Monday, 12 August 2013

AYATULLAH KHAMENEI SAMPAIKAN PETA KONDISI DUNIA ISLAM DALAM KHUTBAH AIDILFITRI, AYT KHATAMI : SOLUSI PALESTINA HANYALAH MUQAWAMAH ( PENENTANGAN TERHADAP ZIONIS ), NOTA KU : HINDARKAN PERPECAHAN UMAT JANGAN JADI KAMBING HITAM KAMPONG ZIONIS


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Iran:
 Dalam Khutbah Idul Fitri Rahbar Sampaikan Peta Kondisi Dunia Islam

"Bahasa kekerasan setiap kelompok dalam menghadapi kelompok lainnya benar-benar tidak ada gunanya dan jika perang saudara terjadi, maka akan tercipta alasan bagi kehadiran kekuatan asing dan rakyat Mesir akan ditimpa bencana yang besar."
 

 Dalam Khutbah Idul Fitri Rahbar Sampaikan Peta Kondisi Dunia Islam
Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengucapkan hari raya Idul Fitri kepada rakyat Iran dan seluruh umat Islam dunia. Di saat yang sama Ayatullah Khamenei menyampaikan harapannya, "Semoga Allah Swt memberikan ganjaran atas kerja keras di bulan suci Ramadhan kepada seluruh Muslimin."
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, hai ini, Jumat (9/8) dalam khutbah shalat Idul Fitri menilai kehadiran luas rakyat Iran pada peringatan hari Quds Sedunia sebagai jihad mereka di bulan suci Ramadhan. "Rakyat Iran dengan menggelar aksi demonstrasi damai massif telah membuktikan kesadaran dan komitmen nasional terkait masalah penting dunia serta sejarah Islam," tegasnya.
Lebih lanjut Rahbar menunjukkan kekhawatirannya berkenaan dengan sejumlah peristiwa yang terjadi di Utara Afrika dan Asia Barat. Rahbar menambahkan, "Sungguh disayangkan, kebalikan dari peristiwa menggembirakan di Iran, peristiwa-peristiwa di kawasan Islam lainnya justru mengkhawatirkan."
Menyinggung terus berlanjutnya penindasan rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina, Rahbar mengatakan, "Salah satu musibah dunia sekarang adalah dukungan para pengklaim pembela hak asasi manusia dan demokrasi terhadap kejahatan nyata rezim penjajah Zionis."
Terkait masalah dimulainya negosiasi damai pemerintah Otorita Ramallah Palestina dengan Zionis, Rahbar menjelaskan, "Seperti perundingan-perundingan sebelumnya, negosiasi kali ini pun pasti akan berujung dengan diinjak-injaknya hak rakyat Palestina dan bertambahnya motivasi untuk melakukan penindasan dan kejahatan yang lebih besar."
Ayatullah Khamenei juga menunjukkan kekhawatirannya sehubungan dengan masalah Mesir. Kemungkinan terjadinya perang saudara di Mesir, katanya, semakin kuat dan ini adalah bencana.
Rahbar mengajak seluruh rakyat Mesir, kelompok serta tokoh-tokoh politik dan ulama untuk memikirkan akibat berbahaya dari situasi yang ada sekarang. "Apakah tidak bisa dipahami pengaruh kondisi Mesir, dampak sangat berbahaya perang saudara dan efek-efek buruk lain dari kehadiran antek-antek Barat, Israel juga teroris terhadap kawasan-kawasan dunia Islam?", lanjut Rahbar.
Ayatullah Khamenei dengan mengecam keras pembunuhan warga sipil di Mesir menegaskan, "Bahasa kekerasan setiap kelompok dalam menghadapi kelompok lainnya benar-benar tidak ada gunanya dan jika perang saudara terjadi, maka akan tercipta alasan bagi kehadiran kekuatan asing dan rakyat Mesir akan ditimpa bencana yang besar."
Rahbar juga menyinggung pentingnya untuk memperhatikan demokrasi. Ia mengatakan, "Masalah Mesir harus diselesaikan oleh rakyat, kelompok-kelompok  politik-agama, para tokoh dan ulama negara itu dan jangan beri kesempatan intervensi pihak asing."
Selain itu Rahbar menilai kondisi Irak juga memprihatinkan. Di Irak, kata Rahbar, sebuah pemerintahan yang bersandarkan kepada suara rakyat tengah berkuasa, namun para adidaya dan para reaksioner kawasan tidak senang melihat ini.
"Teror-teror, insiden dan pembunuhan warga sipil di Irak jelas dilakukan dengan bantuan finansial-politik sebagian negara kawasan dan transregional dengan maksud agar negara itu tidak pernah tenang dan berkembang," tandasnya.
 
Khatib Jum'at Teheran:
 Solusi Palestina Hanya Muqawama!

"Perundingan damai yang telah berlangsung selama 60 tahun pendudukan atas Palestina itu tidak sedikit pun menguntungkan warga Palestina. Jika ada kebaikan dan berkah yang dirasakan, maka itu semua adalah berkat muqawama dan intifada heroik serta perjuangan mereka selama 20 hari dan perlawanan delapan hari menghadapi rezim Zionis Israel."

 

 Solusi Palestina Hanya Muqawama!
Menurut Kantor Berita ABNA, Imam shalat Jumat Tehran, Ayatullah Sayid Ahmad Khatami menekankan bahwa satu-satunya solusi krisis Palestina adalah muqawama (resistensi) dan bukan lainnya seraya menyatakan, "Semua perundingan ini, hanya dalam rangka menstabilkan rezim Zionis dan melegalkan eksistensi Israel yang perampok, serta menciptakan lingkaran yang aman baginya."
Dalam khutbah Jumatnya hari ini (Jumat, 2/8) Ayatullah Sayid Ahmad Khatami menilai partisipasi dalam peringatan Hari Quds Sedunia termasuk amal saleh karena dalam Al-Quran menyebutkan bahwa langkah yang membuat musuh geram dicatat sebagai amal saleh dan amal ini akan menyatukan Dunia Islam. 
"Hari ini, kita meneriakkan mampus Amerika dan Israel, serta meluapkan kebencian kita atas kejahatan dan brutalitas terhadap bangsa Palestina," tegas Ayatullah Khatami.
"Kelengahan umat Muslim, telah dimanfaatkan oleh pemerintah zalim Amerika Serikat  dan sedang mengacu perundingan damai yang sekarang sedang dibahas di Kementerian Luar Negeri AS," katanya.
"Perundingan damai yang telah berlangsung selama 60 tahun pendudukan atas Palestina itu tidak sedikit pun menguntungkan warga Palestina. Jika ada kebaikan dan berkah yang dirasakan, maka itu semua adalah berkat muqawama dan intifada heroik serta perjuangan mereka selama 20 hari dan perlawanan delapan hari menghadapi rezim Zionis Israel."
"Ini berarti, solusi masalah Palestina hanya ada pada muqawama dan bukan lainnya," jelas Ayatullah Khatami.
Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Khatami menegaskan, "Strategi yang beberapa tahun terakhir digulirkan oleh Gedung Putih adalah masalah perpecahan Dunia Islam."
"Mereka menemukan sekelompok orang idiot Takfiri yang dapat dengan mudah membunuh seorang manusia, untuk dihadap-hadapkan dengan Dunia Islam. Mereka berhasil menyibukkan dunia Islam sementara mereka yang terus mengeruk keuntunganya," papar Khatami.
Ditegaskannya, "Para kriminal yang dikebang-biakkan dengan dolar-dolar Amerika dan asing, datang ke Irak untuk membantai massal mereka dan selama sehari sebanyak 60 hingga 70 orang tewas. Di Suriah, mereka juga beraksi dan yang pasti mereka berafiliasi dengan rezim Zionis Israel dan pihak asing, karena seorang Muslim tidak mungkin berperilaku seperti  mereka."
 


