Sunday, 30 June 2013

KENYATAAN-KENYATAAN REAKSI TERHADAP KEGANASAN,FITNAH DAN PROVOKASI PENGGANAS TAKFIRI KHAWARIJ ZAMAN KE ATAS WARGA SYIAH YANG DIZALIMI


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
##AWAS CAMPURTANGAN HECKER YANG MEMASUKKAN BAHAN YANG TIDAK DIINGINI DI RUANGAN KEINDAHAN CIPTAAN ALLAH###
Ayatullah Sayyid Ahmad Khatami:
 Syiah Mampu Menjadikan Hari Wahabi menjadi Gelap Gulita

Kepada seluruh kelompok takfiri diseluruh dunia. Saya katakan kepada kalian, "Dengarkan perkataan ini! Marjaiat Syiah memiliki kekuatan fatwa, yang ketaatan kepada fatwa mereka adalah kewajiban syar'i. Jika kalian melanjutkan tindakan-tindakan kesyetanan kalian, maka Maraji Syiah akan ikut masuk dalam medan yang akan merubah hari kalian menjadi gelap gulita. Pikirkan, apakah kalian punya kekuatan?"


 Syiah Mampu Menjadikan Hari Wahabi menjadi Gelap Gulita
Menurut Kantor Berita ABNA, serangan terhadap warga Syiah Mesir yang sedang mengadakan majelis suka cita merayakan peringatan kelahiran Imam Mahdi as pada malam Nishfu Sya'ban yang merenggut nyawa Syaikh Hasan Shatah ulama besar Islam Syiah di negara tersebut oleh sejumlah massa Salafi Takfiri telah meninggalkan luka mendalam bagi para pengikut Syiah dan mereka yang mencintai kedamaian dan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Untuk mencari akar penyebab keberadaan kelompok takfiri dalam dunia Islam yang berpotensi memecah belah ummat, sejumlah ulama besar Islam yang tergabung dalam Majma Jahani Ahlul Bait as, Markaz Mudiriyat Hauzah Ilmiah Qom, Universitas Internasional al Mustafa dan Lembaga Pendekatan Mazhab-mazhab Islam menyelenggarakan dialog bersama.
Acara tersebut berlangsung malam Jum'at (27/6) dengan dihadiri beberapa ulama marja taklid diantaranya, Ayatullah Makarim Shirazi, Ayatullah Nuri Hamadani, Ayatullah Ja'far Subhani, Ayatullah Ibrahim Amini, Syaikh Hasan Shafi dan perwakilan dari Ayatullah Shafi Ghulpaghani, Ayatullah Wahid Khurasani. Pada kesempatan tersebut, Ayatullah Sayyid Ahmad Khatami menyampaikan orasinya.
Berikut beberapa poin penting dari penyampaian salah seorang angota Dewan Syura Majma Jahani Ahlul Bait tersebut.
-      Setiap hari kita mendengar berita yang menyesakkan dada yang terjadi disetiap sudut dunia Islam, mengenai pembunuhan dan pembantaian yang dialami kaum muslimin khususnya para pengikut Ahlul Bait. Dari Irak, Suriah, Pakistan sampai yang terbaru di Mesir. Khususnya kejadian yang memilukan di Mesir, jika umat Islam mendiamkannya, maka sama halnya sedang melakukan penantian untuk melihat tindakan yang lebih keji lagi akan terjadi.  
-      Disebutkan, sedang berlangsung peringatan Nishfu Sya'ban disebuah rumah yang dihadiri sekitar 30 orang. Namun tiba-tiba, tanpa diundang, sekitar 2 ribu orang datang dan melakukan penyerangan terhadap rumah tersebut. Dinding rumah dirusak. Dan ulama Syiah yang memiliki program khusus keagamaan di stasiun televisi dan radio-radio sehingga dikenal luas oleh masyarakat Mesir, diseret keluar dari rumah tersebut. Kemudian dibunuh dengan cara yang sangat keji. Bersama dengan Syaikh Hasan Shahatah turut menjadi korban salah seorang saudaranya, dan 3 warga Syiah lainnya. Dan 15 atau 16 orang yang tergabung dalam majelis tersebut mengalami luka-luka.
-      Pembunuhan yang terjadi dalam peristiwa tersebut, bukan yang pertama dan juga bukan yang terakhir. Pembunuhan yang pertama adalah yang dialami Qabil. Yang kemudian sepanjang sejarah terjadi pembunuhan-pembunuhan lainnya. Dan Al-Qur'an telah mengabadikan sebagian diantaranya. Jadi pembunuhan dimasa sekarang juga terjadi, begitu juga dimasa yang akan datang. Al-Qur'an mengisahkan tentang terbunuhnya 40 Nabi dalam satu waktu yang kemudian para pembunuhnya bekerja pada pagi harinya seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Namun dikekinian yang umat Islam hadapi adalah kelompok yang membunuh atas nama Islam. Mereka menyembelih orang atas nama Islam. Mereka adalah kelompok Wahabi Takfiri yang sedang berhadapan dengan Islam Muhammadi.
-      Kami menilai Wahabi dan Ahlus Sunnah adalah dua kelompok yang berbeda dan terpisah. Sebab yang pertama kali menyatakan penentangan terhadap batilnya aqidah Wahabi adalah dari kalangan ulama Ahlus Sunnah. Yang pertama menentang pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahab adalah gurunya sendiri. Bahkan sampai hari ini, kitab-kitab yang ditulis ulama Ahlus Sunnah dalam menentang pemikiran dan keyakinan Wahabi lebih banyak jumlahnya dari yang ditulis oleh ulama-ulama Syiah.
-      Firqah Wahabi dibangun atas dasar kekerasan. Menyebar melalui pemaksaan kehendak dan penumpahan darah-darah umat manusia yang tidak berdosa. Sepanjang sejarah mereka telah mencoreng wajah umat Islam dengan tindakan dan aksi anarkis mereka. Saya akan menyebutkan salah satu diantaranya: Pada peringatan Hari Ghaidir tahun 1216 HQ. Para pecinta Ahlul Bait larut dalam peringatan ditetapkannya Imam Ali as sebagai imam atas kaum muslimin di kota Karbala. Namun sekitar 12 ribu orang dari Wahabi menyerang Karbala dan membunuhi mereka yang tidak bersenjata dan tanpa pembelaan. Banyak dari mereka yang meninggal dari kalangan anak-anak dan orang-orang yang lemah. Mereka dibunuh hanya karena menampakkan kecintaannya kepada Ahlul Bait as secara terbuka.
-      Contoh dari kekejian mereka tersebut kembali berulang pada hari ini. Mereka dengan mudahnya meneriakkan takbir sambil mengunyah jantung orang yang baru saja mereka bunuh dan mereka bangga menampakkan dan menyiarkannya kepada seluruh dunia. Mereka menyerang rumah-rumah dan membunuhi semua anggota keluarga yang mereka temui hatta anak-anak yang masih bayi sekalipun. Apakah semua aksi-aksi keji dan biadab tersebut terjadi begitu saja tanpa ada pemicunya?.
-      Ada tiga kelompok pelaku semua tindakan keji tersebut.
Pertama, adalah kelompok awam. Mereka terkena provokasi dari kelompok yang mereka anggap alim dan ulama. Otak mereka dicuci dan diisi dengan doktrin-doktrin permusuhan terhadap Syiah. Kepada mereka dikatakan, barang siapa yang membunuh Syiah, maka kelak ketika wafat ia akan langsung masuk surga dan akan menjadi tamu istimewanya Nabi Muhammad Saw.  
Kedua, kelompok ulama dan mufti Wahabi. Mufti yang sedemikian mudahnya mengeluarkan fatwa-fatwa menghalalkan tumpahnya darah seseorang. Sementara Allah SWT berfirman dalam surah an Nisa' ayat 94, "" وَلاَ تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلاَمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا" yang artinya, "…dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia…". Mereka tidak hanya menentang ayat tersebut namun juga melenceng dari sunnah dan petunjuk Nabi  Saw. Diriwayatkan dari kitab Ahlus Sunnah sendiri, dalam kitab Kanzul 'Amal jilid 3 hal. 365 disebutkan Nabi Saw bersabda, "Barang siapa menyatakan kafir kepada seseorang yang ahli La ila haillallah, maka sesungguhnya dialah yang lebih mendekati kekafiran." Dari kitab yang sama, diriwayatkan juga Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang mengkafirkan muslim lainnya, jika tidak benar, maka kekafiran akan kembali kepada dirinya."
Ketiga, tidak diragukan lagi, pelaku utamanya adalah AS dan Zionis. Untuk mencegah terjadinya kebangkitan Islam mereka menjadi dalang dibalik terpecah-pecahnya kaum musliminin. Dari yang paling ekstrim sampai yang paling liberal.
-      Mengapa orang-orang Syiah dibunuh?. Jawaban atas pertanyaan ini telah tercantum dalam Al-Qur'an surah al Buruuj ayat 8. "وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيد" yang artinya, "Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji..". Balasan bagi mereka yang beriman, bagi para pengikut Ahlul Bait as adalah ini, sekarang dan yang akan datang. Mereka akan selalu mendapat permusuhan dan kebencian dari mereka yang memisahkan Al-Qur'an dari Ahlul Bait as dan mencoba untuk mereka pahami dan tafsirkan sendiri. Dan Syiah dua pusaka itulah yang menjadi kebanggaannya, Al-Qur'an dan Itrah Nabi Saw. Memahami Al-Qur'an sebagaimana Ahlul Bait memahaminya.
-      Syaikh Hasan Shahatah beserta saudaranya, senantiasa secara terbuka membanggakan mazhab pilihannya. Diantara wawancaranya yang terakhir, Syaikh Shahatah mengatakan, "Saya bersyukur kepada Allah SWT yang membuat hidupku sedemikian manis dan indah, karena kecintaan kepada Ahlul Bait as. Ayah saya telah membesarkan saya dengan kecintaan kepada Imam Ali as, kecintaan kepada Fatimah az Zahrah as dan Ahlul Bait as." Meskipun Syaikh Shahatah meninggal dengan cara yang mengenaskan, namun ia tetap hidup sebagai seorang syahid. Insya Allah.
-      Pemerintah Mesir, Presiden dan Perdana Menterinya mengecam dan mengutuk kejadian tersebut. Namun itu tidak cukup. Telah ada lima korban jiwa yang terenggut. Dan itu harus diselesaikan secara hukum. Pembunuhnya harus diproses hukum dan mendapat balasan setimpal. Kepada pemerintah Mesir saya mengatakan, kecintaan rakyat Mesir kepada Ahlul Bait telah berlangsung 1.400 tahun lamanya. Karenanya jangan melakukan tindakan semena-mena kepada para pecinta dan pengikut Ahlul Bait.
Pesan Penting kepada Kelompok Takfiri
Kepada seluruh kelompok takfiri diseluruh dunia. Saya katakan kepada kalian, "Dengarkan perkataan ini! Marjaiat Syiah memiliki kekuatan fatwa, yang ketaatan kepada fatwa mereka adalah kewajiban syar'i. Jika kalian melanjutkan tindakan-tindakan kesyetanan kalian, maka Maraji Syiah akan ikut masuk dalam medan yang akan merubah hari kalian menjadi gelap gulita. Pikirkan, apakah kalian punya kekuatan?"
Namun ulama marja taklid kami adalah orang yang cerdas dan berwawasan luas, yang tidak akan mudah tertipu dan terpedaya oleh permainan dan tipuan musuh. Mereka melihat ini adalah medan konspirasi Amerika yang menghendaki Sunni membunuhi Syiah, dan Syiah membunuhi Sunni yang kemudian secara luas terjadi perang dan pertumpahan darah antara Sunni dan Syiah. Musuh Sunni dan Syiah adalah kelompok takfiri. Kekejian dan kebiadaban takfiri juga dikecam oleh kelompok Ahlus Sunnah.
Seruan kepada Ulama Ahlus Sunnah
Dengan penuh rasa penghormatan saya menyampaikan seruan kepada ulama Ahlus Sunnah baik yang di Iran maupun diseluruh dunia Islam.
Kami mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam, atas kecaman kalian atas kejadian pembongkaran dan pelecehan makam sahabat Nabi Saw Hujr bin 'Adii. Yang menunjukkan kepedulian dan perhatian kalian. Dan kamipun menjadi saksi bahwa ulama-ulama besar Ahlus Sunnah mengecam dan mengutuk perbuatab biadab dan kurang ajar tersebut.
Kami bertanya kepada ulama Ahlus Sunnah –baik yang di Iran maupun yang diluar Iran-, Apa tindakan tersebut sebab atau akibat?. Sudah dipastikan jawabannya adalah, kekejian tersebut adalah akibat dari buah pemikiran Wahabi, buah dari pemikiran takfiri. Tunjukkanlah keberanian kalian dan mulailah perlawanan terhadap akar penyebabnya. Sebagaimana keberanian yang pernah ditunjukkan ulama-ulama Syiah terhadap sekte buatan Ingrris yang bernama 'Bahai" yang hendak mencemarkan dan menodai Syiah. Semua ulama Syiah memfatwakan, mereka pengikut Bahai adalah kafir, najis dan tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Syiah dalam bentuk apapun. Dengan adanya fatwa tersebut, Bahai jadi tidak memiliki pengaruh sama sekali.
Keberanian yang seperti ini yang kami nantikan dari Ulama Ahlu Sunnah bahwa mereka seia sekata menyerukan bahwa paham Wahabi dan takfiri sama sekali tidak memiliki sangkut paut dengan Islam. Merekalah yang merusak Islam. Mereka juga hendak merusak Ahlus Sunnah. Mari bersama memenuhi panggilan Islam, panggilan agama dengan penuh kecintaan dan bersama memerangi akar penyebabnya, bukan disibukkan mengurusi akibat-akibat yang tampak dipermukaan.

