dah bint Al-Ash’ats telah meracunnya. Sebahagian yang lain pula mengatakan atas arahan Muawiyah. Ada juga yang mengatakan pembunuhan ini di atas arahan Yazid menyebabkan Ja’dah haloba dengan perkahwinan, namun Yazid tidak menunaikan janjinya. - Ibnu Al-Wardi, Zainuddin Umar bin Muzaffar (wafat pada tahun 749 Hijrah), Tarikh Ibnu Al-Wardi, jilid 1 halaman 158.

Bukti-bukti pengiriman racun melalui Muawiyah sebenarnya lebih dari apa yang pembaca dapati di sini, namun memadailah fakta-fakta yang telah dikemukakan tadi.

Kegembiraan Muawiyah atas kesyahidan Imam Hasan (a.s)

Kebanyakan penulis sejarah Ahlusunnah melaporkan Muawiyah sujud syukur tatkala mendengar berita kesyahidan Hasan bin Ali.

Ibnu Sama’un Al-Baghdadi di dalam Amali, Zamakhshari di dalam Rabi’ul Abrar, Al-Anshari Talmistani di dalam Jawharah Fi Al-Nasab dan Ibnu Khalakan di dalam Wafayat Al-A’yan mencatat tentang sujud Muawiyah ini:

فلما
بلغ معاوية موته سمع تكبيره من الخضراء، فكبرأهل الشام لذلك التكبير، 
فقالت فاختة بنت قريظة لمعاوية: أقر الله عينك ما الذي كبرت لأجله؟ فقال: 
مات الحسن، فقالت أ على موت ابن فاطمة تكبر؟. فقال: والله ما كبرت شماتة 
بموته، ولكن استراح قلبي.

ودخل
عليه ابن عباس رضي الله تعالى عنهما فقال له: يا ابن عباس هل تدري ما حدث 
في أهل بيتك؟ فقال: لا أدري ما حدث؟ إلا أني أراك مستبشرا وقد بلغني تكبيرك
وسجودك فقال: مات الحسن فقال ابن عباس يرحم الله أبا محمد ثلاثا، والله 
يامعاوية لاتسد حفرته حفرتك، ولايزيد عمره في عمرك، ولئن كنا قد أصبنا 
بالحسن، فلقد أصبنا بإمام المتقين وخاتم النبيين، فجبر الله تلك الصدعة، 
وسكن تلك العبرة، وكان الله الخلف علينا من بعده.
ابن
سمعون البغدادي، أبو الحسين محمد بن أحمد بن إسماعيل بن عنبس
(متوفاى387هـ)، أمالي ابن سمعون، ج1، ص165، طبق برنامه الجامع الكبير؛

ربيع الأبرار، زمخشري، ج1، ص438، باب الموت ومايتصل به من ذكر القبر، طبق برنامه الجامع الكبير و المكتبة الشاملة؛

الانصاري
التلمساني، محمد بن أبي بكر المعروف بالبري (متوفاي644هـ) الجوهرة في نسب 
النبي وأصحابه العشرة، ج1، ص282، طبق برنامه الجامع الكبير؛

إبن
خلكان، ابوالعباس شمس الدين أحمد بن محمد بن أبي بكر (متوفاي681هـ)، وفيات
الأعيان و انباء أبناء الزمان، ج2، ص66، تحقيق احسان عباس، ناشر: دار 
الثقافة - لبنان.