Indonesia: Minister backs 'forced conversion of Shia followers to Sunni Islam'

Human rights activists accused the minister of failing to put aside his personal beliefs in the reconciliation process and demanded that President Susilo Bambang Yudhoyono disengage him from the efforts to return the Shia refugees. 

 Indonesia: Minister backs
(Ahlul Bayt News Agency) -Photo: Separation: Shiite refugees (right side of the blue cloth) participate in Idul Fitri prayers at a mosque near their camp in Sidoarjo, East Java, on Thursday. The Shiite followers are saying their prayers without prayer mats, because they were not allowed to participate in the prayers along with other Muslims. (JP/Indra Harsaputra)

Indonesian Religious Affairs Minister Suryadharma Ali has again come under fire for allegedly supporting the forced conversion of Shia followers to Sunni Islam in a reconciliation program the government claimed was meant to end the conflict between the two Islamic denominations in Madura, East Java.

Human rights activists accused the minister of failing to put aside his personal beliefs in the reconciliation process and demanded that President Susilo Bambang Yudhoyono disengage him from the efforts to return the Shia refugees.

“The government should instead involve people like [former vice president] Jusuf Kalla or Catholic priest Franz Magnis Suseno, for example, in the reconciliation process instead of SDA, who is obviously unable to take a distance with his personal religious belief,” Hertasning Ichlas, executive director of Universalia Legal Aid Institute (YLBH Universalia) and an attorney for Sampang Shia community, told The Jakarta Post on Sunday, referring to Surydharma with his initials.

Weeks after the Shiites were evicted from their home villages in Sampang in June this year, President Susilo Bambang Yudhoyono assigned the Religious Affairs Ministry to lead the reconciliation process in cooperation with the Sunan Ampel State Islamic Institute (IAIN) in Surabaya.

However, Hertasning said that Suryadharma and his fellow United Development Party (PPP) politician, Djan Faridz, who is also the Public Housing Minister, attended meetings where the Shiites were forced to denounce their faith if they wished to safely return to their villages.

Such meetings were also supported by Sampang Regent Fannan Hasib, who was nominated by two Islamic parties, the PPP and the Prosperous Justice Party (PKS), Head of Sampang’s Municipal Political and National Unity Office (Kesbangpol) Rudi Setiadi, local police officials and a number of Sunni clerics.

According to Hertasning, 34 out of around 235 Shiites evicted from Sampang have returned to their homes by Aug. 7 as they finally agreed to sign a pledge of nine points which included willingness to return to “the true teaching of Islam” as well as to condemn of the teachings of Shiite cleric Tajul Muluk, who is currently imprisoned over blasphemy.

Hertasning said that Shiites that refused to sign the agreement suffered intimidation; with some of them losing their land for good while a few others should depart for Jakarta to stay in a safe house.

“The reconciliation process has turned political because the PPP has a great number of supporters in the area. We must immediately do something about it especially as the gubernatorial election is coming soon,” he said.

The forced conversion scandal has raised concerns from several leading figures, including from former vice president Jusuf Kalla and Din Syamsuddin, chairman of the country’s second largest Islamic group, Muhammadiyah.

Kalla, who chairs the Indonesian Mosque Council (DMI) and is also known as a peace broker, said that such a forced conversion was unconstitutional.

“That is not reconciliation. Reconciliation will equally guarantee the rights of conflicting groups. And it is definitely free from imposition of the will [of the majority group],” Kalla told reporters on the sideline of an Idul Fitri open house event at his residence in South Jakarta on Friday.

Meanwhile, Din, who was among Kalla’s guests on that day, emphasized that the process should be free from forced belief, especially if it was led by government officials. “There should have not been any coercion. It is unfair for the government to take sides,” Din said.

Suryadharma has not yet responded to this accusation, but the Religious Affairs Ministry spokesman Zubaidi told the Post on Sunday that the allegation was baseless. “That’s not true. The minister has never done such a thing,” he said.

Home Affairs Minister Gamawan Fauzi denied that the government had forced the Shia adherents to leave their faith. “It was not a forced conversion. We are actually giving them directions so that they could return to their home village.


Photo: Separation: Shiite refugees (right side of the blue cloth) participate in Idul Fitri prayers at a mosque near their camp in Sidoarjo, East Java, on Thursday. The Shiite followers are saying their prayers without prayer mats, because they were not allowed to participate in the prayers along with other Muslims.

 Malaysia: ‘No need to ban Shia teachings in state’

Sarawak will not issue a fatwa (edict) banning Shia teachings as the spread of the Muslim sect is not an issue in the state. 

 Malaysia: ‘No need to ban Shia teachings in state’
KUCHING, Malaysia (Ahlul Bayt News Agency) - Sarawak will not issue a fatwa (edict) banning Shia teachings as the spread of the Muslim sect is not an issue in the state.

Assistant Minister of Islamic Affairs Datuk Daud Abdul Rahman yesterday said the majority of Muslims in the state did not understand nor were aware of the existence of Shia teachings.

“There are no issues with Shia in the state. In fact most Muslims here do not know what Shia is all about. Furthermore, the people here are living in harmony and Muslims are very contented. There is no necessity for the state to gazette a fatwa that bans the teaching of Shia,” Daud who is also Infrastructure Development Assistant Minister told reporters when met at his Raya open house at Jalan Matang here yesterday.

Daud was receiving a visit from Head of State Tun Datuk Patinggi Abang Muhammad Salahuddin.

The federal government has banned Shia teachings in the country following a ruling made by the National Fatwa Council in 1996.

Last month, the Home Ministry declared the Shia organisation of Malaysia unlawful. Its secretary-general Datuk Seri Abdul Rahim Mohamad Radzi said the decision was made by the Home Minister based on Section 5 of the Societies Act 1966.

He added that Shia followers had applied to register the organisation with the Malaysian Registration Department in Melaka on June 18, 2011, but was rejected on Aug 4. Their appeal had also been rejected on Oct 31.

The states of Kedah and Pahang recently announced that they will gazette a fatwa banning the teachings of Shia to prevent it from confusing Muslims.

Indonesia Shia Under Severe Pressure;
 Indonesia 2nd largest Muslim organization: There should not have been coercion of belief against Shiites

Din Syamsuddin, the chairman of Indonesia's second largest Muslim organization reiterated that any coercion against Shiites in Sampang constituted a criminal act. The state should have taken action because every citizen is free to choose their own beliefs. 

 Indonesia 2nd largest Muslim organization: There should not have been coercion of belief against Shiites
(Ahlul Bayt News Agency) - Photo: Displaced Shia women: Shia women from Sampang, Madura Island, East java, prepare iftar (breaking the fast) meals for at a low-cost apartment complex in Sidoarjo after they were forced to leave their homes. (JP)

Din Syamsuddin, the chairman of Indonesia's second largest Muslim organization, Muhammadiyah, said on Saturday that there should not have been any forced belief in the process of reconciliation with the displaced Shiites in Sampang, Madura, East Java. Especially if it was led by government officials.

"There should have not been any coercion. If the government takes sides, it is unfair," Din said in Jakarta as quoted by kompas.com.

Din made the remarks when he was asked to respond to reports on intimidation and threats against Shiites who insisted to stay in Karanggayam and Bluuran Sampang villages. They have reportedly been forced to convert if they want their safety be guaranteed.