خاتمي مخاطباً أصحاب الفتاوى التكفيرية: مراجع الشيعة قادرون على استخدام اسلوبکم ولکن...

تطرق هذا العضو للهیئة العلیا للمجمع العالمي لأهل البیت(ع) إلى تفاصيل مجزرة الجيزة في مصر وقال: إن السلفيين والمجموعات التكفيرية هم من نسل اولئك الذين اقدموا على قتل الإمام الحسين بن علي ـ عليهما السلام ـ بنية القربة الى الله تعالى، ولکن لقد علّمنا أئمتنا ـ علیهم السلام ـ منزلة الشهادة تعد كرامة وفخر لأتباع آل البیت(ع) منهم الشیخ حسن شحاتة وأخوه ورفاقه. 

 خاتمي مخاطباً أصحاب الفتاوى التكفيرية: مراجع الشيعة قادرون على استخدام اسلوبکم ولکن...
وفقاً لما أفادته وکالة أهل البیت(ع) للأنباء ـ ابنا ـ بعد مجزرة الجیزة واستشهاد «العلامة الشيخ حسن شحاتة» وعدد من الشيعة المصريين بطریقة بشعة بید مجموعة تكفيرية ضالة، أقيم يوم الخميس 27/ 6/2013 في مدينة قم المقدسة حفلاً تابينياً علی روح الشهداء.
أقیم هذا الحفل من قبل بعض المؤسسات الدينية الإیرانیة والدولیة ـ من ضمنها المجمع العالمي لأهل البيت(ع) ـ في مقام السیدة معصومة(ع) وقد حضر الحفل حشود غفيرة من المواطنين ومراجع الدين وعدد من كبار العلماء وطلاب الحوزة العلمية.
وقد ألقى فیه «سماحة آية الله السيد أحمد خاتمي» كلمة بهذه المناسبة الأليمة، حيث تطرق فيها إلى قتل الأبریاء عبر التاریخ وأشار إلی الفرق بین جرائم الوهابیة والسلفیة و جرائم الآخرین قائلاً: الفرق بینهما أننا نواجه اليوم شرذمة يقتلون الأبرياء باسم الاسلام ويغيرون على الممتلكات والاعراض باسم الدین والتوحید.
تطرق هذا العضو للهیئة العلیا للمجمع العالمي لأهل البیت(ع) إلى تفاصيل مجزرة الجيزة في مصر وقال: إن السلفيين والمجموعات التكفيرية هم من نسل اولئك الذين اقدموا على قتل الإمام الحسين بن علي ـ عليهما السلام ـ بنية القربة الى الله تعالى، ولکن لقد علّمنا أئمتنا ـ علیهم السلام ـ منزلة الشهادة تعد كرامة وفخر لأتباع آل البیت(ع) منهم الشیخ حسن شحاتة وأخوه ورفاقه الذین استشهدوا مظلومین.
ثم قرأ خاتمي الآیة الـ94 من سورة النساء: " وَلاَ تَقُولُوا لِمَن أَلقَى إلَيكُمُ السَّلاَمَ لَستَ مُؤمِنًا تَبتَغُونَ عَرَضَ الحَياةِ الدُّنيَا ..."، وکذلك حدیثین نبویین من کتاب کنز العمال: "كفّوا عن أهل لا إله إلا الله لا تكفّروهم بذنب، فمن أكفر أهل لا إله إلا الله فهو إلى الكفر أقرب" و "أیما رجل مسلم کفر رجلاً مسلماً فإن کافراً والاکان هو الکافر" وقال: هذه الآیات والأحادیث النبوية التي تؤكد على حرمة تكفير المؤمنين شاهدة علی أن علماء الوهابية يفتون بخلاف ما أوصى به نبينا الأكرم(ص)، فهم يفتون بقتل الشيعة بكل سهولة في حين لايجوز بصريح القرآن والسنة قتل من نطق بكلمة لااله الا الله.
أکد خاتمي علی أن الوهابية فرقة اُسّست علی القتل وبدأت نشاطها من اليوم الاول بالجرائم البشعة، فأشار إلى قيام عصابات وهابية تضم 12 ألف وهابي على حين غرة في 20 نيسان ـ أبريل 1802 م. على اجتياح مدينة كربلاء واستباحة دماء أبنائها وأموالها وقتل مالايقل عن ثلاثة آلاف شخص بريء.
وأشار سماحته إلی أسباب الفتنة الطائفیة في العراق والباکستان ولبنان وسوریا وأخیراً مصر وقال: السبب الأول هؤلاء القتلة الشباب والسذج الذین يتعرضون لغسيل للمخ، ولکن السبب الأقوی من المباشر هو الفتاوى التكفيرية التي يطلقها علماء الوهابية للتحريض على القتل وهي تعد السبب الأساسي وراء سفك دماء المسلمين في البلاد المختلفة.
كما وجه سماحته خطابه إلى الفقهاء والسلفين التكفيرين قائلاً: إن علماء ومراجع الشيعة قادرون على استخدام هذا الاسلوب والرد بالمثل وإصدار الفتاوى، إلا أنها تنأى بنفسها أن تكون لعبة بيد أعداء الإسلام وهي تعلم أن أعداء الإسلام وأمريكا تسعى لزرع الفتنة والاقتتال بين السنة والشيعة.

وأضاف السيد الخاتمي: يجب أن نفرق بين أهل السنة وأهل الوهابیة فالسنة إخوتنا کما نعلم ان أول من تصدى للوهابية هم أهل السنة وإلى اليوم فإن ما كتب ضد الحركة السلفیة والفکر الوهابي بقلم علماء المذاهب الأربعة السنة أكثر مما كتب من قبل علماء الشیعة.
وأشار سماحته إلى المؤامرة التي تحاك من قبل أعداء الاسلام ضد الصحوة الإسلامية قائلاً: إن أمريكا وإسرائيل تسعيان اليوم لزرع الفتنة بين المؤمنين وإراقة دماء المسلمين بيد المسلمين، ودعم الإسلام المتطرف وإسلام العنف والقتل مقابل الإسلام المحمدي الأصیل و الإسلام المعتدل.
وفي الختام شكر عضو الهيئة العليا للمجمع العالمي لأهل البيت(ع) السيد أحمد خاتمي علماء أهل السنة في إيران والعالم الإسلامي الذين أدانوا هذه الجریمة النکراء وأیضاً جریمة نبش قبر الصحابي الجليل "حجر بن عدي" ودعاهم إلی طرد الحرکة الوهابیة کما قام علماء الشيعة إلى التصدي وطرد الحركة البهائية التي أوجدها الاستعمار الانجليزي في القرن الماضي.
وقال خاتمي مخاطباً أصحاب المنابر والفتوی من أهل السنة والجماعة: أیها العلماء الکبار! عليکم ان تتشجعوا في تصديکم إلى العلة الاصلية للفتنة ـ أي الوهابية ـ وأن تعلنوا للناس ان الوهابية لا تمت إلى الإسلام بصلة.   
الجدیر بالذکر حضر في مجلس تأبین الشهید شحاتة وشهداء الجیزة کل من «سماحة آیة الله الشیخ مکارم الشیرازي» و«سماحة آیة الله الشیخ جعفر السبحاني» و«سماحة آیة الله الشیخ النوري الهمداني» من مراجع التقلید لشیعة العالم، کما شارك فیه أساتذة الحوزة العلمیة من إیران والعراق ومصر والدول الأخری.

.........................
انتهى / 214 ـ 101
مواضیع ذات صلة: 
بالصور / تمثيل بجثة «الشيخ حسن شحاته» بعد استشهاده على أيدي التكفيريين (18+)
فیدیو: المقطع الکامل للاعتداء الوحشي علی شیعة مصر والتنکیل بأجساد الشهداء (18+)
هناك لائحة اغتيالات لقيادات الشيعة في مصر
الرئاسة المصرية تدين مقتل المسلمين الشيعة على يد التكفيريين
فتح تحقيق حول استشهاد «الشيخ حسن شحاتة» بقرية "ابو مسلم" المصرية
ادعی شیخ سلفي: الرئيس مرسي أبلغ "مجلس شورى العلماء" بمكافحة بؤرة للتشيع في مصر!
"العفو الدولية" تدعو الرئيس المصري للتصدي للعنف الطائفي ضد المسلمين الشيعة
آیة الله الصافي: العجب من مصر / اشکو إلی الله الوضع الذي يعيشه المسلمون
آیة الله الحکیم: نستنكر الاعتداء الارهابي على الابرياء من محبي أهل البيت(ع)
آية الله الروحاني: هکذا جرائم لم تكن تحصل حتى في ظل حكومة الجور لحسني مبارك
آیة الله سبحاني: لو لم ينهض العلماء ستمتد مخالب التکفیریین لتنهش لحوم الناس
آیة الله کمال الحیدري: نحمل السلطات المصرية المسؤولية ونطالبها بحماية أتباع أهل البيت(ع)
آیة الله خاتمي مخاطباً التكفيريین: مرجعیة الشيعة قادرون على استخدام اسلوبکم ولکن...
آية الله هادوي طهراني: ان استشهاد "الشیخ شحاتة" سيشكل باكورة صحوة جديدة في مصر


 Grand Ayatollah 'Makarem Shirazi' Condemned Shia killing in Egypt

A prominent Iranian cleric has strongly condemned the recent killing of Shia Muslims in Egypt, saying that Takfiri extremists are seriously damaging the reputation of Islam and the Muslim world through such vicious actions. 

 Grand Ayatollah


(Ahlul Bayt News Agency) - A prominent Iranian cleric has strongly condemned the recent killing of Shia Muslims in Egypt, saying that Takfiri extremists are seriously damaging the reputation of Islam and the Muslim world through such vicious actions.

“The main problem facing the Muslim world is Salafist Takfiris, who are dealing heavy blows to the pillars of Islam and the reputation and dignity of Muslims worldwide through their brutal actions. They introduce Islam, which is a religion of mercy and kindness, as a religion of violence, bloodshed, cruelty and savagery,” Grand Ayatollah Nasser Makarem Shirazi said in a statement released on Wednesday.

The statement also expressed the readiness of Iranian scholars to hold talks with their Egyptian counterparts in order to foster proximity among various schools of Islam and promote unity among Muslims.

Grand Ayatollah Makarem Shirazi also asked all Muslim scholars not to remain silent on the recent massacre of Shias in Egypt, urging the Egyptian government to spare no efforts to bring those responsible for the crime to justice.

“Unfortunately, Egypt is facing a Zionist plot that seeks to undermine its stability, security and independence. It can spread to the entire region if no proper solution is sought,” the senior Iranian cleric stated.

On Sunday, a group of Takfiri extremists attacked the house of a Shia cleric at a village near Cairo in Giza Province.

The cleric and three of his followers were murdered after the house was surrounded by hundreds of people vowing to kill them for being Shias.

Their bodies were then dragged into the street by Takfiri extremists.

Takfiris believe that only their interpretation of Islam is correct and all other Muslims are unbelievers.

Egyptian Prime Minister Hesham Kandil has denounced the killing of the Shias and said he is closely following the investigation into the incident. He also promised that the culprits would be punished.

The incident comes a week after Salafist clerics insulted Shia Muslims during a demonstration.

The Shia community is being targeted by Salafists, with the support of various countries, especially Saudi Arabia and Qatar.

Shias, who form just one percent of Egypt’s population, are often attacked by extremist groups. 


 Secretary General of Ahlul Bayt World Assembly: "Wahhabi Moftis are the arrogance’s stooges"

“Wahhabi Moftis are the arrogance’s stooges in Muslim countries,” said Head of Ahlul Bayt (A.S) World Assembly. 

 Secretary General of Ahlul Bayt World Assembly: "Wahhabi Moftis are the arrogance’s stooges"
(Ahlul Bayt News Agency) - Incontrovertible evidence shows that “Wahhabi Moftis are, indeed, the arrogance’s stooges in Muslim countries,” said Head of Ahlul Bayt (A.S) World Assembly, Hojjat-ol-Islam Val Moslemin Mohammad Hassan Akhtari.

To Hojjatol Islam Val Moslemin Akhtari, the link between the Wahhabi Muftis and the arrogant world is fully substantiated and it is shouldered by religious scholars to unmask the standing hatched plots. 