Tatkala Muawiyah mengetahui kematian Hasan bin Ali, maka suara takbir Muawiyah kedengaran dari istana hijau. Warga Sham pun bertakbir seperti itu juga. Fakhitah bint Quraizhah berkata kepada Muawiyah: Apakah yang menyebabkan engkau menyebut nama Allah? Muawiyah menjawab: Hasan telah mati. Tanya Fakhitah: Apakah engkau bertakbir di atas kematian putera Fathimah? Jawabnya: Demi Allah, aku tidak bertakbir kerana gembira, namun kerana hatiku sudah tenteram. Ibnu ‘Abbas pun masuk menemuinya dan Muawiyah pun berkata: Wahabi Ibnu ‘Abbas, tahukah engkau apa yang terjadi terhadap keluargamu? Jawabnya: Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi aku melihat engkau kegembiraan, dan aku mendengar engkau bersujud dan bertakbir. Jawab Muawiyah: Hasan bin Ali sudah mati. Ibnu Abbas berkata sebanyak tiga kali: Allah merahmatimu wahai Aba Muhammad, demi Allah Wahai Muawiyah, kuburnya tidak akan menutup kubur engkau, usianya tidak akan menambahkan umur engkau. Jikalau kita benar seperti Hasan, maka kita benar seperti Imam orang-orang bertaqwa dan penutup para nabi. Maka Allah membuatkan perpisahan itu sambil melegakan kesedihan itu, dan Allah meninggalkan kepada kita pengganti setelahnya. - Ibnu Sama’un Al-Baghdadi, Abu Al-Husain Muhammad bin Ahmad bin Isma’il bin ‘Anbas (wafat pada tahun 387 Hijrah), Amali Ibnu Sama'un, jilid 1 halaman 165; Zamakhshari, Rabi’ul Abrar, jilid 1 halaman 438; Al-Anshari Al-Tilimsani, Muhammad bin Abi Bakr (wafat pada tahun 644), Al-Jawharah Fi Nasab Al-Nabi Wa Ashhabihi Al-‘Asharah, jilid 1 halaman 282; Ibnu Khalakan, Abu Al-‘Abbas Shamsuddin Ahmad bin Muhammad  bin Abi Bakr (wafat tahun 681), Wafayat Al-A’yan Wa Anba’ Al-Zaman, jilid 2 halaman 66.

Zamakhshari pula menukilkan riwayat berikut:

لما
بلغ معاوية موت الحسن بن علي رضي الله عنه، سجد معاوية وسجد من حوله 
شكراً. فدخل عليه ابن عباس فقال له: يا ابن عباس أمات أبو محمد ؟ قال: نعم،
وبلغني سجودك، والله يا ابن آكلة الكبود لا يسدن جسدك إياه حفرتك، ولا 
يزيد انقضاء أجله في عمرك.

ربيع الأبرار، زمخشري، ج1، ص431، باب الموت ومايتصل به من ذكر القبر، بر اساس برنامه المكتبة الشاملة.

Tatkala Muawiyah mengetahui berita kematian Hasan bin Ali (r.a), sujudlah orang yang berada di sekitarnya. Ibnu Abbas masuk menemuinya dan Muawiyah bertanya padanya: Wahai Ibnu ‘Abbas, benarkah Abu Muhammad meninggal dunia? Jawabnya: Iya, dan telah sampai berita kepadaku tentang sujudmu, demi Allah wahai anak pemakan hati. Jasadnya tidak akan menempati kubur engkau, kematiannya tidak akan menambah usiamu. - Rabi’ul Abrar, Al-Zamakhshari, jilid 1 halaman 431 (menurut software Al-Maktabah Al-Shamilah).

Ahmad Zaki Shafwat menulis di dalam kitab Jamharah Al-Khuthab Al-‘Arab:

لما
بلغ معاوية نعي الحسن بن علي رضي الله عنه أظهر الفرح والسرور حتى سجد 
وسجد من كان معه فبلغ ذلك عبد الله بن عباس وكان بالشام يومئذ فدخل على 
معاوية فلما جلس قال معاوية يا بن عباس هلك الحسن بن علي ولم يظهر حزنا 
فقال ابن عباس نعم هلك إنا لله وإنا إليه راجعون ترجيعا مكررا وقد بلغني 
الذي أظهرت من الفرح والسرور لوفاته أما والله ما سد جسده حفرتك ولا زاد 
نقصان أجله في عمرك ولقد مات وهو خير منك ولئن أصبنا به لقد أصبنا بمن كان 
خيرا منه جده رسول الله صلى الله عليه وسلم فجبر الله مصيبته وخلف علينا من
بعده أحسن الخلافة.
صفوت، أحمد زكي، جمهرة خطب العرب، ج2، ص99، ناشر: المكتبة العلمية - بيروت.