Din reiterated that any coercion against Shiites in Sampang constituted a criminal act. The state should have taken action because every citizen is free to choose their own beliefs.

According to Din, the conflict in Sampang has to be settled based on the principle of freedom of religion.

Sunnis and Shiites have both contributed a lot to Islam, despite differences in perception on who really lead Muslims after Prophet Muhammad, Din said.

"Therefore, for you it's your belief, and for me my belief. But we have to live side by side peacefully. If we can live peacefully with non-Muslims, why can't be live in peace with fellow Muslims?" he asked.

Therefore Din hoped the groups would refrain from mocking each other. "Let God decide which truth is accepted, live side by side peacefully," he said.

Sampang Shiite Spokesperson Hertasning Ichlas previously testified that the Sampang local administration had forced the Shiites to sign an agreement of nine points, which included their willingness to return to "the true teaching of Islam" as well as to condemning of the teachings of Shiite cleric Tajul Muluk, who is currently imprisoned over blasphemy.

According to Hertasning, several members of the Sampang Shia community had been asked to sign the agreement before Sampang Regent Fanan Hasib and Head of Sampang's Municipal Political and National Unity Office (Kesbangpol) Rudi Setiadi.
Qabalan on Eid: No to Bigotry, Hatred and Violence

Vice-President of the Higher Islamic Shiite Council, Sheikh Abdel Amir Qabalan congratulated all Muslims on the coming of Eid al-Fitr, praying Allah to preserve the Ummah and unite it. 

 Qabalan on Eid: No to Bigotry, Hatred and Violence
(Ahlul Bayt News Agency) - "We in Lebanon should be united, cooperative, loving, and should reject hatred, bigotry and violence and rebuild what has been destroyed... to find solutions to crises and problems," he said.
Earlier on Thursday, Qabalan considered it essential Thursday to maintain lines of communication open between Lebanese leaders and urged them to return to dialogue.
He also condemned the Israeli aggression on the region of Labboune yesterday, noting that the Lebanese should focus on their union, their army and their resistance to save their country.

 Lebanese Mufti urges Shia-Sunni unity

Lebanon’s grand Mufti Sheikh Mohammad Rashid Qabbani has called on Sunnis and Shias to bolster unity and refrain from violence. 

 Lebanese Mufti urges Shia-Sunni unity
(Ahlul Bayt News Agency) - “Beware of getting involved in discord between you or among fellow citizens, be they Muslims or Christians,” Qabbani told worshipers on the first day of Eid al-Fitr marking the end of the holy month of Ramadan.
 Addressing a congregation of Muslims at Mohammed Al-Amin Mosque in downtown Beirut on Thursday, the grand Mufti said “Don’t kill each other or shed the blood of one another.”
 He also warned against falling into a plot which is feared to escalate Sunni-Shia strife.
 “Beware of the major strife being prepared for you by your enemy to turn you against each other and burn and destroy your homeland Lebanon,” he said.
 He also called on Sunnis and Shias not to allow politics to divide them, saying, “Unify ranks and rhetoric, and bridge the gap between you.”
 Qabbani urged Sunni Lebanese officials to adopt a united Muslim stance and unify Muslim ranks amid the turmoil in the Middle East which has spilled over into Lebanon.
 “Keep them away from sliding into discord and conflict with each other or with others,” he urged Sunni politicians. “Don’t become carried away with power and prestige.”
 Lebanon has recently plunged into sectarian clashes after a new wave of fighting erupted in Sidon between Sunni militants and shia fighters over the ongoing crisis in Syria.
 Tensions were erupted by a hard line hardline Cleric Sheikh Ahmad al-Assir who is on run after Lebanese army took the control of the port city of Sidon and waged a heavy blow to his Salafi locals last month.
Comparison of language: leading Salafi polemicist Taha al Dulaimi and Shia Marja Ayatullah Sistani
 


Editors Note: We are posting excerpts of two articles. From the two messages, one of hate and venom and the other of peace and love, it is possible to to see why Shia are equally slaughtered in Pakistan and Iraq. Whether they are in minority in Pakistan or majority in Iraq, the Shia clergy has always espoused love and peace. The Salfis, and their Arab oil kingdoms, feel threatened by the message of love peace and justice that the Shia propagate. The Shia Marjae have always wanted peace and rational discourse. The Salfi and their Kings have no rational discourse do they respond with threats and mass murder.

A most illustrative example can be found in Iraq’s most well known anti-Shiite Salafi polemicist, Taha al Dulaimi, a man whose vitriol is such that he recently advocated the formation of a Sunni region in Anbar on the upper Euphrates — as it is, “free from Shiite filth,” — and contemplated this proposed region’s ability to cut the Euphrates’ water flow in order to, “kill the [Shiite] south.” Dulaimi’s endeavors almost exclusively revolve around anti-Shiism; however, prior to 2003, and in line with Iraqi and, to many extents, regional trends, his pre-war public preaching framed the issue in terms of ethnicity with anti-Iranianism thinly cloaking doctrinal hatred. In essence, his undoubtedly genuine anti-Iranianism provided a vehicle through which to express sectarian Salafi beliefs by wedding Arab-nationalist chauvinism to sectarian bigotry without crossing the censor’s red lines.

- See more at: http://mideast.foreignpolicy.com/posts/2013/08/09/the_language_of_anti_shiism


In 2007, Grand Ayatollah Ali Sistani, Iraqi Shiite marja issued a landmark message on Shiite-Sunni unity. Recently, with the outbreak of unrest in Iraq, he has reissued the message. “There is no real difference between Shiite and Sunni beliefs, and I am the servant of all Iraqis [either Sunni or Shiite],” he emphasizes. “I love everyone, and this religion [Islam] is the religion of love,” he adds. He expresses his surprise that how the enemy could have succeeded to divide Islamic sects. Sistani’s message, also sent to first Conference of Sunni and Shiite Scholars, asserts that “ this kind of conferences are highly important, since they help Shiites and Sunnis find out that there is no real difference between their beliefs, and the difference simply is on legal (Fiqh) issues.”

“Shiites should defend Sunnis’ social and political rights before defending their own rights, and we call [everyone] for unity,” Ayatollah Sinstani adds. “As I have said before, Shiites should not call Sunnis their brethren, but their ‘souls.’ “We should attend Sunnis’ Friday prayers more than Shiite’s. We do not discriminate between Arabs and Kurds, and Islam has collected all of us [under common umbrella],” he asserts. Sistani also points to Sunni legal issues and says that “we [Muslims] are united in Kaaba (Holy Shrine), prayer, and fasting.”

“During Saddam’s era, I saw many Sunnis’ conversion to Shea’ism. When asked why they converted, they answered that they converted to Shea’ism in order to attain Ahlul-Bayt friendship,” Sistani accounts, and “I was telling them that Sunni Imams (four Sunni Scholars) had defended Ahlul-Bayt.


 

Malaysia: Shia persecution violates freedom of religion

Discrimination against Shia minorities in many countries such as Pakistan, Bahrain, Saudi Arabia and most recently in Indonesia, has fuelled intimidation and attacks against them by extremists groups in the name of religion. 
 Malaysia: Shia persecution violates freedom of religion
(Ahlul Bayt News Agency) - The concerted action by state and government authorities to demonise Shia Muslim followers and to ban their teachings is extremely worrying and a clear violation of Malaysia’s commitments to freedom of religion and belief.

On July 19, the Kedah Menteri Besar Mukhriz Mahathir announced that the Kedah government will gazette an anti-Shia fatwa to check the belief from spreading. Other states have also been urged follow suit.