The well-versed scholar underscored that the extremists show no respect to religious sanctities including Quran, Mosques or even holy faces. 

“Owing to the Islamic Awakening wave, pervades much of Islamic Ummah, today the school of Ahlalbayt is gaining credence among more and more people,” said the religious pundit. 

“On account of that, the enemies brimmed with the sense of fear, trying their upmost to fulfill their baneful aims,” Head of Ahlul Bayt (A.S) World Assembly underlined. 

In another line of his speech, Hojjat-ol-Islam Val Moslemin Mohammad Hassan Akhtari beckoned to Martyr Mohammad Hoseini Behshti calling him as a man of moral integrity, logic and negotiation. 

The religious thinker beckoned to the features of Martyr Beheshti who never was derelict in his duties and was a real devout religious scholar. 



Tehran Friday Prayer leader condemns slaughter of Shias in Egypt

The leader of this week’s Friday prayers in Tehran has denounced the killing of Shias in Egypt, saying that killing religious scholars is not acceptable at the time when there is much hype about the promotion of human rights in the world. 

 Tehran Friday Prayer leader condemns slaughter of Shias in Egypt

(Ahlul Bayt News Agency) - The leader of this week’s Friday prayers in Tehran has denounced the killing of Shias in Egypt, saying that killing religious scholars is not acceptable at the time when there is much hype about the promotion of human rights in the world. 

Hojjatoleslam Kazem Sediqi made the remarks in an address to worshippers at Friday prayers at the campus of the University of Tehran.

He pointed to the catastrophe in Egypt (in which four Shia Muslims were tortured to death), saying, that catastrophe was the ringing of a hazard alarm for the entire Islamic World, because the world oppressors have been for years introducing the Salafi sect with the music of death, looting, and aggression to the Muslim world (and beyond) in a bid to convince the world nations that Islam is a harsh religion, deprived of sound mentality.

Seddiqi said that the Salafi sect was created with pre-planned incentives, to serve as a part of the seditionist moves against the Muslims.

He added, Aggression, murder and beheading have no place in the world today, and are practices of the remote past and cruelties of barbarian nature, although the occurrence of such catastrophes in some Islamic countries has led to globalizing of the type of Islam that was promoted by the late Imam Khomeini (P), which is another sign of our camps further expansion.  

 Karbala Friday Prayer leader: Egypt's Shia cleric 'Shehata & his followers' are martyrs of blind fanaticism

 Karbala Friday Prayer leader:  Egypt
(Ahlul Bayt News Agency) - Mentioned that the Islamic Supreme Religious Authority condemned the assassination of Sheikh Hasan Shehata and his followers, and described them as the martyrs of the blind fanaticism. They also called the Iraqi politicians for changing their policy regarding Iraq being out of the seventh article.

His eminence mentioned that it’s so bad to hear about such a crime and the al-Azhar Mosque had announced a statement of strongly condemning the awful crime. He also mentioned three issues should be followed towards a better life:

1. All Islamic scholars should confirm the prohibition of shedding blood of any person regardless of being Muslim or is subscribed to another religion. It is one of the important issues of peaceful coexistence and ensuring safe society.

2. All Muslims of any denominations should shed light upon the real manner of Islam and the elements it calls for peaceful coexistence by instilling the needs of security, and promulgating the culture of tolerance among Muslims regardless of their denominations, in addition to avoiding sacrilege in the lectures.

3. There is a political conflict which dragged down many youths into joining armed groups in order to fight seeking power and positions, and all that urged by denominational instigations. It is also considered a social crime which can never be occurred in our societies.

His eminence also wished that the Egyptian people would seek what leads to peaceful coexistence, and never let any sectarian discrimination to be among their denominations.

His eminence thanked those who assisted Iraq to be out of the seventh article which had been very important for the Iraqis to be free of. After Iraq has carried out all the decisions imposed by the Security Council for the crime committed during the X-regime, Iraq has paid for everything bad happened to Kuwait because of it.

He also mentioned that, “We hope it is a great beginning for Iraq to start, and this opportunity should be used in order to recuperate to a better life in our country, laying out plans for development and a great investment, and scientific, cultural, educational and financial progress”

Another issue his eminence shed light upon was that the check points at the entries of Karbala Province were established about 40 kilometers far from the province which caused many pilgrims return home. He also extended his thankfulness to all the security forces, governmental service organizations, Huseinian processions and the employees of the Imam Hussein and El-Abbas holy shrines for the incomparable works and efforts they had offered. 
 Lebanese Senior Cleric: Killing is the biggest sin

“Whoever slays a soul, unless it be for manslaughter or for mischief in the land, it is as though he slew all men” 

 Lebanese Senior Cleric: Killing is the biggest sin
(Ahlul Bayt News Agency) - His Eminence, Sayyed Ali Fadlullah, delivered the two Friday prayer sermons at the Imamain Al-Hassanain Mosque, Shaaban 19th 1434 H. - June, 28th 2013. Several prominent religious scholars, dignitaries and thousands of believers attended the Jumu’a prayer. 

The First Sermon


In the first sermon, His Eminence, Sayyed Ali Fadlullah, talked about the sins of killing. He cited the following Ayah: “Whoever slays a soul, unless it be for manslaughter or for mischief in the land, it is as though he slew all men”. Not only did Islam warn man from the sin of killing, it also considered that the punishment of whoever commits any action that leads to blood shedding, even if it was inciting by words, would receive the same punishment.

Islam considered killing to be lawful in two cases only: The first case is self-defense and the second is to prevent strife. Islam also decreed that the murderer should be killed but only after it is proved beyond any doubt that he has actually committed the crime, and not on the basis of suspicion.

Even fighting for the cause of Allah is a kind of treatment that is resorted to in limited cases only, and even then, one should not use violence except in as far as it is necessary, especially when it comes to civilians.

He said that the Prophet (p.) has rebuked Ussama bin Zaid for killing a man who professed Islam when he was sure that he was about to be killed. The Prophet (p.) asked Ussama about how he knew that the man was not truthful.

Nevertheless, nowadays, some accuse others of being unbelievers, although they pray and fast, just because they hold different political opinions, and then they would spill their blood. This is both mad and frightening, and it has nothing to do with the morals and the rulings of Islam.

Do not these people abide by the Prophet’s saying: “O People, just as you regard this month, this day, this city as Sacred, so regard the life and property of every Muslim as a sacred trust”?

The problem is not in Islam; it is in those who belong to Islam but do not live the truth.

The second sermon

In the second sermon, His Eminence, Sayyed Ali Fadlullah, talked about  the situation in Iraq and Syria and warned against the foreign interference, especially in Syria where the solution is still far ahead, and even when it comes, it will not have the interests of the Syrian people as its first priority.

In Egypt, the Sayyed also warned against the results of the internal confrontation at the end of this month. He called for a national unity government that can stand up to all the internal and external problems.

In Lebanon, the Sayyed thanked God for surviving the plot that was planned to lead the country into internal strife, starting from Saida.

The Sayyed said that he feels sorry for all those who were martyred, especially the Lebanese Army soldiers, and for transferring the mosque into a place for inciting strife. The Sayyed called on the parties not to widen the divisions, but to turn into firemen who put off the sectarian fire.

The Sayyed ended his speech by commemorating the third anniversary of the demise of the late Religious Authority, Sayyed Muhammad Hussein Fadlallah, who filled our life with “spirituality, resistance, reaching out, unity and Jihad”.

He left when we are in most need for him, but this is the will of Allah, and we are sure that the nation he had helped to build by his sacrifice and suffering would remain loyal to him and adhere to his Islamic line that is open to all the Muslim issues of the age we are living. 

 Senior Nigerian Shia Cleric 'Sheikh Zakzaky' Condemns the killing of Shia Schollar in Egypt

The Leader of the Shiite Islamic Movement in Nigeria, his eminence Sheikh Ibraheem Zakzaky condemned the killing of Sheikh Hasan Shahata in Cairo, Egypt by Salafi Takfiri group. 


(Ahlul Bayt News Agency) - The Leader of the Shiite Islamic Movement in Nigeria, his eminence Sheikh Ibraheem Zakzaky condemned the killing of Sheikh Hasan Shahata in Cairo, Egypt by Salafi Takfiri group.

Speaking after weekly Quran interpretation at Husainiyyah Baqiyyatullah Zaria on Wednesday the 26th of June 2013, Sheikh Zakzaky expressed with dismay how can the Takfiri group consider their condemnable actions as Islamic!

On June 23,  hundreds of Takfiris group surrounded and attacked the house of Shia cleric Sheikh Hassan Shahata in the village of Abu Mussalam in Giza Province when the Sheikh with his students were commemorating the birthday anniversary of Imam Mahdi(AJ) in his residence.

Carrying different kind of arms such as sticks, knives, cutlasses, iron rode etc, The Takfiri group  brutally killed  him and three of his followers and dragged their bodies on the streets- an event which generated condemnations from all parts of the world.

Takfiris are the folllowers of Ibn Taimiyyah and Ibn Abdulwahab, they claim that only their interpretation of Islam is correct and believe that all other Muslims are infidels.

 Maliki warns of ‘Sectarian and Takfirisit Fatwas" Threatening Iraq, Region

Iraqi Prime Minister Nuri al-Maliki warned on Saturday of the dangers of sectarian and takfirist fatwas that threaten Iraq and the region, calling on Iraqis to stand united in order to protect the country. 

 Maliki warns of ‘Sectarian and Takfirisit Fatwas" Threatening Iraq, Region
(Ahlul Bayt News Agency) - Iraqi Prime Minister Nuri al-Maliki warned on Saturday of the dangers of sectarian and takfirist fatwas that threaten Iraq and the region, calling on Iraqis to stand united in order to protect the country.

During a central ceremony in Baghdad to celebrate the withdrawal of Iraq from Chapter VII of the UN Security Council, Maliki said that "the most dangerous thing we face is the return of sectarian mobilization and political tension that surround the area with a new storm of murder, fatwas and takfirism.

"Iraq, as well as all states of the region, was not spared from this storm," he stated, calling on Iraqis “to stand united in the face of the storm to mitigate its effects on the country facing the takfirist speech and fatwas of murder and incitement issued here and there in a clear process to tear the fabric of our communities."

The prime minister stressed that "the silence on the fatwas and incitement and sectarian killings is imminent danger that threatens everyone."

Iraqi Prime Minister also noted that "the situation calls upon us to reject the trends and policies that weaken our country for the benefit of this regional party or another," stressing at the same time the establishing of the best and blessed relations with the countries of the region and the world.

Addressing the politicians, Maliki said: "Dear brothers and sisters responsible for building of Iraq, our future depends on our attitude, and we have no choice but to live as loving brothers without turning to rival groups, sects and nationalities."

"Let us reject the speech of sectarianism and sectarians to protect our country and our people from the evil and destruction," he added.

He also appealed to the political currents in the country to sit at the dialogue table to achieve the national reconciliation in order to serve the march of political work in the country.

The ceremony, attended by senior officials, including Vice President Khudair Alkhozai and a large number of ministers and representatives of diplomatic missions to Iraq, was held to celebrate Iraq’s withdrawal from Chapter VII,  which the country had been underwent to it, after the invasion of Saddam Hussein's regime of Kuwait in 1990.




 HRW Severely Accuses Muslim Brotherhood, and Salafi Muftis of Inciting for Killing Shiites

The lynching of four Shia by a mob apparently led by Salafi sheikhs in the village of Abu Musallim in Greater Cairo on June 23, 2013, came after months of anti-Shia hate speech at times involving the ruling Muslim Brotherhood and its political party, Human Rights Watch said. 

 HRW Severely Accuses Muslim Brotherhood, and Salafi Muftis of Inciting for Killing Shiites

(Ahlul Bayt News Agency) - The lynching of four Shia by a mob apparently led by Salafi sheikhs in the village of Abu Musallim in Greater Cairo on June 23, 2013, came after months of anti-Shia hate speech at times involving the ruling Muslim Brotherhood and its political party, Human Rights Watch said. The episode shows that the government needs to recognize that Shia in Egypt are at risk and to take protective measure to ensure their protection and equal rights.

The investigation ordered by President Mohamed Morsy needs to look into the police failure over a period of three hours to intervene to halt the mob attack on a house where a group of Shia had gathered for a religious feast. The investigation also should address the role played by Salafi sheikhs against Shia families in Abu Musallim, Human Rights Watch said. Morsy should state unequivocally that Shia in Egypt have the right to practice their religious beliefs without fear and intimidation, something he has failed to do, Human Rights Watch said.

“The brutal sectarian lynching of four Shia comes after two years of hate speech against the minority religious group, which the Muslim Brotherhood condoned and at times participated in,” said Joe Stork, deputy Middle East director at Human Rights Watch. “This horrific incident in Abu Musallim shows that Shia can’t even gather in the privacy of their homes to celebrate and heightens fear of persecution among all religious minorities in Egypt.”