Tatkala Muawiyah mengetahui berita kematian Hasan bin Ali (r.a), beliau menyerlahkan kegembiraan dan kegirangannya sehingga bersujud bersama mereka yang bersamanya. Apabila Abdullah bin Abbas yang berada di Sham mendapat tahu tentang itu, ia menemui Muawiyah. Tatkala ia duduk, Muawiyah bertanya: Wahai Ibnu Abbas, telah mati Hasan bin Ali, engkau tidak bersedih? Jawab Ibnu Abbas: Iya, Sesungguhnya kita kepunyaan Allah, dan kepada-Nya kita kembali (diucapnya beberapa kali). Telah sampai kepadaku bahawa engkau menyatakan kegembiraan dan kegirangan dengan kewafatan beliau, namun demi Allah, jasadnya tidak menutupi kuburmu, pendeknya usia beliau tidak pula menambah umur engkau. Sekiranya kita berbuat baik, nescaya kita berbaik dengan orang yang lebih baik daripada beliau, iaitu datuknya Rasulullah (s.a.w). Maka Allah menjadikan musibahnya dan meninggalkan kepada kita sebaik-baik kekhalifahan sebagai pengganti beliau. - Shafwat, Ahmad Zaki, Jamharah Khutab Al-‘Arab, jilid 2 halaman 99.

Ibnu Qutaibah Dainuri di dalam kitab Al-Imamah Wa Al-Siyasah menulis:

فلما
كانت سنة إحدى وخمسين، مرض الحسن بن علي مرضه الذي مات فيه، فكتب عامل 
المدينة إلى معاوية يخبره بشكاية الحسن، فكتب إليه معاوية: إن استطعت ألا 
يمضي يوم يمر بي إلا يأتيني فيه خبره فافعل، فلم يزل يكتب إليه بحاله حتى 
توفي.

فكتب
إليه بذلك، فلما أتاه الخبر أظهر فرحا وسرورا، حتى سجد وسجد من كان معه، 
فبلغ ذلك عبد الله بن عباس، وكان بالشام يومئذ، فدخل على معاوية، فلما جلس 
قال معاوية: يا بن عباس هلك الحسن بن علي، فقال ابن عباس: نعم هلك ( إنا 
لله وإنا إليه راجعون ) ترجيعا مكررا، وقد بلغني الذي أظهرت من الفرح 
والسرور لوفاته. أما والله ما سد جسده حفرتك، ولا زاد نقصان أجله في عمرك، 
ولقد مات وهو خير منك، ولئن أصبنا به لقد أصبنا بمن كان خيرا منه، جده رسول
الله صلى الله عليه وسلم، فجبر الله مصيبته، وخلف علينا من بعده أحسن 
الخلافة.

ثم
شهق ابن عباس وبكى، وبكى من حضر المجلس، وبكى معاوية، فما رأيت يوما أكثر 
باكيا من ذلك اليوم، فقال معاوية: بلغني أنه ترك بنين صغارا.

فقال
ابن عباس: كلنا كان صغيرا فكبر. قال معاوية: كم أتى له من العمر ؟ فقال 
ابن عباس: أمر الحسن أعظم من أن يجهل أحد مولده. قال: فسكت معاوية يسيرا، 
ثم قال: يا بن العباس: أصبحت سيد قومك من بعده، فقال ابن عباس: أما ما أبقى
الله أبا عبد الله الحسين فلا. قال معاوية: لله أبوك يا بن عباس، ما 
استنبأتك إلا وجدتك معدا.
الدينوري،
ابومحمد عبد الله بن مسلم ابن قتيبة (متوفاي276هـ)، الإمامة والسياسة، ج1،
ص142، تحقيق: خليل المنصور، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت - 1418هـ - 
1997م.

Pada tahun lima puluh satu Hijrah, Hasan jatuh sakit dan meninggal dunia akibat kesakitan ini. Gabenor Madinah menulis surat kepada Muawiyah untuk memberitahu berita tentang keadaan Hasan. Muawiyah menulis jawapan: Jikalau kamu mampu, kirimkan berita tentang Hasan setiap hari. Maka ia pun menulis berita tentang Hasan setiap hari sampai kewafatannya.