One of the most vocal proponents of banning the Shia is former Prime Minister Mahathir Mohamed who himself detained Shias’ without trial under the Internal Security Act in the 1990s.

The Home Minister has also stated that he will “take stern action against individuals including political leaders as well as organisations involved in spreading Shia teachings in this country and that his ministry and its agencies like the Police, Registrar of Societies and Immigration Department would intensify monitoring of Shia activities”.

All these actions seem to be at odds with Malaysia’s commitments to human rights standards especially the right to freedom of religion and belief. The right to freedom of religion or belief and to manifest them in teaching, practice, worship and observance is guaranteed in Article 18 of the Universal Declaration of Human Rights (UDHR).

During Malaysia’s human rights review at the UN Human Rights Council in 2009, the Malaysian delegation stated that “respect for human rights has been long established given the country’s character as a melting pot of various cultures, religions and ethnicities”.

It noted that Article 11 of the Federal Constitution guaranteed every person the right to profess and practise his religion and to propagate it. As a member of the international community and the UN Human Rights Council, the Malaysian government must respect and protect the right of all religious minorities including Shia followers to practise their faith; free from fear of harassment or intimidation.

Further, for a country that has been championing a global movement of moderates the Prime Minister’s silence has been deafening, in the midst of these sustained threats against the Shia community. In January 2012, the Prime Minister highlighted the need to “embrace diversity” and “foster tolerance and understanding by making the voice of reason louder”. Ironically, the actions of his government seem to contradict this message.

Even the opposition has joined the bandwagon with Harun Taib, the head of the Ulama Council, welcoming the proposed fatwa in Kedah and propose it be expanded to other states to stem Shia teachings. Sadly, none of their Pakatan allies’ have publically voiced their concerns or criticised the ongoing persecution of the Shia community.

Discrimination against Shia minorities in many countries such as Pakistan, Bahrain, Saudi Arabia and most recently in Indonesia, has fuelled intimidation and attacks against them by extremists groups in the name of religion.

There is an urgent need for true moderates from both sides of the political divide in Malaysia to stand up and speak out against the religious discrimination faced by the Shia.

We must remind the Malaysian authorities that they have a human rights obligation to protect all religious minorities and to ensure that anyone can practise their faith without the fear of coercion, intimidation or attacks.


Ramadhan, Pembunuhan terhadap Warga Syiah Berlanjut
Pakistan:
 Ramadhan, Pembunuhan terhadap Warga Syiah Berlanjut

Bersamaan dengan masuknya bulan suci Ramadhan, dua kelompok teroris dari anasir Sepah Shahabah dan Laskar Jangju melakuan serangan bersenjata kepemukiman Syiah Pakistan. 



Menurut Kantor Berita ABNA, bersamaan dengan masuknya bulan suci Ramadhan, dua kelompok teroris dari anasir Sepah Shahabah dan Laskar Jangju melakuan serangan bersenjata kepemukiman Syiah Pakistan. Mereka tidak hanya melakkan teror namun juga menculik beberapa warga. Selasa (16/7) jenazah Hafidz Abdul Wahid yang menjadi korban penyerangan dan penculikan tersebut ditemukan warga pasca satu pekan kemudian. Ia dibunuh setelah mengalami penyiksaan terlebih dahulu. Jasadnya dimasukkan di dalam karung goni dan dilemparkan di jalan sampai kemudian ditemukan oleh warga setempat. Menurut keterangan warga setempat, Hafidz Abdul Wahid adalah seorang Sunni yang kemudian beralih menjadi Syiah. Hal tersebut membuat kelompok teroris wahabi geram.
Dari laporan resmi pemerintah Pakistan, sejak  6 bulan pertama tahun 2013 lebih dari 300 warga Syiah Pakistan menjadi korban pembunuhan kelompok teroris Wahabi, baik melalui serangan bersenjata, peledakan bom maupun penculikan. Kebanyakan warga Syiah yang terbunuh adalah warga kota Queeta dan Mehr Abad yang memang merupakan dua kota pemukiman Syiah di Pakistan. Pihak kepolisian Pakistan sampai saat ini belum mampu menghentikan merebaknya aksi teroris dan kekerasan diwilayahnya. 
 
BERITA TERKINI MAHKAMAH PENGADILAN PARA PEMBUNUH SYEIKH HASAN SHEHATA ULAMA SYIAH MESIR
ــ آخرین خبرها از محاکمه قاتلان رهبر شیعیان مصر
قاضی دادگاه جنوب استان جیزه در مصر پرونده قتل چهار نفر از پیروان مکتب اهل بیت (ع) از جمله "حسن شحاته" رهبر شیعیان این کشور را به روز 18 اوت ـ 27 مرداد ـ موکول کرد .
"حسن علی محمد"، "محمد علی محمد"، "احمد علی محمد" ، "علی علی محمد" و "فارس ابراهیم" متهم به قتل چهار تن از شهروندان پیرو اهل بیت (ع) در روستای ابومسلم استان جیزه در مرکز مصر هستند.
علت تعویق جلسه دادگاه حضور نیافتن این پنج متهم در دادگاه به علت شرایط امنیتی اعلام شده است.!
"اسامه حنفی" دادستان جنوب استان جیزه این پنج نفر را به قتل عمد، آتش زدن و تخریب املاک خصوصی و مقاومت در برابر مأموران پلیس متهم کرده و خواستار حبس آنها شده.
تحقیقات "احمد الحمزاوی" و "محمد علوانی" دادیاران دادستانی جنوب استان جیزه حاکیست، شماری از ساکنان روستای ابومسلم و وهابی های تکفیری روز 23 ژوئنـ دوم تیر ـ همزمان با نیمه شعبان سالروز میلاد امام عصر (عج) منزلی را که گروهی از شیعیان از جمله "حسن شحاته" در آن گردهم آمده بودند، محاصره سپس به داخل منزل حمله کردند که در این حمله چهار نفر از جمله شحاته و دو برادرش به شهادت رسیدند؛ مهاجمان سپس پیکر آنها را روی زمین کشیدند و مدتی 
بعد نیروهای امنیتی به محل حادثه رسیدند.

Egypt: Extremist Salafis Threaten Brother of Hassan Shehata with a Similar Massacre

Extremist Salafi Sheikhs accompanying by 400 villagers surrounded the house of Hassan Shehata's brother, the slaughtered Shia preacher, and threatened him and his family with a similar massacre on Friday. 

 Egypt: Extremist Salafis Threaten Brother of Hassan Shehata with a Similar Massacre

Egypt (Ahlul Bayt News Agency) - Extremist Salafi Sheikhs accompanied by 400 villagers surrounded the house of Hassan Shehata's brother, the slaughtered Shia preacher, and threatened him and his family with a similar massacre before beginning of Friday Prayer.

Ismail Shehata said to the reporters that: "It is for day that I afraid can to come out from my house, they threatened me several times before the killing of my brother and also in recent days".

Prominent Shiite cleric, Hassan Shehata was brutally martyred in last June by Salafi villagers in Giza.

But police forces and Sharqiya residents successfully ended a siege imposed by a number of Salafis on the house of Ismail Shehata in Harbit Village.

The Salafis called for expelling the Shi'ite family and threatened to kill them like Hassan Shehata but a group of residents managed to end the siege and agreed on a traditional reconciliation meeting between the two parties to resolve this issue.