The anti-Shia hate speech by Salafis, who consider Shia Muslims heretics, and the Muslim Brotherhood has been going on for two years, Human Rights Watch said. Muslim Brotherhood members and officials at Al Azhar, Egypt’s main center of Islamic learning and authority, have publicly called for an end to the spread of Shiism in Egypt.

Human Rights Watch visited the village of Abu Musallim in the governorate of Giza and spoke to three witnesses, including one man who was in the house when it was attacked. Their accounts were supported by video footage of the events on June 23, when 24 Shia residents gathered in a home to celebrate a religious feast, the birth of the Imam Mohammed ibn Hassan al-Mahdi, the twelfth and last imam of Shia Islam. Police later said that on the previous Friday sheikhs from local mosques called for the Shia to be removed from the village.

Some time after 3 p.m., a crowd of over 1,000 people gathered and two Salafi sheikhs were seen making phone calls and apparently directing people. The crowd began hurling stones and Molotov cocktails into the house. Four of the men inside, including the Shia religious leader Sheikh Hassan Shehata, left the house during the attack to protect those who remained inside, including women and children. The crowd attacked, beat, stabbed and lynched the four men. Video footage shows their bloodied lifeless bodies being kicked on the ground and then dragged through the streets.

Witnesses told Human Rights Watch that from the outset three vans of riot police who had been dispatched were stationed nearby but that they failed to intervene to disperse the mob.

The official response to the killings falls far short of what is needed to protect Shia in Egypt from future attack and protect their right to religious freedom, Human Rights Watch said. In a statement issued on June 24, the president’s office condemned the killing and ordered an investigation but failed to mention the fact that the victims were Shia targeted on the basis of their religious beliefs.

As of June 26, police had arrested eight people in connection with the incident. Video footage obtained by newspapers shows clearly the faces of dozens of men involved in the lynching. There has been no announcement of an investigation of the police failure to protect the Shia residents and neither the president nor the prime minister have yet affirmed the right of Shia to religious freedom in Egypt or addressed measures for their protection in the future.

There are no reliable statistics on Egypt’s Shia population. The 2012 US State Department report on religious freedom estimates Egypt’s Shia population to be less than 1 percent, which would be fewer than 830,000.

During the rule of former president Hosni Mubarak, security officials arbitrarily arrested and detained Shia under the emergency law that was in effect for decades solely because of their religious beliefs. Since the 2011 uprising, police have arrested Shia in Cairo and prevented them from celebrating Ashoura, a Shia day of mourning marking the martyrdom of Hussein, grandson of the prophet Mohammed. In July 2012 a criminal court sentenced Mohamed Asfour, a Shia, to prison on charges of defaming Islam entirely on the basis of his Shia beliefs.

The June 23 attack in Abu Musallim did not take place in isolation, Human Rights Watch said. For the past two years Salafi political and religious leaders, members of the Muslim Brotherhood’s Freedom and Justice Party, and Al Azhar have publicly denounced Shia practices, organized conferences “against Shi’ism” and said that they are determined to halt the spread of Shi’ism in Egypt.

“Shia in Egypt have felt increasingly at risk after more than a year of mounting anti-Shia invective by Salafi sheikhs, Muslim Brotherhood members, and Al Azhar,” Stork said. “President Morsy’s immediate responsibility is to publicly denounce any hate speech against Shia and act against those in his party and movement who don’t follow his instructions.”

The June 23 Attack
The village of Abu Mussalim in Abul Nomros in Greater Cairo has a population of 30,000, including about 200 Shia Egyptians, according to one Shia resident. He said he could not give a more precise estimate because they never gather in groups of more than 30.

On June 23, 24 Shia, all but 4 from Abu Mussalim, had gathered in the home of Arafat Ali Omar to celebrate the birth of the Imam Mohammed al-Mahdi. One man who was inside the house at the time of the attack, and who asked not to be named, told Human Rights Watch that at about 2:30 or 3 p.m., the people inside saw a crowd starting to gather outside the house, including two Salafi sheikhs making phone calls and apparently directing people:

    Then they broke down the front. We went up to the second floor and locked the iron door leading to it but they started pounding on that too. They started breaking all the furniture and threw the food in the street. Then they went onto the roof and managed to break a hole in the ceiling of one of the rooms. This was the most dangerous thing. They started throwing Molotov cocktails into the room through the hole and it set one of the men’s clothes on fire. Then they started throwing Molotovs in through the balcony.

The man said that at a certain point Sheikh Hassan decided to leave the house along with his two brothers and a fourth man, Emad, to protect those inside from further attack since the men outside were calling for Sheikh Hassan. Based on accounts of witnesses and video footage, the mob attacked the four men, who were not from the village, with metal rods and wooden sticks, beating them on their heads and backs. The mob then tied their hands and dragged them through the streets.

Human Rights Watch has confirmed the graphic video footage as authentic. One video shows the mob dragging the four men from the house as soon as they came to the front door and then beating them with sticks and metal rods until they fall to the ground, bloodied.

Another video broadcast on the Egyptian TV station ONTV shows the lifeless body of one of the four men tied by his legs and arms with rope and dragged through the street. Video footage obtained by the Egyptian daily Tahrir shows a crowd chanting “God is great” and, “With our soul, with our blood, we sacrifice for you, Islam” as they surround a lifeless, bloodstained body on the ground. In the video at least two men then stamp on the body.

Police Failure to Intervene to Protect
Researchers from the human rights group the Arab Network for Human Rights Information arrived at the village on the evening of the incident and spoke to a local police official who told them that the events had occurred because “the sheikhs from the mosques went out last Friday and said that Shia are apostates and we have to kick them out of the village.”

Hazem Barakat, a political activist from the village, told Human Rights Watch that he had heard from his brother that there was trouble in the area and arrived outside the house at around 3:30 p.m. and saw about 1,500 people gathered there, some of them chanting. Police officers and dozens of riot police stationed nearby made no move to intervene, he said.

The presence of riot police indicates that they had deployed in expectation of violence. Bakarat, who had tried to film as much as possible of the attack, said that by 5 p.m., he saw that Sheikh Hassan had been killed. At this stage the police intervened to recover the bodies of the four men.

The Shia resident, who was inside the house as it was being attacked, told Human Rights Watch that before the four men left the house:

    At one point there were three policemen standing on the stairs trying to get people to go down but they couldn’t do anything. One of the policemen came into the room with us at one point and we were begging him to help us.

Barakat told Human Rights Watch:

    There were three riot police trucks there when I arrived, stationed around 300 meters away from the house. They had batons, shields, and tear gas. I spoke to the officer in charge but he just said to me. “You’re not going to tell me how to do my job.”

A short film includes footage filmed by Barakat showing at least a dozen riot police stationed near the crowd.

Hate Speech Against Shia in Abu Mussalim Village 
The authorities, and in particular the police, could have reasonably predicted that the Shia in Abu Mussalim were at risk and taken steps to prevent the attack and lynching, or at least have had plans in place to intervene early on to protect the Shia residents, Human Rights Watch said.

On May 22, a group of 18 Shia from the village had gone to visit the Imam Shafei mausoleum in Cairo at the same time as Sheikh Hassan, a prominent Shia religious leader who had been imprisoned for his beliefs under Mubarak and who lives in Cairo. They saw a man filming them entering the mausoleum. This video subsequently appeared on YouTube, uploaded by someone who gave his name as Mahmoud Ali.

On May 24, the Tawhid mosque in the village of Abu Musallim, which is run by the Da’wa Salafiya, the council of Salafi leaders, played the video on a projector in the mosque and then organized a march around the village chanting that Shia Muslims are heretics. A Shia resident told Human Rights Watch that in the days following that demonstration posters appeared around the village saying, “Shia are not welcome in our town,” and that people would sometimes yell “kafir” (apostate) at him in the street.

A few weeks later a group of Shia residents decided to invite Sheikh Hassan, who had lived near the village years ago, to join them for the celebration of the birth of the Imam al-Mahdi. One of them, who had spent 20 months in administrative detention in 2009-2011 in the Mubarak era for his Shia beliefs, told Human Rights Watch:

    There were no more State Security Investigations, and an appearance of freedom, so we thought we now had freedom of belief. I should be able to invite whoever I want into my home, since we’re not gathering in a public place or hurting anyone else.

Weak Official Response to the June 23 Lynching
On June 24, President Morsy’s office issued a news release decrying “any transgression of the law or bloodshed, regardless of the reasons.” It said the president had given orders to bring those responsible to justice. On June 25, the Interior Ministry announced that it had arrested eight people in connection with the incident.

The news release fails to address the right of Shia in Egypt to freedom of religion and the duty of the president to ensure their protection from future attacks.

The strongest condemnation of the attack came from the deputy head of the Freedom and Justice Party, Essam al-Erian, who wrote on Facebook: “It is forbidden to Muslims to spill Egyptian blood. All Egyptian blood - Muslim or Christian, man or woman, Sunni or Shia, civilian or police.”

Other party leaders have not clearly stated that Shia have a right to practice their religious beliefs. Hussein Ibrahim, secretary general of the Freedom and Justice Party, said the party “strongly condemns the killing” and that the death penalty “can only be imposed by law … even where [people] have acted in violation of the law,” suggesting that the Shia gathering may have been illegal. A Muslim Brotherhood spokesman, Ahmed Aref, said the group “deplores the torture and murder of four people,” while at the same time stating that the ideas of the victims “are alien to our society.”

Arrests of Shia in Violation of their Freedom of Religion
Under former president Mubarak, in June 2009, State Security Investigations (SSI) arrested 19 Shia and detained them under the Emergency Law for “spreading Shi’ism” and “defaming religion.” Nine of the men were from Abu Musallim. One told Human Rights Watch that he had spent 20 months in detention and that security officials released the last of the group only in February 2011. He said that upon his return to the village “things had become difficult” for him and the other Shia. They could no longer pray in the same mosque as they used to before because the Salafi sheikhs Sayed Soliman and Hassan al-Khatib prevented them.

In July 2012, a court sentenced a teacher, Mohamed Asfour, to a year in prison on charges of “defaming Islam” because he had practiced Shiite prayers in a mosque.

Over the past two years in Cairo, state security forces have also prevented Shia from worshiping or celebrating religious festivals. In November, police prevented Shia from celebrating Ashura in the Cairo mosque of al-Hussein. In December 2011, security officials arrested seven Shia, including Mohamed al Derini, one of their leaders, for attempting to celebrate Ashura in front of al-Hussein mosque in Cairo without a permit.

The deputy minister of religious endowments, Mohamed Abdelrahman, told the newspaper Al Masry al-Youm on December 6, 2011, that Shia had not received permits from his ministry or security agencies to pray inside the mosque and that he was “surprised by their presence inside the mosque and their conduct of religious practices that deviate from religion. We asked them to leave the mosque and when they refused we turned to security forces, who succeeded in evicting them by force.”

Failure to Recognize, Protect Right to Religious Freedom
President Morsy himself participated in events at which there was violent hate speech against Shia, and his party and movement have at times been directly involved in hate speech against Shia and opposing their right to religious freedom. In April, Muslim Brotherhood Guidance Bureau members and the head of its pedagogy department Dr. Mohamed Wahdan, said at a Freedom and Justice Party event in the governorate of Sharqia that the Egyptian people and government would not allow the spread of Shi’ism in Egypt, as reported on the website Ikhwanonline under the title “There is no place for Shi’ism in Egypt.” On June 15, President Morsy spoke at a conference supporting the Syrian opposition at which a sheikh, Mohamed al-Arifi, described Shia as “non-believers who must be killed.”

In April, the Salafi Nour Party, which won 25 percent of parliamentary seats in 2012, began a series of rallies in Alexandria, Kafr el Sheikh, and other cities called, “Shia Are the Enemy, So Beware of Them.” Also in April, posters with the Nour Party logo said “Together Against the Shia” appeared in Alexandria. In May, a Nour member of parliament, Tharwat Attallah, said that Shia “pose a danger to Egypt’s national security,” and called for an end to tourism from Iran, a predominantly Shia country. The Nour party website article entitled “Cooperation between the Da’wa Salafiya and Nour and the Police to remove Husayniyat.”

Al Azhar, the leading Islamic institution in Egypt, acknowledges Shi’ism as one of the recognized sects of Islam. Yet in May 2012, Al Azhar hosted a conference attended by members of the Muslim Brotherhood and the Da’wa Salafiya who, in their closing joint statement, declared their determination to prevent Shia celebrations and the spread of Shiism in Egypt “because Egypt is a Sunni country.”

In February, the Sheikh of Al Azhar, Ahmad al Tayeb, said in a news release, after meeting with President Mahmoud Ahmedinejad of Iran, that he “rejected the spread of Shi’ism” in Egypt. At a May conference called to discuss “The Danger of the Spread of Shi’ism in Egypt,” a banner said, an Al Azhar professor, Mahmoud Shaaban, warned that Shi’ism had started to spread in Egypt.