Maka beliau menulis kematian Hasan kepadanya. Apabila sampai berita ini kepada Muawiyah, beliau menunjukkan pegembiraan dan kegirangan sehingga bersujud bersama mereka yang bersamanya. Apabila diketahui oleh Ibnu Abbas yang berada di Sham ketika itu, beliau pun pergi menemui Muawiyah. Apabila beliau duduk, Muawiyah pun bertanya: Wahai Ibnu Abbas, telah mati Hasan bin Ali. Jawab Ibnu Abbas: Benar beliau telah mati katanya berkali: Sesungguhnya kita daripada Allah dan kepada Allah kita kembali, telah sampai ke pengetahuanku bahawa engkau bergembira dan sukacita atas kewafatannya. Namun demi Allah, jasadnya tidak menutup kuburmu, pendek usianya tidak akan menambah umurmu. Pemergiannya dalam keadaan lebih baik daripadamu. Jikalau kita menyertainya, maka kita telah menyertai bersama orang yang baik daripadanya, datuknya Rasulullah (s.a.w). Maka Allah memestikan musibahnya, dan meninggalkan kepada kita pengganti setelahnya, sebaik-baik khalifah.

Kemudian ibnu Abbas terisak-isak dan menangis, orang yang hadir di majlis itu pun turut menangis. Kemudian Muawiyah pun menangis, belum pernah aku lihat sebelum ini ia menangis begitu banyak seperti hari itu.  - Al-Dainuri, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim Ibnu Qutaibah (wafat tahun 276 Hijrah), Al-Imamah Wa Al-Siyasah, jilid 1 halaman  142.

Ibnu Abd Rabb di dalam Al-‘Aqdul Farid menulis:

ولما
بلغ معاويةَ موتُ الحسن بن علي خر ساجداً لله، ثم أرسل إلى ابن عباس، وكان
معه في الشام، فعزاه وهو مُستبشر، وقال له: ابن كم سنة مات أبو محمد؟ فقال
له: سنِه كان يُسمع في قُريش، فالعجب من أن يجهله مثلُك! قال: بلغني أنه 
ترك أطفالاً صغاراً. قال: كُل ما كان صغيراً يَكْبُر، وإن طِفْلَنَا 
لكَهْل، وإن صغيرَنا لكَبير. ثم قال: مالي أراك يا معاويةُ مُستبشراً بموت 
الحسن ابن علي ؟ فوالله لا ينْسأ في أجلك، ولا يَسُد حُفرتك، وما أقَل 
بقاءَك وبقاءَنا بعده.
العقد الفريد، ابن عبد ربه الأندلسي، ج2، ص125، طبق برنامه المكتبة الشاملة.


Tatkala Muawiyah mengetahui kematian Hasan bin Ali, ia pun turun bersujud kepada Allah. Kemudian diutuskan seseorang kepada Ibnu Abbas yang berada di Sham ketika itu. Kemudian ia mengucapkan kesedihan dalam keadaan gembira. Katanya kepada Ibnu Abbas: Berapakah usia Abu Muhammad ketika ia meninggal? Ibnu Abbas menjawab: Semua orang Quraysh mengetahui usianya, anehnya orang seperti engkau tidak tahu. Muawiyah pun berkata: Aku dengar ia meninggalkan anak kecil. Jawab Ibnu Abbas: Kita semua pernah jadi kanak-kanak dan membesar, anak-anak kita akan menjadi tua. Kemudian Ibnu Abbas berkata kepada Muawiyah: Wahai Muawiyah! mengapakah engkau gembira dengan kematian Hasan bin Ali? Demi Allah, beliau tidak akan melambatkan ajalmu, dan badannya tidak akan menutup kuburmu. Alangkah sedikitnya hayat engkau dan aku sepeninggalannya. - Al-‘Aqdul Farid Ibnu Abd Rabb Al-Andalusi, jilid 2 halaman 125 (menurut software Al-Maktabah Al-Shamilah)

Sekarang bagaimana pula dengan sabda Rasulullah (s.a.w) yang mengingatkan kita tentang musuh yang memerangi Ahlul Bait (a.s)?

أَنَا حَرْبٌ لِمَنْ حَارَبَكُمْ وسلم لِمَنْ سَالَمَكُمْ.


Aku memerangi dengan siapa yang memerangi kalian, dan aman dengan siapa yang mensejahterakan kalian.

Juga:

لا يبغضنا أهل البيت أحد إلا أدخله الله النار.


Tidaklah seseorang itu membenci kami Ahlul Bait melainkan Allah memasukkannya ke dalam neraka.

SOLAWAT

No comments:

Post a Comment