SALEH MUSLIM S.U AGUNG KURDISH SYRIA : FRONT TAKFIRI AN NUSRAH ORANG-ORANG LIAR ANTI KEMANUSIAAN DAN BUKAN BERSIFAT ORANG ISLAM  
«مسلم»:
 "جبهة النصرة" غير مسلمين وضد البشرية

اكد سياسي كردي ان الاكراد يدافعون عن انفسهم في مواجهة التكفيريين من "جبهة النصرة" وغيرها من الجماعات السلفية في سوريا، منوها الى ان الاكراد اعلنوا هدنة بمناسبة العيد لكن جبهة النصرة لم تلتزم بها. 

 "جبهة النصرة" غير مسلمين وضد البشرية
ابنا: قال الامين العام لحزب الاتحاد الديمقراطي الكردستاني «صالح مسلم» يوم الاثنين "كانت هناك هجمات من بعض الجماعات السلفية بكل وحشية على القرى الكردية، وقد كنا جزء من الثورة السورية والتزمنا باستراتيجية محددة منذ البداية وهي الدفاع المشروع عن مناطقنا والدفاع المشروع عن النفس لكن هؤلاء لم يراعوا كل ذلك، واستهدفوا قرانا ومناطقنا المتفرقة في حصرين وفي بولاني والجزيرة السورية بمنتهى الوحشية خاصة في قرى الحاصل والعرم وتل ابيض".
واضاف مسلم ان "الشعب الكردي يدافع عن مناطقه ضد هؤلاء السلفيين، ونحن لا نعتبر هؤلاء مسلمين بل ان هؤلاء هم ضد البشرية، بهذه الوحشية".
واشار الى ان "هناك فصائل مسلحة كثيرة تتبنى اسم الجيش الحر لكن هؤلاء ليسوا احرارا وليسوا جيشا وانما هناك عصابات تعمل تحت هذا الاسم ومنهم هؤلاء السلفي,ن وما يسمون بجبهة النصرة الذين اعتدوا علينا و بعض الفصائل الاخرى".
واكد مسلم ان "الاكراد اعلنوا الهدنة لمدة 3 ايام بمناسبة عيد الفطر والتزموا بها واحترموا وقف اطلاق النار،  لكن الطرف الاخر لا يعترف بالاعياد ولا الشعوب ولا الحقوق ولا الانسانية وواصلوا قصف مواقعنا وما وصلت اليه ايديهم وهاجموا المدنيين".
واشار مسلم الى انه ابلغ المسؤولين الاتراك خلال زيارته الى تركيا بخطورة الجماعات التكفيرية من جبهة النصرة وغيرها، وقال ان "الاتراك قالوا انهم ليست لديهم علاقة بهم وندعم الجيش الحر وهذه الجماعات خطر على الشرق الاوسط كلها".
واضاف الامين العام لحزب الاتحاد الديمقراطي الكردستاني صالح مسلم "ولذلك قلنا لهم ان عليهم ان يتخذوا التدابير اللازمة على الحدود لان هذه الفصائل تأتي عبر الحدود لكنهم قالوا ان هذا يحدث خارج الحدود".
واكد مسلم "اننا لا ندع انفسنا وحيدين وندافع عن انفسنا، ونرحب بجميع القوى التي تدعم الديمقرطية في خندقنا ضد هؤلاء".

Iraqi Kurdistan: Ready to Defend Syrian Kurds

Iraqi Kurdistan's leader threatened on Saturday to intervene to protect Kurds in neighboring Syria, who are caught up in fighting between Kurdish forces and jihadists. 
 Iraqi Kurdistan: Ready to Defend Syrian Kurds
(Ahlul Bayt News Agency) - Massud Barzani's remarks came as fighting raged in Syria, which has been racked by civil war for nearly two and a half years.
Barzani, president of Iraq's autonomous Kurdish region, called in a statement for an investigation by Iraqi Kurdish political parties into reports of "terrorists" killing Syrian Kurds.
If "it appears that innocent Kurdish citizens and women and children are under threat of death and terrorism, the Iraqi Kurdistan region will... be prepared to defend" them, Barzani said.
/106

S.U AGUNG AHLUL BAYT WORLD ASSEMBLY KEPADA DUTA-DUTA DI MAJLIS BERBUKA PUASA : KEROSAKAN-KEROSAKAN DAN KEMUSNAHAN DI NEGARA-NEGARA ISLAM APA SEBABNYA ?
أختري مخاطباً السفراء المسلمین في طهران:
 آنَ الأوان لنَتَساءَل لِماذا كل هذا الدَّمار بالدول الإسلامیة؟

الإقتِتالُ والتَّناحُرُ المَقیت، والتَعصُباتِ الجَاهِلیةِ والأزَماتِ الإقلِيميَّةِ، الدَّمارُ والخَرابُ، القتلُ والإبادةُ، الفِتَنُ والنِزاعاتُ الطائِفيةُ والمذهَبيةُ، والتَحريضاتُ الأجنبيَّةُ المُستَمِرةُ، تَعصِفُ بمجتمعنا، بِدَعم الأجانب ومِن خِلالِ صُدورِ فتاوَى غَيرمَعقولة./ لَقد شاهَدتُم ما فَعلوا بِالعراقِ وأفغانستانَ بِذَريعةِ إسقاطِ نِظامَينِ دِيكتاتوِريَينِ، ومُحارَبةِ الإرهابِ، لكنَّهُم دَمَّروا كُلِ البُنى التَحتيةِ لهذَينِ البَلدَينِ المُسلِمَينِ./ أنتُم تُشاهِدونَ ما يَجري يومياً في أفغانِستانَ وسوريا وفَلسطينَ المُحتَلة، وأخيراً مِصر... 
 
وفقاً لما أفادته وکالة أهل البیت(ع) للأنباء ـ ابنا ـ أقام المجمع العالمي لأهل البیت(ع) مساء يوم الإثنین مأدبة الافطار الرمضانية على شرف سفراء البلدان الإسلامیة في طهران.
وألقی «سماحة الشیخ محمدحسن أختري» الأمین العام للمجمع کلمة هامة بعدها مخاطباً السفراء والحضور في هذا الحفل، انتقد فیها ازدواجیة الغرب أمام الدیمقراطیة في "سوریا" و"مصر".
کما أشار إلی الدمار والفوضی في الدول الإسلامیة وقال: أمَا آنَ الأوَانُ لنتساءَلَ لِماذا وَكيفَ لَحَقَ كُلُ هذا الدَّمارُ بِهذهِ الدُّولِ التي تُعتَبَرُ قَلبُ العَالَم الإسلامِي وَمَصدَرُ خَيراتِهِ وَ ثَرواتِهِ؟! ... ألم يَحن الوَقتُ لِنُفَكِّرَ بأنَّ الَّذينَ يُسَلِّحونَ هذهِ الجَماعات هل هُم مِن مُؤيدِي الإسلامَ وَمُناصِري المُسلِمينَ، أَم إنَّهُم أعداءُ الإسلامِ وَالمسلمينَ؟
وفیما یلي نص هذه الکلمة الهامة:
بسم الله الرحمن الرحیم
 
قالَ اللهُ العَظيمُ في كِتابِه الكَريمِ: "شَهرُ رَمَضَانَ الَّذي اُنزِلَ فِيهِ القُرآنَ هُدَىً لَلنَّاسِ وَبَيِّناتٍ مِنَ الهُدَى وَالفُرقَان."
أیُّها السَادةُ الحُضور!
السلامُ عَلیکُم ورَحمةُ اللهِ وبَركاتُه