During the drafting of the constitution in July 2012, Salafi members of the Constituent Assembly pushed for the inclusion of a clause banning questioning or criticizing the “rightly guided caliphs,” which targeted Shia beliefs. At the time, Younis Makhyoun, one of the Nour members, told Al Masry al –Youm that this provision would halt the spread of Shi’ism in Egypt and put an end to attempts to build Husseiniya, Shia houses of worship. Sheikh Abdel Tawab Abdel Hakim Qotb, Al Azhar’s official representative in the Constituent Assembly, was quoted as saying that Al Azhar would “resist the spread of Shi’ism, which harms God and his prophet.”

Kuwait:
 Mengeluarkan Fatwa Pertumpahan Darah, Mufti Wahabi Menjadi Buruan 

Seorang pengusaha Irak asal Basrah menjanjikan imbalan tunai dalam jumlah besar bagi orang yang dapat membunuh Shafi Al-Ajami, mufti Wahabi asal Kuwait yang telah mengeluarkan seruan pertumpahan darah dan fitnah antarmazhab.


 Mengeluarkan Fatwa Pertumpahan Darah, Mufti Wahabi Menjadi Buronan
Menurut Kantor Berita ABNA, seorang Mufti Wahabi Kuwait, Shafi Al-Ajami, yang mengeluarkan fatwa penyembelihan anak-anak dan perempuan Syiah, lari ke Qatar setelah mendapat berbagai ancaman. Sekarang Al-Ajami merasa lebih tidak aman lagi di Qatar setelah seorang penguasaha Irak menentukan imbalan hadiah besar bagi siapa yang dapat membunuh Al-Ajami.
Shafi Al-Ajami, mufti Wahabi asal Kuwait itu juga tampil di televisi dan membanggakan kelompoknya di Deir Al-Zour yang membunuh seorang anak kecil di Suriah di hadapan kedua orang tuanya di halaman sebuah masjid milik warga Syiah di Deir Al-Zour. Setelah itu dia mendapat berbagai ancaman dan akhirnya melarikan diri dari Kuwait ke Qatar.
Seorang pengusaha Irak asal Basrah menjanjikan imbalan tunai dalam jumlah besar bagi orang yang dapat membunuh ulama penyebar pertumpahan darah dan fitnah antarmazhab itu. Namun tidak disebutkan jumlahnya. 
Pada tanggal 12 Juni lalu, sekelompok ekstrimis afiliasi Front Al-Nusra membantai 60 warga desa Hatlah di Propinsi Deir Al-Zour karena mereka bermazhab Syiah. Termasuk di antara kejahatan tidak manusiawi mereka adalah menggorok leher Hujatul Islam Sayid Ibrahim Al-Sayid, juga istri dan anaknya.

APA YANG BERLAKU DI MESIR ADALAH AKIBAT CERAMAH PROVOKASI ANTI PENGIKUT AHLUL BAIT a.s

السعودية / «السيد السلمان»:
 ماحدث في مصر سببه الخطابات التحريضية والتجييشية ضد أتباع أهل البيت (ع)

دعا «السيد هاشم السلمان» في خطبة صلاة الجمعة بمحافظة الأحساء الحكومات الإسلامية إلى حماية مواطنيها بمختلف إنتماءاتهم ومعتقداتهم المذهبية مؤكدا على المسؤولية الكبرى تجاه الأقليات في بلادهم. واضاف ما حدث في جمهورية مصر من أستهداف لمجموعة من الطائفة الشيعية سببه "تلك الخطابات التحريضية والتجييشية ضد أتباع أهل البيت (ع)". 

 ماحدث في مصر سببه الخطابات التحريضية والتجييشية ضد أتباع أهل البيت (ع)
ابنا: اكد «السيد هاشم السلمان» في خطبة صلاة الجمعة بمحافظة الأحساء على الحكومات الإسلامية مسؤولية كبرى بأن يحافظوا على المواطنين خصوصاً الأقليات لأنهم "عادة لا يمتلكون دفاع ذاتي ولا قوة ذاتية، وإنما يستمدون قوتهم وحقوقهم بتطبيق القانون الذي يحميهم".
وشدد على معالجة اوضاع الأقليات والسعي في إيقاف الحوادث والاعتداءات التي يتعرضون لها "في أي بلد كان لكل المذاهب والطوائف الإسلامية وغيرها".
وطالب الحكومات منع أي طرح يؤدي إلى الشحن والإثارة الطائفية والتحريض بجميع أشكاله سواء كان على مستوى "بيانات أو مقالات، أو خطابات وبرامج وغيرها".
موضحا أن ما حدث في جمهورية مصر من أستهداف لمجموعة من الطائفة الشيعية سببه "تلك الخطابات التحريضية والتجييشية ضد أتباع أهل البيت (ع)".
ونادى علماء الأمة الإسلامية ودعاتها ومثقفيها ومرشديها أن يمسكوا عن طرح المواضيع التي فيها إثارة وشحن طائفي مؤكدا أن "من حق أي جهة أو مذهب أو دين أن يطرحوا ما عندهم من الأفكار والآراء والنظريات وأن يدافعوا عن ما يؤمنون به من معتقدات ونظريات، ولكن بعيداً عن الاساءات والتجريح والاثارات".
ودعا السيد السلمان أتباع أهل البيت (ع) أن يتحلوا بضبط النفس والتحكم في التفاعلات النفسية. وبالرغم من التفاعل والتضامن مع الأحداث يقول السلمان إلا أنه شدد على التفاعل مع الأحداث "بروح إنسانية وأخلاق إسلامية بعيدة عن الطائفية".
وكما ناشد عموم المسلمين بكل أطيافهم ومذاهبهم أن لا يتفاعلوا مع أي أطروحات تحريضية وتجييشية، ولابد أن يعبروا عن رفضهم واستنكارهم لمثل هذه الأطروحات.
واستنكر السيد السلمان جريمة استهداف مجموعة من الطائفة الشيعية في مصر حيث هجمت عليهم مجموعات متطرفة بالعصي والآلات الحادة راح ضحيتها زعيم اتباع اهل البيت (ع) في مصر «الشيخ حسن شحاتة» وثلاثة من زائريه.
ووصف هذا الاعتداء بأنه من أعظم الجرائم "في ظل وجود نظام وقانون وسيادة قضائية، وفي ظل مؤسسات وقوانين دستورية".
وقال "إذا كل جهة أو جماعة تختلف مع جماعة أخرى تعتدي وتقوم باتخاذ ما تراه من الاجراء أصبحت الأنظمة تسودها أحكام الغابات والبراري، وتؤدي إلى وقوع الهرج والمرج وإلى فقد الأمن والأمان ونشر الخوف والذعر بين الناس".
...............

SYEKH HASAN  SHAHATAH UMPAMA  MUSLIM AQEEL MESIR     ALFATIHAH
الشيخ شحاتة ، مسلم بن عقيل مصر


 ابنا : كنت ضيفا عند سيدي ومولاي الامام علي بن موسى الرضا (ع) في مدينة مشهد المقدسة
لم اكن على تواصل مع الفيسبوك لكن صديقا حبيبا اخبرني ونحن في قمة التواصل الروحي ان حادثة قد وقعت يندى لها الجبين البشري قال لي هناك خبر مؤلم لايمكنك سماعه ! عجبت من الامر وتمنيت لو استطع عدم سماعه لكن فضول المرء يدفعه ليعرف واخيرا قال انا اشاهد الان كيف يجر احد قادة الشيعة في مصر قلت من قال حسن شحاته قلت كيف قال قتل الرجل مظلوما في اهل مصر!
عجبت اشد العجب كيف اهل مصر الذين عرفوا بتعايشهم السلمي واعتمادهم لغة الحوار والتسامح والتساهل كيف يكون ذلك
واستمر الحديث وكانت الاحداث تتسلسل والحزن بدا يدب على الروح التي كانت تعيش فرحة الولادة الميمونة للامام المنتظر (ع)
بسرعة البرق انتقل شريط الذهن الى ارض الكوفة يوم قتل مسلم بن عقيل على يد اسلاف السلفية وكيف جر في الاسواق وكيف عانى من هولاء الفجار


خناسان شمشیر از رو کشیده‌اند

امروز اشرار وهابی دیگر عنان از کف بریده‌اند و شمشیر از رو کشیده‌اند؛ روزی با ارسال سلاح به سوریه نسل کشی را شروع کردند روزی با زنده خواری اعضا انسان گرگ صفتی خود را نشان دادند و امروز... 

 خناسان شمشیر از رو کشیده‌اند
به گزارش خبرگزاری اهل‏بیت(ع) ـ ابنا ـ وبلاگ ما بیداریم نوشت:
دیگر خناسان شمشیر از رو کشیده‌اند؛ بیا که دیگر علائم ظهور هم آرام آرام دارد نمایان می‌شود
آرام آرام در سوریه با حملات تروریستی به جان مردم بی‌گناه شهر و روستا افتادند
روزی با ارسال سلاح  به سوریه نسل کشی را شروع کردند
روزی با زنده خواری اعضا  انسان گرگ صفتی خود را نشان دادند
دگر روزی به قبر صحابه پیامبر حجر بن عدی جسارت کردند و به اموات هم رحم نکردند
دگر روزی در عراق با اختلاف افکنی بین فرقه‌های مذهبی و بمب‌گذاری در مکان‌های عمومی آتش به پا کردند
و دگر روزی در لبنان فتنه شیعه کشی راه انداختند
و روزی که شیعیان بحرین را نسل کشی کردند، عده‌ای گفتند چه ربطی به ما دارد؟ در ایران که نبوده!
امروز اشرار وهابی دیگر عنان از کف بریده‌اند و شمشیر از رو کشیده‌اند
گفتم آقا، بیا که وقت ظهوره؛ آقا بیا که در روز ولادت تو، در جشن ولادت تو زنده زنده سلاخی می‌کنند به جرم شیعه شما بودن
سلاخی می‌کنند انسان بی‌دفاعی که تنها وسیله دفاعیش دست اوست و گرگان همیشه گله‌ای حمله می‌کنند این قانونشان است و رحم نمی‌کنند و زخم می‌زنند و بعد جسم از پا افتاده را به نیش می‌کشند و می‌برند.
آقا گفتم ولی تو می‌دانی که اینان که گرگ نیستند ظاهراً انسانند؛ اما می‌کشند و هر گرگ ضربه‌ای می‌زند تا بکشد از سر غریزه و برای بقا اما سلفی‌ها چه؟
جرم چند شیعه مصری در روز نیمه شعبان چه بوده؟ علوی بودن؟
آقا، بیا که وقت ظهوره؛ آقا شیعه‌ها غریبن جز شما کسی ندارن؛ می‌بینی که اهل لبنان، سوریه، عراق، بحرین و یمن غیر تو کسی ندارن.
جرم شیعه عشق یاره
توی کربلای دنیا حرمله زیاده آقا
کاش ابوفاضل میومد
بیا و بیا تو دستت ذوالفقارِ بی‌تحمل، بیا که وقت ظهوره ...
...............
پایان پیام/ 


PRESIDEN DENGAN SOKONGAN MARAJI BERHADAPAN DENGAN PEMBUNUHAN KE ATAS WARGA SYIAH
دبیرکل مجمع جهانی اهل بیت(ع):
 رییس جمهور منتخب به پشتوانه مراجع با شیعه کشی مقابله کند

حجت الاسلام والمسلمین اختری گفت: مراجع تقلید شیعه در طول تاریخ بیدار و هوشیار بوده و هستند و همواره خواستار مقابله منطقی با اینگونه حوادث بوده‌اند؛ امید آن داریم که رئیس جمهور منتخب ملت ایران با پشتیبانی حوزه‌ها و مراجع تقلید و نیز ملت همیشه در صحنه ایران از راه منطق و استدلال وارد شده و با اینگونه آدم‌کشی‌ها مقابله کند. 

 رییس جمهور منتخب به پشتوانه مراجع با شیعه کشی مقابله کند
به گزارش خبرگزاری اهل‏بیت(ع) ـ ابنا ـ حجت‌الاسلام والمسلمین اختری امروز در سخنرانی پیش از خطبه‌های نماز جمعه قم با اشاره به ترور رهبر معظم انقلاب در ششم تیرماه 1361 از سوی منافقان اظهار کرد: شکرگزار خداوند هستیم که نقشه کوردلان منافق درباره ایشان تحقق نیافت و امروز خداوند همه ما، همه مسلمانان و همه انسان‌های آزاده را از برکات وجودی این رهبر عظم‌الشأن، خردمند و آگاه متنعم ساخته و از رهبری‌های داعیانه ایشان همواره برخوردار هستیم.
وی افزود: امروز شاهد اوج‌گیری اسلام و مکتب اهل بیت(ع) در بنیاد رهبری این رهبر فرزانه و عظیم‌الشأن هستیم.
دبیرکل مجمع جهانی اهل بیت(ع) با بیان اینکه منافقان می‌دانستند پایگاه اجتماعی ندارند و سعی کردند از طریق حذف شخصیت‌های انقلاب کار خود را پیش ببرند، گفت: فاجعه هفتم تیرماه محصول همین تفکر بود، اما این حادثه دستاوردهایی برای انقلاب داشت.
حجت الاسلام والمسلمین اختری ادامه داد: دکتر بهشتی و 72 تن از یارانش که حتی دشمنان نیز به بزرگی آنها معترف بودند هدف خشونت‌طلبی منافقان قرار گرفتند، اما این جنایت گروهک منافقین را به بیچارگی کشاند و ریشه‌های تفکر آنها را خشکاند.
وی با بیان اینکه در اوایل انقلاب حتی میان اعضای یک خانواده نیز اختلاف‌نظرهایی وجود داشت، گفت: حادثه هفتم تیرماه همه مردم را متحد ساخت و ملت ایران دریافتند که دشمنان تنها به فکر خشونت و حذف فیزیکی شخصیت‌ها هستند و هدفشان ایجاد فتنه است.
دبیرکل مجمع جهانی اهل بیت(ع) با اشاره به شکل‌گیری مقاومت در لبنان و فلسطین با الگوگیری از انقلاب ملت ایران، گفت: امروز حزب‌الله توانسته است در چندین جنگ مختلف رژیم غاصب صهیونیستی را به زانو درآورد و همه این‌ها حاصل برکات انقلاب اسلامی است.
اختری در ادامه به پرورش ترویست‌های القاعده، طالبان و گروه‌های تکفیری به دست آمریکا و همدستانش اشاره و اظهار کرد: اوج گرفتن بیداری اسلامی و پیشرفت انقلاب موجب شده است؛ این گروه‌ها به رهبری غرب درصدد مقابله با جمهوری اسلامی برآیند.
وی ادامه داد: امروزه تکفیری‌ها در همه کشورهای اسلامی از جمله پاکستان، عراق و مصر به خشونت متوسل شده‌اند؛ دلیل این امر رشد اسلام ناب محمدی(ص) از سوی جمهوری اسلامی است، چراکه تکفیری‌ها مزدوران آمریکا و اسرائیل هستند.
دبیرکل مجمع جهانی اهل بیت(ع) با اشاره به حضور نظامی و اقتصادی آمریکا در بسیاری از کشورهای عرب و اسلامی، بیان داشت: مفتی‌های وهابی در مقابل این تسلط بیگانگان بر کشورهای خود سکوت کرده‌اند، اما با صدور فتاوای بی‌منطق شیعیان را کافر و خون آنها را مباح می‌دانند که این امر نشانه دیگری از وابستگی آنها به غرب است.
حجت الاسلام والمسلمین اختری با بیان اینکه پیروان مکتب اهل بیت(ع) و سنی‌ها و نیز عالمان این مذاهب مشکلی با یکدیگر نداشته‌اند گفت: گروهک وهابیت که توسط انگلستان ساخته شده مشکل اصلی است؛ گروه‌های تکفیری که امروز دست به جنایت می‌زنند عامل بروز فاجعه در منطقه و جهان هستند.
وی ادامه داد: رئیس جمهور مصر که در جلسه‌ای گفته است اجازه انتشار یک کتاب شیعی را نیز در این کشور نمی‌دهد باید بگوید که بر چه اساسی این سخن را گفته است؛ عالمان شیعه و سنی باید با گفت‌وگو مشکلات را حل کنند تا پس از این شاهد جنایاتی فجیع همچون قتل شیخ حسن شحاته و به دندان گرفتن قلب مبارزان سوری نباشیم.
دبیرکل مجمع جهانی اهل بیت(ع) در پایان یادآور شد: مراجع تقلید شیعه در طول تاریخ بیدار و هوشیار بوده و هستند و همواره خواستار مقابله منطقی با اینگونه حوادث بوده‌اند؛ امید آن داریم که رئیس جمهور منتخب ملت ایران با پشتیبانی حوزه‌ها و مراجع تقلید و نیز ملت همیشه در صحنه ایران از راه منطق و استدلال وارد شده و با اینگونه آدم‌کشی‌ها مقابله کند.


KESAN JEJAK MORSI SEHINGGA TERBUNUHNYA SYIAH DI MESIR
 ردپای مرسی در کشتار شیعیان مصر

یک کارشناس مسائل خاورمیانه با اظهار اینکه محمد مرسی با تحریک عربستان و قطر به طایفه گرایی در این کشور دامن می زند، گفت: دامن زدن به طایفه گرایی در مصر در حالی توسط دولت مصر انجام می گیرد که عرف حاکم بر مصر مخالف این تحرکات است. 

به گزارش خبرگزاری اهل‏بیت(ع) ـ ابنا ـ محمدصادق کوشکی کارشناس مسائل خاورمیانه با بیان اینکه در طول یکسال گذشته مرسی و دولت حاکم بر مصر تحرکاتی علیه شیعیان داشته اند، گفت: هر چقدر از زمان به قدرت رسیدن مرسی می گذرد تحرکات علیه شیعیان پررنگ تر می شود.
وی با اظهار اینکه به موازات این تحرکات روابط مصر با عربستان و قطر جدی تر و صمیمی تر می شود، بیان کرد: این حوادث در حالی اتفاق می افتد که شیعیان در مصر چه در میان صوفیان و چه در نزد اهل سنت محترم هستند.
کوشکی با تاکید بر اینکه اکثزیت مردم مصر جزو ارادتمندان اهل بیت هستند، گفت: شاهد مثال این امر ارادتی است که مردم مصر نسبت به بارگاه سیده نفیسه خاتون از نوادگان امام صادق دارند.
وی با اظهار اینکه این بارگاه عظمتی به اندازه حضرت معصومه در قم دارد، بیان کرد: مسجد راس الحسین در قاهره نیز مورد احترام زیاد مصری ها است و آنها بر این باورند که سر مبارک امام حسین (ع) در آنجا بوده است.
این کارشناس مسائل خاورمیانه با تاکید بر اینکه حکومت فاطمیون به مدت دو قرن به عنوان نوادگان حضرت فاطمه دلیل دیگر بر جایگاه ائمه در این کشور است، اظهار کرد: با این وجود در دو سه دهه اخیر خط سلفی و وهابی گری در این کشور پررنگ تر شده و بعد از آمدن مرسی با حمایت های آشکار و نهان او تقویت شده است.
کوشکی با اظهار اینکه اهانت به شیعیان در تجمعی با عنوان تجمع علمای اهل سنت با حضور مرسی انجام شده است، بیان کرد: در این جلسه انواع اهانت ها به شیعیان روا داشته شد و حضور مرسی در این مراسم به معنای تایید آن است.
وی با تاکید بر اینکه این تحرکات زمینه ساز کشته شدن شدن چند تن از شیعیان در روستایی در استان جیزه مصر شد، اظهار کرد: تجمعی که تحت عنوان تجمع علمای اهل سنت برگزار شد در واقع آتش تهیه ای برای وقوع این دست اتفاقات بود که با چراغ سبز مرسی انجام شد.

ALBARADEI : MORSI ! KAMI BERI KAMU LESEN MEMANDU TAPI KAMU TAK TAHU MEMANDU
البرادعی خطاب به مرسی:
 گواهینامه رانندگی به تو دادیم، اما تو رانندگی بلد نبودی!

رئیس حزب الدستور مشارکت گسترده مردم را در تظاهرات امروز(یکشنبه) خواستار شد و اعلام کرد که مردم مصر به محمد مرسی گواهینامه دادند، اما وی رانندگی نمی‌دانست. 
به گزارش خبرگزاری اهل‏بیت(ع) ـ ابنا ـ «محمد البرادعی» رئیس حزب الدستور و هماهنگ‌کننده جبهه نجات ملی روز شنبه در سخنرانی تلویزیونی از مردم مصر خواست به خیابان‌ها بیایند و در تظاهرات مشارکت کنند تا بتوانند بار دیگر به پای صندوق‌های رای بروند و رویای انقلاب ژانویه را بازگردانند.
وی عنوان داشت که روز یکشنبه کوچک و بزرگ، مرد و زن به خیابان‌ها می‌آیند و کار خود را رها می‌کنند تا یک کلمه را بگویند که آنها خواهان بازگرداندن انقلاب به همان مسیری هستند که انقلاب باید در آن جریان داشته باشد.
وی در ادامه گفت: همه ما احساس می‌کنیم که به بن بست رسیدیم و کشور سقوط خواهد کرد و این مساله به خاطر رئیس‌جمهوری از اخوان المسلمین و یا حکمرانی گروهی مشخص نیست، به این خاطر است که نظام کاملا شکست خورده است و ما امروز اعلام می‌کنیم که می‌خواهیم مجددا به پای صندوق‌های رای بیاییم.
البرادعی خاطرنشان کرد: مردم محمد مرسی را انتخاب کردند، مردم مصر اکنون به خیابان‌ها آمدند که بگویند که می‌خواهند بار دیگر به پای صندوق رای بروند. ما به مرسی گواهینامه رانندگی دادیم، اما وی رانندگی بلد نبود.
البرادعی امروز نیز سخنرانی می‌کند و از مرسی می‌خواهد تا از قدرت کنار رود.
در همین راستا، عمرو موسی، رئیس حزب کنگره در تماس تلفنی با شبکه مصری "الحیاة" اعلام کرد: ما شاهد هیچ پیشرفتی در اوضاع مصر نبودیم، ما تنها شاهد پس رفت در عرصه داخلی و خارجی مصر هستیم.
وی با بیان اینکه "مردم خشمگین هستند و دیگر این اوضاع را تحمل نمی‌کنند"، اعلام کرد: نظام کنونی مصر بر این باور است که خشم مردم واقعی نبوده و در نتیجه اقدامات تحریک‌آمیز مخالفان است.
عمرو موسی خاطرنشان کرد که شکست نظام کنونی در اداره امور کشور علت واقعی خشم مردم مصر است.
وی از مردم خواست در تظاهرات و تحصن‌ها مشارکت کنند و خشم خود را نسبت به ادامه شرایط کنونی اظهار کنند.
رئیس حزب کنگره از تظاهرکنندگان مصری خواست از خشونت دوری جسته و به اموال دولتی و خصوصی آسیبی وارد نکنند.
وی تصریح کرد: با وجود اینکه برخی پیش بینی می‌کنند که سیلی از خون در مصر راه بیفتد، اما نیروهای امنیتی و پلیس نیز برای جلوگیری از وقوع این اقدامات در کشور مستقر خواهند شد.
عمرو موسی اعلام کرد: امروز ما به راه خود ادامه می‌دهیم تا اهداف انقلاب را محقق سازیم، اکنون عملی کردن خواسته‌ها اهمیت دارد نه مساله زمان.
ANGGOTA PARTI WAFD : MORSI TIADA PILIHAN KECUALI BERUNDUR
عضو حزب الوفد مصر: مرسی راهی جز کناره گيری ندارد

عضو حزب الوفد مصر سخنان محمد مرسی را درباره آمادگی اش برای اصلاح قانون اساس اظهاراتی نمایشی دانست و تاکید کرد مرسی هیچ راهی جز کناره گیری ندارد. 

 عضو حزب الوفد مصر: مرسی راهی جز کناره گيری ندارد
به گزارش خبرگزاری اهل‏بیت(ع) ـ ابنا ـ «طارق التهامی» در گفتگو با شبکه تلویزیونی «النیل» درباره تحولات کشورش گفت: استقرار و ثبات سیاسی به ثبات امنیتی و سپس ثبات اقتصادی منجر می شود. اساس مشکل کنونی مصر سوء اداره کشور در مرحله پس از انقلاب است. محمد مرسی متوجه نیست که رئیس جمهور انتقالی مصر است زیرا اولین رئیس جمهور پس از انقلاب است و وظایفی در قبال ایجاد همگرایی و همدلی در جامعه دارد که باید انجام دهد. همچنین، رئیس جمهور باید برای ایجاد ثبات و دولت مدنی در کشور تلاش کند.
عضو حزب الوفد مصر درباره سخنان رئیس جمهور مصر در خصوص اینکه دچار اشتباهاتی شده و برای اصلاح قانون اساسی تلاش می کند گفت: این سخنان محمد مرسی نمایشی مانند نمایش های وی در سخنرانی های قبلی اوست. استادان علوم سیاسی سخنرانی های محمد مرسی را تحلیل و بررسی می کنند. برآیند و نتیجه همه سخنرانی های او با یکدیگر یکسان است و هدف همه آنها نمایش و فرصت سوزی و تداوم تحکیم و تثبیت پایه های گروه اخوان المسلمین در مراکز دولتی است.
وی افزود: رئیس جمهوری که بخواهد به خواسته های مخالفان و مردم گوش فرا دهد، باید اقدامات عملی انجام دهد، امری که ما شاهد چنین اقداماتی نیستیم. بنابراین، انتظار ما از او تلاش برای تعدیل قانون اساسی و سخنرانی نیست بلکه انتظار ما کناره گیری اوست. مرسی اکنون باید به خیابان ها و بین مردم بیایید تا میزان و حجم اعتراض ها را با چشم خود ببیند و به این نتیجه برسد که هیچ راهی جز کناره گیری ندارد و این تنها درخواست مردم از مرسی است.
...............
مصر ؛
 بدء توافد المتظاهرين على ميدان "التحرير"

بدأ توافد المتظاهرين من مختلف المحافظات المصرية على ميدان "التحرير" في القاهرة صباح اليوم الاحد للمشاركة في التظاهرات. 