يَطيبُ لي أن اُرَحِبَ بكُم ايُّها السادةُ والضيوفُ الأعِزاء، خاصَةً سُفَراءُ ومَندوبي الدولِ الاسلاميَّةِ في إيران. وأَشكُرُكُم على قَبولِ الدَّعوَةِ، كَما أشكُرُ العَليَّ القَديرَ الَّذي مَنَّ علَينا، وَوَفَّقنا لِنَشهَدَ هذا الشَهرَ الفَضيلَ وَالَّذي دُعِينا فيهِ إلى ضِيافَةِ الرَّحمَنِ، لِنَنهَلَ مِن نَبعِ رَحمَتِه وَنَحظى بِشَيئٍ مِن كَرَمِهِ الوَاسِع، كَما مَنَّ عَلينَا بذلِك في السَّنواتِ المَاضيةِ.
ايُّها الحضورُ الكِرام!
لَقد أكَدَ سُبحانَهُ وتَعالَى في كِتابِه العَزيزِ، عَظَمَةَ وأهميَّةَ هذا الشَهرِ الفَضيلِ، و أمر النبيّ الأعظم محمّد صلّي‏الله‏عليه‏ و‏آله‏ و‏سلّم بإغتنام الفرصة و القيام بالأعمال الصالحة و الفرائض و السنن، وَعلى رأسِها التَّضرُعُ إلى اللهِ سُبحانَهُ وَتعالى، وَطلَبُ الرّحمَةِ والغُفرانِ مِنهُ، والإستيناسِ بِتلاوةِ كِتابِهِ العَزيزِ، والعَملُ علَى تَهذيبِ النَّفسِ وجَلاءِ الرُّوحِ، والتَواصُلِ مَعَ بَني الإنسانِ وتَحكيمِ العَلاقاتِ الوُدّيّة و الأخويّة، ومُساعَدَةِ الضَعيفِ و معالجة مَشاكِلِ الآخَرينَ والعَوائلِ المُعوِزةِ والفَقيرةِ، مُسلمينَ كانوا أو غَيرَ مُسلمين. وَبِالتاَلي الإهتمام بإحياءُ السُّنةِ الحَسَنةِ، في الإكثارِ مِن مَوائدِ الإفطارِ وإطعامِ الطَعامِ، ونَسألُهُ جَلَّ وَعَلا أن يُوَفِقَنا جَميعاً لِنَكونَ مِن عِبادهِ الصَالِحينَ، وكَما أرادَ لنا أن نَكونَ، وأن لايَحرِمَنا هذهِ الكَرامَةَ بِفضلِ هذا الشَّهرِ الحافِلِ بالبَركةِ والفَضلِ، شهرُ نزُولِ القُرآنِ ولَيلةِ القَدرِ التي هي خَيرٌ مِن الفِ شَهرٍ، إنَّهُ سَميعٌ مجيبٌ... .
أمَّا الموضوعُ الَّذي اُريدُ أن أتطَرقُ إليهِ في هذه الأنسية المباركة بصورة عابرة هُوَ الأوضاعُ التي تَسودُ عالمنا والبُلدانِ الإسلاميةِ جمعاء.
مَعَ بالغَ الأسَف، الإقتِتالُ والتَّناحُرُ المَقیت، والتَعصُباتِ الجَاهِلیةِ والأزَماتِ الإقلِيميَّةِ، الدَّمارُ والخَرابُ، القتلُ والإبادةُ، الفِتَنُ والنِزاعاتُ الطائِفيةُ والمذهَبيةُ، والتَحريضاتُ الأجنبيَّةُ المُستَمِرةُ، تَعصِفُ مجتمعنا، بِدَعم الأجانب ومِن خِلالِ صُدورِ فتاوَى غَيرمَعقولةٍ، لايَقبلُها الإنسانُ ولا الشَرعُ، حتَّى أدَّت إلى تَدخُلاتٍ عَسكريةٍ وأجنَبيَّةٍ، وضَاعَفت مِن خَطرِ تَقسيمِ المُجتمَعاتِ الإسلاميَّةِ، وأوصلَتها إلى حافَّةِ التَّجزِئةِ والإنهيارِ. وهَذا مَا كانَ يُخطِطٌ لهُ أعداءُ الإسلامِ مُنذُ أمدٍ بَعيدٍ، ويَتحيَّنوا الفُرَصَ لِتحقِيقهِ حتَّى يَومِنا هذا.
وَما أكثرَ التحَذيراتُ التي أطلَقها العُظماءُ وَالمُصلِحونَ، مُحذِّرينَ الأُمَّةَ مِن الوُقوعِ في شِراكِ هذه الفِتَن التي لاتُحمدُ عُقبَاهَا... .
أنتُم تُشاهِدونَ ما يَجري يومياً في العِراقِ وأفغانِستانَ وسوريا وفَلسطينَ المُحتَلة، وأخيراً مِصر. فَما هي الصُورةُ في كُلِ هذهِ البُلدان؟ ولِماذا نَحنُ ومِنطَقَتِنا إبتـُلينا بهذه المأسَاة؟ ومَن هُو المُسَبِبُ الحَقيقيُ لَها؟ ومَن هُو الرابِحُ والخَاسِرُ في مثلِ هذهِ الحالةِ؟ وهَل بَاتَ أدنى شكٍّ في وُجودِ أصَابعِ الأعداءِ، وبالتَحديدِ أمرِيكا ورَبيبَها اللاشرعي، الكيانُ الصُهيُونيِّ في تأجيجِ كُلِ هذهِ الفِتَنِ، تَحتَ مِظلةِ إرسالِ المُساعَداتِ المَاليةِ والتَدريباتِ العَسكريةِ، والدعمِ اللوجِستي الخَفي، لإثارةِ كُلِ هذهِ الأحداثِ الدَّاميةِ؟ وَهانَحنُ وإيَّاكُم نُشاهِدُ يَومياً إثارةَ الفِتنِ الخطيرةِ والإباداتِ والإقتتالِ بَينَ الأخوةِ وبينَ أتباعِ الدِّيانةِ الواحِدةِ، بَل وحتَّى القومِيةِ الوَاحدةِ!!! .... .
فَهل فَكّرنا لِماذا كُلَ هذا القَتلُ والدَّمارُ؟ ومَن المَسؤولِ عن إراقَةِ كُلِ هذهِ الدِّماءِ البَريئةِ؟
إذاً لامَناصَ لَنا، إلاَّ أن نُفَكِّرَ بِحلولٍ ناجِعةً،... فَهل أصبَحنا عاجِزينَ عن حَلِ مثل هذهِ المَشاكلِ دونَ التَدخُلاتِ الأجنبيةِ وأعداءِ الإسلامِ؟
لَقد شاهَدتُم ما فَعلوا بِالعراقِ وأفغانستانَ بِذَريعةِ إسقاطِ نِظامَينِ دِيكتاتوِريَينِ، ومُحارَبةِ الإرهابِ، لكنَّهُم دَمَّروا كُلِ البُنى التَحتيةِ لهذَينِ البَلدَينِ المُسلِمَينِ. واستَمرَّ الدَّمارُ والقَتلُ الجَماعيُّ في أفغانستانَ وعلى يَدِ جَماعةِ طالبانَ المُتطَرِفةِ لأكثرَ مِن عَقدَينِ، وَمازالَ الشَعبُ الأفغانيُّ يَدفعُ دَمَهُ، ثمَناً للتَعصُّباتِ الجاهِليةِ التي تَتحلَى بِها هذهِ الجَماعةُ المُتطَرِفةُ، دونَ أن يَتطَرق المَسؤولُونَ الأفغان، إلى حُلولٍ جَذريَّةٍ، تُنهي النَزيفَ الدَّموِي، وتَضعُ حداً لِكُلِّ الأعمَالِ الإرهابيَّةِ التي تُرتَكبُ تَحتَ غِطاءٍ دينيٍّ وَبفَتاوَى مَعلومَةِ الحَال....