 بدء توافد المتظاهرين على ميدان "التحرير"
ابنا: بدأ توافد المتظاهرين من مختلف المحافظات المصرية على ميدان "التحرير" في القاهرة صباح اليوم الاحد للمشاركة في التظاهرات التي تقام اليوم للمطالبة برحيل الرئيس «محمد مرسي» وإسقاط حكم جماعة الإخوان المسلمين.
وعلى جانب آخر، دفعت هيئة الإسعاف التابعة لوزارة الصحة المصرية بـ12سيارة إسعاف تحسباً لوقوع إصابات خلال مظاهرات اليوم.
وقد قتل منذ الاربعاء 8 اشخاص خلال صدامات في اكثر من محافظة بين انصار مرسي ومعارضيه.
وأكد رئيس حزب الدستور المصري «محمد البرادعي» أن تظاهرات اليوم تطالب بالاحتكام الى صناديق الاقتراع، وأن موقف المعارضة ليس ضد مرسي او جماعة الاخوان المسلمين وإنما ضد فشل سياستهم.
من جهته حذر شيخ الأزهر «احمد الطيب» المؤيدين والمعارضين للرئيس مرسي من الانجراف الى الحرب الاهلية، ودعا الى الحوار العاجل والجاد بين كل الاطراف.
كما استنكر الطيب في بيان له الاحداث في مصر، وطالب السلطات والقوى الوطنية والاحزاب السياسية بوضع المصلحة العامة فوق كل اعتبار، وأكد أن الحوار هو الحل الوحيد للخروج من الازمة الراهنة.
وقالت وزارة الصحة إن عدد القتلى مؤخرا وصل الى 7 والجرحى الى 710.
...............

گزارش ؛
MEREKA YANG LAGAK ALIM IKUT JEJAK LANGKAH QARDAWI 
معرفی تعدادی از عالم‌نمایان پیرو قرضاوی + تصاویر

پس از آنکه یوسف القرضاوی در سخنانی که از آن بوی دوزخ به استشمام می رسید، حزب الله و شیعیان را کافر و واجب القتل دانست، تعداد دیگر از عالم نمایان مشهور بین المللی نیز در حمایت از او سخنان مشابه و حتی تندتری به زبان راندند که وجود چنین روحانی‌نمایانی برای جهان اسلام جای تأسف دارد! 

برهان محمودی
 معرفی تعدادی از عالم‌نمایان پیرو قرضاوی + تصاویر
به گزارش خبرگزاری اهل بیت (ع) ـ ابنا ـ این روزها یوسف القرضاوی شیخ تئوریسین تروریست های افراطی، مدام در حال سخنزانی در جمع همفکرانش است و بذر اندیشه افراطی مبارزه با تشیع، ایران و حزب الله را می پراکند. تفکر باطلی که بطلان آن بر کسی پوشیده نبوده و نیازی به معرفی این خط منحط فکری نیست.
اما آنچه جای نگرانی دارد، عمل برنامه ریزی شده وهابیون و سلفیون در جهت گسترش این تفکر و حمایت رسانه ای سایتها و شبکه‌های رادیویی تلویزیونی منطقه از آن است که رفته رفته می رود تا طرح وجوب جهاد در سوریه که اوایل بیشتر در حد یک فتوای مضحک این ور و آن ور نقل می شد، این روزها به یک گفتمان جدی تبدیل شود که نتیجه آن چیزی جز گسترش جنگ های طایفه ای و قومی ـ مذهبی در منطقه و کشته شدن مسلمانان بی گناه نخواهد بود؛ همان طرحی که قرنهاست سران استکبار جهانی به دنبال پیاده کردن آن هستند که اکنون این طرح نه به دست غربی ها، بلکه به وسیله عده ای به ظاهر مسلمان و عالم نما به منصه ظهور می رسد!
قرضاوی با بیان اینکه نظام اسد ظالم و خونریز بوده و ایران، حزب الله و شیعیان نیز حامیان او هستند، گفته است: از همه مسلمانان می خواهم تا خود را برای جهاد مقدس در سوریه علیه اسد آماده کنند!
رئیس اتحادیه علمای جهان اسلام با متهم کردن ایران و حزب الله به گسترش جنگ طایفه ای (!)، درگیری های سوریه را نوعی تصفیه نژادی سنی ها از سوی شیعیان دانسته است! سخنان احمقانه ای از این دست، هر روز در رسانه های عربی منطقه دیده می شود که منشأش یا قرضاوی است یا عده معدودی از پیروان او:
محمد العریفی؛ امام جمعه سابق مسجد الحرام: شیعیان می‌گویند سنی‌ها واجب‌القتلند!
یکی از پیروان قرضاوی در بیان سخنان تفرقه آمیز میان مسلمانان، محمد العریفی از وهابیون جوان ولی کهنه کار سعودی است. این روحانی‌نمای وهابی، سال 2009 (1388) مدتی امام حمعه مسجد الحرام بود؛ اما به لیل بیان سخنان تفرقه آمیز و افراطی درباره شیعیان که به ایجاد درگیری ها و مناظرات لفظی میان تعدادی از عالمان شیعه و سنی میانه رو عربستان با او و مقامات وزارت امور دینی و اوقاف عربستان انجامید و در نتیجه دستگاه حاکمه آل سعود برای آرام کردن اوضاع، او را از امامت جمعه عزل کرد. اما وی با استفاده از این فرصت کوتاه، توانست برای خود پایگاهی سیاسی اجتماعی دست و پا کند. به گونه ای که ظاهرا سمتی جز وعظ و سخنرانی در این کشور نداشته باشد؛ اما سایتها و شبکه های رادیو تلویزیونی افراطیون عربی هر روز او را در حال اظهار سخنان افراطی نشان می دهند.
العریفی در آخرین سخنانش در ازتباط با سوریه با تأیید و تشکر از قرضاوی، افزوده: ایران و حزب الله با حمایت از اسد، چهره حقیقی خود را نشان دادند. شیعیان معتقدند همه اهل سنت را باید به قتل رساند!
صفوت حجازی؛ مهندس عمرانی که امام‌جمعه شد: علما بر فتوای جهاد در سوریه هم‌پیمان شوند!
صفوت حجازی از اعضای رده پایین اخوان المسلمین مصر بود که تنها به واسطه کسب آراء و ورود به مجلس مصر پس از انقلاب، به چهره ای شناخته شده برای رسانه ها بدل شد. او که در سوابق کاری اش، فعالیتی جز امام جمعه و جماعات چند مسجد کوچک قاهره و روستاهای اطراف آن را در اختیار ندارد، مهندس عمرانی است که به واسطه حافظ قرآن بودنش، به یک "به اصطلاح" عالم اهل سنت تبدیل شد. در واقع او حتی یک سال هم در دانشگاه الازهر یا مجامع مشابه، علوم دینی تحصیل نکرده است؛ اما در رسانه‌ها از او با عنوان عالم دینی و مبلغ مذهبی یاد می شود!
این مهره دم دستی طیف اخوانی های متمایل به وهابیت، با تأکید بر واجب بودن جنگ در کنار تروریست های فعال در سوریه علیه نظام بشار اسد، از دیگر علمای جهان اسلام نیز خواسته است این فتوا را تأیید و بر آن تأکید کنند. او حتی پا را فراتر گذاشته و خواستار تهیه هزینه ارسال سلاح به سوریه از سوی علمای جهان اسلام شده است!
حازم صلاح ابواسماعیل؛ جدی‌ترین رقیب مرسی در جانشینی مبارک: اسد علیه تمام اسلام می جنگد!
ابواسماعیل از اعضای تندرو اخوان المسلمین مصر است. این فعال سیاسی مصری که پدرش نیز از بنیانگذاران اخوان المسلمین بود، از خانواده‌ای سیاسی ـ مذهبی برخاسته است؛ مادرش استاد علوم قرآن در دانشگاه لندن است و پدربزرگ های پدری و مادری اش نمایندگان مجلس مصر در زمان مبارک بوده اند.
حازم صلاح ابواسماعیل دو بار در زمان مبارک به مجلس راه یافت؛ اما هر دو بار طرفداران رژیم سابق مصر، اعتبارنامه اش را رد کردند و اجازه ورود به مجلس ملی مصر را به او ندادند. با این تفاصیل اگر چه بخش تندروی اخوان در نخستین انتخابات ریاست جمهوری مصر از او حمایت می کرد، اما نتوانست به طور جدی مرسی را به چالش بکشد و در نتهایت از ورود به کاخ ریاست جمهوری بازماند.
حازم نیز با تأکید بر لزوم حمایت مادی، معنوی، تسلیحاتی و انسانی از تروریست های فعال در سوریه، اعلام کرده است نظام بشار اسد علیه تمامیت اسلام می جنگد و درگیری های فعلی سوریه، جنگ در برابر اسلام است!
حسن الشافعی؛ عضو شورای عالی علمای الازهر: دوباره سوریه را "سنی" می‌کنیم!
حسن الشافعی دانش آموخته و عضو هیأت علمی و استاد جامع الازهر و عضو شورای عالی علمای الازهر نیز با انتقاد از دخالت حزب الله در پاکسازی القصیر از وجود تروریست ها، از قدرت های بزرگ جهان نیز به دلیل سکوت در برابر قتل عام مردم سوریه انتقاد کرد!
او همچنین به رسانه ها گفته است با پیروزی تروریست ها در سوریه، بار دیگر تمام این کشور را به مرکز اهل سنت تبدیل می کنیم!
جمال سلطان؛ سردبیر روزنامه المصریون: جهان خودبه‌خود در برابر ایران می‌ایستد!
یکی دیگر از طرفداران و هواخواهان تز نژادپرستانه قرضاوی، جمال سلطان مدیرمسئول و سردبیر روزنامه افراطی و به اصطلاح اسلامی المصریون است. سرمقاله نویس روزنامه المصریون، به رسانه ها گفته: جهان خود به خود در حال فهمیدن این موضوع است که ایران می خواهد تمام منطقه را در اختیار بگیرد و به این ترتیب، به زودی در برابر تهران خواهد ایستاد!
وی که دانش آموخته سطوح پایین الازهر و عضو عادی اخوان المسلمین است، مقالات زیادی در باب حمایت از این جریان سنی مصر نگاشته که البته این روزها با اوج گیری انتقادات مردم مصر از اقدامات ضعیف مرسی در داخل و خارج، به بازوی رسانه ای نخستین رئیس جمهور مصر پس از انقلاب تبدیل شده تا کمی از انتقادها بکاهد.
وی با بیان اینکه ایران، شیعیان عراق، لبنان، هند، پاکستان و افغانستان را برای سرکوب مردم سوریه به این کشور گسیل داشته، از علمای اهل سنت خواسته است تا به وظیفه اخلاقی خود در مبارزه با ایران، حزب الله و تشیع عمل کنند!
.....................
MEMORANDUM JEMAAH ISLAM BOSNIA TENTANG     KEPESONGAN KENYATAAN QARDAWI
بیانیه مهم ریاست جامعه اسلامی بوسنی علیه «قرضاوی» / به سخنان افراد ناشایست توجه نکنید

افکار عمومی بوسنی ـ که از دیرباز به تسامح و همزیستی معروف است ـ از سخنان قرضاوی عصبانی است و خانواده ها نیز واهمه دارند که تبلیغات سلفی و وهابی، جوانان پرشور آنان را نیز مانند جوانان چچنی و برخی دیگر از کشورهای اروپایی فریب دهد و به جبهه های بی بازگشت سوریه بکشاند. لذا ریاست جامعه اسلامی بوسنی و هرزگوین با صدور بیانیه ای ، موضع خود را در برابر سخنان تفرقه افکنانه قرضاوی روشن نموده است . 

به گزارش خبرگزاری اهل‏بیت(ع) ـ ابنا ـ در پی اقدامات تفرقه افکنانه «یوسف قرضاوی» مفتی ناتو، ریاست جامعه اسلامی بوسنی و هرزگوین با صدور بیانیه ای تلویحا وی را "فردی ناشایست" خواند و آحاد امت اسلامی را به تعقل و خویشتنداری در برابر سخنان تفرقه انگیز اینگونه افراد ناشایست دعوت کرد. 
در این بیانیه که دیروز پنجشنبه ششم تیرماه 1392 صادر و امروز در خطبه های نماز جمعه در سراسر مساجد بوسنی و هرزگوین قرائت شد، با تاکید بر آیات قرآن و احادیث، از مسلمانان خواسته شده تا در برابر حوادث سوریه خویشتنداری داشته و در راستای صلح و آشتی مسلمین عمل کنند.
به گزارش خبرنگار ابنا از سارایوو رییس جامعه اسلامی در بیانیه خود آورده است: "ما از مسلمانان می خواهیم تا به تکلیف خود بر اساس قواعد قرآن و کلام رسول گرامی(ص) عمل کرده و جامعه ای مبتنی بر صلح و مودت ایجاد کنند و از مشارکت در گناه و دشمنی با مسلمانان دیگر برحذر باشند؛ چرا که مشارکت در فتنه ها مخالفت با دستورات الهی و سنت پیامبر(ص) است".
در ادامه این بیانیه آمده است: "علما و سایر شخصیت های مسلمان در سرتاسر جهان به منزله انجام تکلیف الهی باید در شناخت فتنه سوریه و خشونت در آن کشور مسؤولانه عمل کنند و از این برحذر باشند که سخنان آنان بازی کردن در زمین دیگران به حساب آید . آنها باید مراقبت کنند که آلت دست و عامل تحقق اهداف دیگران نشوند؛ زیرا بی صبری، تندروی و تعصب از عوامل گسترش جنگ افروزی در بحران سوریه هستند".