وَلم تَكُن الجَارةُ باكِستانَ بِمَنأى عنِ جَرائمِ هذهِ الجَماعةِ المُتطَرِفةِ، بَل وَزادَت السَّاحةُ البَاكِستانيَّةُ مَأساةً اُخرَى هيَ مُهاجَمةُ الأبرِياءَ والعُزَّلَ بالطَّائراتِ الأمريكيَّةِ بِدونِ طَيَّارٍ، بَينَ الحينِ والآخَر، وَتحتَ غِطاءِ مُحارَبةِ الإرهابِ ومُلاحَقةِ الإرهابييِّنَ. وَظلَّ الشَعبُ البَاكِستانيُّ المُسلِمُ هوَ الآخَرُ، رَهِينةَ هذهِ الهجَماتِ الإرهابِيةَ حتَّى اليَومَ.
وقَد تَكررَ السِيناريُو نَفسُهُ في العِراقِ، وهَاهوَ اليَومَ وبَعدَ حَوالَي عَشرةَ اعوامٍ مِن تَشكيلِ حُكومةٍ وبَرلَمانٍ عَبرَ إنتِخابَاتٍ شَعبيَّةً شامِلَةً، نَجِدُ المَجمُوعاتِ التَكفيريَّةَ تَعيثُ فيهِ وفي شَعبهِ وَخَيراتِهِ فَساداً، وتَقتُلُ الحَرثَ والنَّسلَ عَبرَ إستِخدَامِ السَّياراتِ المُفَخَخَةَ المُهداةِ مِن قِبَلِ الجَماعاتِ التَكفيريَّةِ، وشُيوخَها المُتطَرفِينَ مِن هُنا وهُناكَ.
إنظُروا مَاذا فَعلوا بسوريا ـ جبهة المقاومة و الصمود ـ التي لَم يُوَقِّع أيّاً مِن زُعَمائِها أيَّ إتفاقِيةً مُذِلَّةٍ معَ الكيانِ الصُهيوني المُحتلِ للقُدسِ، ولَم يَستسلِموا لَهُ، و احتضنت المقاومة و رجالها و وقفت الي جانب المقاومة بكلّ شجاعة، أنظُروا كَيفَ عَبثوا فِيها؟!!! ...
بدايةً إتَّهمُوا النِّظامَ السوريَّ و زَعَموا أنهُ يَسحقُ إرادةَ شَعبهِ، وَلايُلبِّي طَلَباتِهِ وَيَجبُ إسقاطُهُ، و جمعوا كيدهم و احضروا جُناتهم، لكِن بَعد كُلِّ هذا التَّكالُب الإقليمي والغربيّ علَى سوريا، لَم يَتمكنُّوا مِن فَصلِ الشَعبِ عَن حكُومَتهِ، بَل وجَدوا الشَعبَ واقِفاً بِكلِّ صَلابَةٍ وصُمودٍ أمامَ الجَماعاتِ التَكفيريَّةِ ومَن يُمَوِّلُها مِنَ الخَارجِ عَسكريّاُ ومَاديَاً؟
ولَن تَختلفُ مِصرَ هذهِ الأيامِ عَن الأوضاعِ السُوريةِ الحاليةِ أيضاً، فالشَعبُ الَّذي قاومَ الظُلمَ والحِرمانَ والمَشاقَّ والدِّيكتاتوريَةَ لِأكثرِ مِن ثلاثينَ عاماً، مَا أن تَوَصَّلَ إلى صِيغةٍ شَرعيةٍ جَديدةٍ في السِياسةِ والحُكمِ، حتَّى عَبثوا في صفوفهِ ومَزَّقُوهُ إلى كُتَلٍ وتَياراتٍ خَطيرةٍ، لِتَسودَ هذا البَلدِ الثوري، فُوضَى وحروبٌ داخِليةٌ ويَستَمِرُ نَزفُ الدمُ، إثر الإقتتالِ الداخِلي، ويَبقى الكيانُ الصُهيونيُّ، يَهنأُ بالأمنِ والعَيشِ الرَّغيدِ.
فَلو افتَرضنَا صِحةَ مَزاعِمِهُم حَولَ الحُكومةِ السُوريةِ، فَما ذَنبُ الرَّئيسِ المصري مُحمَّد مُرسي؟ ألَم يَصِل إلى السُّلطةِ مِن خِلالِ إنتخابَاتٍ نَزِيهَةً، ومُشارَكةً شَعبيةً وَاسِعةً العامِ المَاضِي؟ فَلِماذا إستَخدَموا كُلَ انواعِ التَحريضِ وإثارَةِ الفِتَنِ في مِصرَ، وافتَعلوا فِيها المَشاكِلَ الداخليةً، سِياسيَّةً وإقتصاديةً ومَذهبيةً، حتَّى أطاحُوا بِنظامِها الشَرعيّ؟
والأَمرُ الذي يَحُزُّ في النَفسِ أكثرَ مِن كُلِ شيئٍ، هُو أنَّ بَعضَ الدولِ الإسلاميةِ وبَدلاً مِن دَعمِ الجَماعةِ أو التَّيارِ الإسلامي الذي وَصلَ إلى السُلطةِ بِشَكلٍ شَرعيٍّ، راحَت تَبعثُ بَرقياتِ تَهنِئَةٍ للمُنقلبِينَ عَلى الشَرعيةِ، ولَم تكتفِ بذلك، بَل زَادَت مِن دَعمِها المالِي والسِياسي لِلخارجِينَ علَى الشَرعيةِ. وعَليها اليَومَ أن تَقولَ مَا الذَنبُ الذي إرتَكبَهُ مُرسي حتَّى يَتعامَلوا مَعهُ بِهذهِ الطَّريقَةِ؟
أمَا آنَ الأوَانُ لِنَتَساءَلَ لِماذا وَكيفَ لَحَقَ كُلُ هذا الدَّمارُ بِهذهِ الدُّولِ التي تُعتَبَرُ قَلبُ العَالَمِ الإسلامِي وَمَصدَرُ خَيراتِهِ وَ ثَرواتِهِ؟!!!... ألَم يَحِن الوَقتُ لِنُفَكِّرَ بِأنَّ الَّذينَ يُسَلِّحونَ هذهِ الجَماعاتِ هُم مِن مُؤيدِي الإسلامَ وَمُناصِري المُسلِمينَ، أَم إنَّهُم أعداءُ الإسلامِ وَالمُسلِمينَ؟...
أمَا آنَ الأوَانُ لِتَصحوَا الشُعوبُ الإسلاميَّةُ؟ ألَم تُوقِظُنا إرشادَاتُ مُرشِدِ الثَّورةِ الإسلامِيةِ الإيرانيَّةِ الَّذي طَالَما أكَدَ بِعدَمِ إعتِمادِ المَشارِيعِ الَّتي تُقَدِّمُها أو تَدعَمُها أمرِيكا بِشَكلٍ أو بِآخَر؟