ریاست جامعه اسلامی با ابراز نگرانی از انعکاس نادرست اخبار بحران سوریه در رسانه های جهانی اعلام کرد: "تصاویر زشت و غیر واقعی که رسانه های دشمن از اسلام مخابره می کنند، چهره ای زشت و غیر واقعی از اسلام عرضه می کند و تاثیرات منفی بر زندگی مسلمانان بویژه در جوامع غربی می گذارد".
در بخش دیگری از این بیانیه با انتقاد از قرضاوی و سخنان تحریک آمیزش در زمان حضور چند روز پیش وی در بوسنی، با تأکید بر احادیث آمده است: "باید درباره هر گونه خبری که توسط افراد ناشایست نقل می شود خوب تحقیق کنید و اجازه ندهید تا به علت ناآگاهی، ظلمی مرتکب شوید".
این بیانیه در پایان از عموم مسلمانان دعوت کرد تا بر اساس ارزش‏های دینی و صلح و مودت بین مسلمین به فعالیت بپردازند و از مردم و علماء خواست که از تفسیرهای تند، خودرأیی و سوء استفاده از قرآن بپرهیزند و تفاسیری مبتنی بر روح قرآن ارائه دهند.
ریاست جامعه اسلامی بوسنی و هرزگوین همچنین خواستار تشکیل اجلاس فوق العاده اتحادیه عرب و سازمان کشورهای اسلامی برای یافتن راه حل سیاسی برای پایان بخشیدن به بحران سوریه شد.
شایان ذکر است یوسف قرضاوی در ادامه تحرکات ضد اسلامی خود دوشنبه گذشته (سوم تیر 1392) در بیست و سومین نشست شورای فتوای اروپا که در شهر سارایوو برگزار شد دوباره بر لزوم بسیج مسلمانان برای جنگ در سوریه با حکومت بشار اسد تاکید کرده بود.
افکار عمومی بوسنی ـ که از دیرباز به تسامح و همزیستی معروف است ـ از سخنان قرضاوی عصبانی است و خانواده ها نیز واهمه دارند که تبلیغات سلفی و وهابی، جوانان پرشور آنان را نیز مانند جوانان چچنی و برخی دیگر از کشورهای اروپایی فریب دهد و به جبهه های بی بازگشت سوریه بکشاند. لذا ریاست جامعه اسلامی بوسنی و هرزگوین با صدور بیانیه ای، موضع خود را در برابر سخنان تفرقه افکنانه قرضاوی روشن نموده است.
با توجه به پیشینه عکس العمل های خنثی و منفعلانه تشکیلات جامعه اسلامی بوسنی و هرزگوین  در قبال اتفاقات جهان اسلام و با در نظر گرفتن جو عمومی  غالب در این منطقه، صدور این بیانیه آن هم در زمانی که هنوز قرضاوی در شهر سارایوو به سر می برد، در نوع خود حرکتی بی سابقه و  شجاعانه به حساب می آید.

(TURKI,SYRIA DAN IRAN DARI SATU SUDUT(MINGGUAN MALAYSIA 30JUN 2013

SEBAHAGIAN daripada rakyat Turki dengan senang hati melakukan tunjuk perasaan menentang Perdana Menteri Tayyip Reccep Erdogan.
Sementara di Syria, sebahagian rakyatnya bermati-matian dengan mengharungi penyiksaan dan kematian untuk menggulingkan Presiden Bashar Assad.
Di Iran pula, sebahagian rakyatnya mengundi untuk menyokong seorang calon presiden, Hassan Rowhani kerana beliau dianggap paling sederhana, bermakna tokoh yang membangkang elit politik dominan republik itu.
Secara umumnya dapat difahami bahawa media Barat menyokong sebarang usaha daripada rakyat Turki, Syria dan Iran yang menentang kerajaan masing-masing.
Maka disebutnya bahawa di Turki, kerajaan Erdogan adalah bersifat autoritarian, mempunyai agenda Islam dan bersikap menolak sekularisme.
Penentangan Barat terhadap Assad adalah jelas daripada awal. Ini kerana Syria dianggap sebagai negara yang berada sezaman dan sefahaman dengan Iraq zaman Saddam dan Libya zaman Gaddafi.
Terhadap Iran pula, ia merupakan negara yang dianggap musuh kepada Barat sejak berlaku revolusi yang menggulingkan Shah Reza Pahlavi.
Adalah menjadi impian kepada Barat supaya sistem Republik Islam Iran tumbang dan digantikan dengan suatu bentuk pemerintahan demokratik seperti apa yang diamalkan oleh kebanyakan negara-negara dunia.
Barat pernah cuba menggagalkan sistem pemerintahan Republik Islam Iran dengan menyokong Iraq pimpinan Saddam Hussein menyerang serta memerangi negara itu dalam Perang Iran-Iraq pada awal tahun 80-an. Tetapi mereka gagal.
Selepas itu mereka mengharapkan suatu penentangan dalaman di Iran. Setiap kali Pilihan Raya Presiden negara itu, Barat akan berusaha mencari tokoh yang dianggap sederhana. Apa yang disebut sebagai sederhana itu bermaksud golongan tidak puas hati terhadap dasar-dasar pemerintahan sedia ada di bawah pimpinan Pemimpin Tertingginya, Ayatullah Khamenei.
Justeru apa yang diharapkan ialah Persian Spring, iaitu kebangkitan rakyat Iran, kalau tidak pun setakat demonstrasi untuk menjatuhkan pemimpin mereka. Tetapi itu tidak berlaku.
Apa yang berlaku ialah Iran bertambah berpengaruh di rantau itu sepanjang tahun 90-an dan 2000-an.
Hizbullah yang merupakan kumpulan politik sokongan Iran menjadi kuasa paling berpengaruh di Lebanon. Ia berjaya mencabar pengaruh Barat bukan saja di Lebanon tetapi di Israel.
Hizbullah pula bersekutu dengan Syria. Ketiga-tiga kuasa politik ini: Hizbullah, Syria dan Iran menjadi paksi yang mencabar hegemoni Barat di rantau itu.
Selepas Amerika Syarikat menakluki Iraq, maka diharapkan semangat demokrasi yang diterapkan di Baghdad akan merebak ke negara-negara lain di rantau itu. Negara yang paling utama diharapkan akan berlaku perubahan ialah Syria.
Kerajaan Baghdad di bawah Saddam dan Damsyik di bawah Assad berkongsi fahaman iaitu Baathisme walaupun kedua-duanya bermusuhan. Justeru apabila Baghdad tumbang, maka Damsyik juga diturut akan terheret sama. Apabila Syria dapat di demokrasikan, maka Hizbullah juga akan lemah dan Lebanon dapat ditarik kembali kepada pengaruh Barat.
Tanpa Syria dan Lebanon, Iran juga akan tergugat. Itulah yang diharapkan daripada rentetan penaklukan Amerika Syarikat terhadap Iraq. Daripada Iraq, ia pergi ke Syria, Lebanon dan akhir sekali Iran.
Tetapi pendemokrasian di Iraq tidak membawa kepada kebebasan di Timur Tengah. Sebaliknya Iraq terpaksa mengharungi penderitaan daripada keganasan yang berlarutan dan berpanjangan.
Sebaliknya Teheran mendapat tapak pengaruh ke atas kerajaan Baghdad. Ia merupakan sesuatu yang tidak dapat dielak oleh Amerika Syarikat. Washington dan Teheran mendapati diri mereka berada di pihak yang sama bagi menentang golongan Sunah yang bersenjata.
Setelah beberapa tahun berlalu, apa yang berlaku bukannya Persian Spring tetapi sebaliknya Arab Spring. Ia tidak bermula di Syria tetapi tercetus di Tunisia, sebuah negara sekutu Barat.
Tuntutan pendemokrasian berlaku bukan di negara anti-Barat seperti Syria dan Iran, sebaliknya ia berlaku di negara-negara pro-Barat iaitu Tunisia dan Mesir.
Walaupun media Barat mengalu-alukan revolusi ini, tetapi mereka bimbang bahawa dalam demokrasi, pihak yang akan dipilih rakyat adalah golongan berasal dari kalangan gerakan Islam.
Tetapi apa yang disebut sebagai Arab Spring itu menggembirakan pihak Barat kerana ia merebak kepada negara-negara yang bukan sekutu Barat khususnya Libya dan Yemen tetapi lebih penting lagi ialah Syria.
Sementara Arab Spring di Bahrain berjaya dipatahkan dan kerajaan yang merupakan sekutu Barat di situ selamat.
Di Tunisia dan Mesir pula, seperti yang dijangka Barat, kerajaan yang muncul melalui proses pilihan raya ialah pihak-pihak yang berasal dari gerakan Islam, iaitu Islamic Trend Movement di Tunisia dan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Kedua-dua kumpulan ini menubuhkan sayap parti politik dan menggambarkan diri mereka bukan lagi sebagai gerakan Islam tetapi lebih kepada kumpulan demokrat dan tidak menentang sekular. Mereka mahu menyamakan diri mereka dengan Parti Keadilan dan Pembangunan (AKP) Turki pimpinan Erdogan. Ada pihak menamakan mereka pasca Islamis.
Tetapi media Barat dalam mengalu-alukan mereka, kecurigaan tetap ada. Mereka dianggap sebagai menyembunyikan agenda Islam. Termasuklah Erdogan.
Ternyata Syria tidak semudah Tunisia, Mesir dan Libya. Perang saudara berlaku. Mesir dan Turki mengisytiharkan sokongan kepada penentang Assad. Iran membela Damsyik.
Tetapi Barat mempunyai agenda tersendiri terhadap pasca Islamis ini. Demonstrasi disokong Barat dilancarkan terhadap kerajaan-kerajaan Tunis, Kaherah dan Ankara walaupun kesemua mereka ini dipilih oleh pengundi melalui proses pilihan raya yang dapat diterima.
Arab Spring sudah merebak menjadi Turkish Spring pula. Maka timbullah kata-kata bahawa demokrasi bukan sekadar proses pilihan raya. Ia seharusnya lebih daripada itu. Demokrasi wajar meliputi kebebasan bersuara di samping menghormati suara-suara minoriti.
Parti-parti politik yang menang dalam pilihan raya tidak bermakna mempunyai semua kuasa dalam pemerintahan.
Mereka perlu mengambil kira pihak minoriti yang kalah dalam pilihan raya. Ini kerana negara adalah milik semua, bukannya sesuatu pihak yang menang pilihan raya.
Maknanya Barat bukan saja mahukan demokrasi pilihan raya berlaku di negara-negara Timur Tengah. Mereka mahu kerajaan yang sekular seperti mereka. Sama ada konservatif atau sosialis, sesebuah kerajaan mestilah bersifat sekular.
Walaupun pasca Islamis menerima sistem demokrasi dan toleran terhadap sekularisme, tetapi Barat tidak mempercayainya.
Usaha Erdogan hendak membina semula bangunan warisan Uthmaniah dan masjid baru berseni bina Uthmaniah dipandang sebagai agenda Islam yang bertopengkan demokrasi dan sekular.
Untuk melawan pasca Islamis ini, caranya ialah dengan demonstrasi. Walaupun tindakannya itu akan dibalas dengan demonstrasi yang lain, tetapi ketidakstabilan akibat daripada itu diharapkan akan menggagalkan sebarang agenda Islam daripada golongan pasca Islamis ini.
Barat dengan jelas komited hendak menggulingkan Assad. Presiden Barrack Obama juga sudah membuat keputusan untuk membekalkan senjata dan menyokong penuh penentang-penentang Assad.
Mesir dan Turki juga turut membantu pihak yang menentang Assad. Tetapi setelah Assad berjaya ditumbang kelak, pihak Barat dapat difahami tidaklah mahu kerajaan baru itu terdiri daripada golongan pasca Islamis seperti di Turki dan Mesir. Mereka menginginkan negara Syria yang benar-benar demokratik dan sekular.
Selepas Syria, tentulah harapannya ialah untuk mengubah pula Iran.


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Rencana/20130630/re_05/Turki-Syria-Iran-dari-satu-sudut#ixzz2Xh1gfcsn
© Utusan Melayu (M) Bhd 


ALLAHUMMA AJJIL LIWALIYYIKALFARAJ
............................
SOLAWAT

No comments:

Post a Comment