وَبِدَورِنا، نُؤكِدُ أنَّ المَجمَعَ العَالميَّ لأهلِ البَيت عَليهُم السَلام يَرى مِنَ الأفضلِ أن تَجتَمِعَ الشَّخصياتُ و زَعاماتُ الدُّوَلِ الإسلاميةِ في مِثلِ هذهِ الإجتِماعَاتِ لِدَرءِ الفِتَنِ وحَلِ المَشاكِلِ الَّتي عَلقَت بِمصرَ وَباقِي الشُّعوبِ والمَناطِقِ الإسلامِيةِ المُضطَرِبَةِ لِتُخَلِّصَها مِنَ الأزمَاتِ المُفتَعلَةِ، وَذلكَ مِن خِلالِ التَّوافُقِ والمُواءمَةِ الفِكريةِ والقَلبيَّةِ وَالأَخذِ بِيَدِ الآخَرِ، لِتَحقيقِ وَحدةٍ سياسيةٍ دينيةٍ، تَدعمُ التَضامُنَ الوَطنيّ لِلمُسلِمينَ وتَدرَأُ عَنهُم المَشاكِلَ والأخطارَ والتَهديداتِ الرَّاهِنةِ.
فَالمَجمَعُ العَالَميُّ لأهلِ البَيت عَليهُم السَلام يَرى مِن الضَرورِي تَواصُلَ المَذاهِبِ والمَدارِسِ الإسلاميَّةِ، لِنَتمَكَّنَ مِن إيجادِ أرضيَّةِ الحِوارِ البَنَّاءِ، وَمِن ثُمَّ عَقدُ إجتِماعَاتٍ تَفصِيليَّةٍ لِلعمَل عَلى نَبذِ التَحريضاتِ ودَرءِ الفِتَنِ، ونَخطُوَ خُطواتٍ جَبَّارةً في التَصَدي لِلفتاوَى غيرِ الشَرعيةِ، التي تُثيرُ حَفيظَةَ الإنسانِ، ونَعودُ إلى إرشاداتِ وتَوصياتِ ونَصائِحَ العُلماءِ و المُصلحينَ والمُحسنينَ مِن سابِقِ الاُمةِ و حاضِرُها ومُستَقبلُها، لِنتَمكَّنَ مِن تَذليلِ كُلِ هذهِ المَشاكِلِ والعَقَباتِ.
فَقَد شَهدَ العَالَمُ أن الجُمهُورِيةَ الإسلامِيةَ الإيرانِيةَ ومُنذُ قِيامِها دَأبَت عَلى تَكرِيسِ هذا المَنهَجَ وَكانَ مُؤسِسُها الإمامَ الخُمينيُّ الرَّاحِلُ يُصِرُ في بَيانَاتِه لِلدُّوَلِ الإسلامِيةِ عَلى إتِّباعِ هَذا النَّهجِ وَقد سَارَ عَلى دَربِهِ حَتَّى اليَوم، قائِدُ الثَورةِ الإسلامِيةِ آيةُ اللهِ الإمامُ الخامِنِئيُّ (دام ظِلُّه) وَهوَ يُؤكِدُ حتَّى اليَوم، تَعالَوا لِنَحلَّ مَشاكِلَنا دونَ الرُّجوعِ إلى أعداءِ الإسلامِ وَحُلولِهُمُ المُفتَعَلَةِ. خاصَةً وَأنَّ الإسلامَ لَدَيهِ حُلولاُ عَملِيةً وَناجِعَةً لِكُلِّ مَناحِي الحَياةِ، دِينيَّةً كانَت أو إجتِماعِيةً أو سِياسِيةً أو إقتِصادِيةً، لكِنَّ بَعضَ البُلدانِ والأنظِمةِ العَربِيةِ لَم تَتجَاوَب مَع هذهِ النِّداءاتِ، أضِف إلى ذلِك أنَّ أمرِيكا وِالكِيانَ الصُّهيُّونيَّ الغَاصِب وَكُلَ أعداءَ الأُمَةِ الإسلامِيةِ لايُرِيدونَ التَّقارُبَ لِأبناءِ الاُمةِ والتَّعايُشِ بِسَلامٍ.
لَقد شَاهَدتُم كَيفَ جَعلَ الإمامُ الخُمينيُّ الرَّاحِلُ قَضيةَ القُدسِ، القَضية َالاُولى لِلمُسلِمينَ وَطَلبَ مِن كُلِّ المُسلمِينَ أن يُوَّحِدوا كُلَّ قِواهُم، ليَقطَعوا المَخالِبَ الإسرائِيليَّةَ والأيادِي الدَّاعِمَةَ لَها مِن بِلادِ المُسلمِينَ. لكِن وَمعَ بَالِغِ الأسَفِ وَرُغمَ إستِعدَادَ الشَّعبِ الإيرانِي وَ كذلِك باقِي الشُّعوبِ الإسلامِيةِ لِلوقُوفِ مِثلَ هذهِ الوَقفَةَ المُشَّرِّفَةَ، إلاَّ أنَّ بَعضَ الدُّوَلِ الإسلامِيةِ تَخشَى مِن ذلِك، وَالبَعضُ الآخَر لاتُريدُ تَحقيقَ مِثلَ هذهِ الوَقفَةَ.
وَهُنا أرَى مِنَ الضَرورِي أن اُؤكِدَ لكُم أصحابَ الفَضِيلةِ وَالسَعادَةِ، أن المَجمَعَ العَالَميَّ لأهلِ البَيت عَليهِمُ السَلامُ يُعلِنُ إستِعدَادَهُ الكامِلَ لِلتَّعاوُنِ وَالتَّنسِيقِ وَالمُوَاءَمَةِ القَلبِيةِ وَالفِكرِيَّةِ لِتَحقِيقِ الوَحدَةِ الإسلامِيةِ، عَسى أن يَرزُقَنا اللهُ لِنكونَ مِصدَاقاً لِلآيةِ الكَرِيمَةِ: "وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ " ونَستَمِرَّ بِتَطبِيقِ الشَّرِيعَةِ الإسلامِيةِ الَّتي جَاءَت رَحمَةً لِلعَالَمِينَ، لِنَكونَ مِصدَاقاً لِلأُمَّةِ النَّموذَجِيَّةِ وَالمُوَحِدَةِ الَّتي وَصَفَها اللهُ بِالقَولِ:"إنَّ هذهِ أُمَّتُكم أُمةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمُ فَأعبُدونِ"، لِنَستَعيدَ ذلِك المَجدُ الشَّامِخُ لِلإسلامِ وَالَّذي أرسَى قَواعِدَهُ الرَّسولُ الأَكرَمُ، وَروَّى المُسلِمونَ وَفي مُقَدِّمَتِهِم أهلُ بَيتِ النَّبيِّ عَلَيهمُ السَلامُ شَجَرَتَهُ علَى مَرِّ التَّارِيخِ، حتَّى تَجَسَدَت تِلكَ الحَضارَةُ الإسلامِيةِ المِعطَاء.
وَفي الخِتامِ، مَرةً اُخرى نُكرِرُ شُكرَنا لِكُلِ الضيوفِ الأعِزاءِ، الَّذينَ لَبَّوا الدَّعوةَ لِحضورِ هذا الحَفلِ، كمَا أتَقدَمُ بالشُكرِ ثانِيةً، إصالَةً عَن نَفسي، ونِيابَة عَن إخوانِي أعضاءِ المَجلسِ الأعلَى لِلمَجمَعِ العَالَمي لأهِلِ البَيت عَليهمُ السَلامُ لِقَبولِ هذهِ الدَّعوةِ راجياً مِنَ العَليِّ القَديرِ، أَن يَكشِفَ كُلَ هذهِ المَشاكِلَ والأخطارَ عَن المُسلِمينَ، لِتَبقَى الاُمةُ الإسلامِيةِ مَنيعَةً عَزيزةً، ويَزيدُ في عِزةِ وعَظَمَةِ الإسلامِ... إنَّهُ سَميعٌ مُجيبٌ.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
SOLAWAT

No comments:

Post a Comment