Wednesday, 29 January 2014

SEPUTAR AL-QUR'AN


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ********************************************************************************************************************************** Mengenal Ahlul Bait Nabi Saw: Pelita Pemikiran Imam Ja’far As-Shadiq as Tentang Al-Quran ------------------------------------------------------------------ Imam Shadiq as berkata: "Aku mengetahui kitab Allah Swt. Di dalamnya telah disebutkan apa saja mulai dari awal penciptaan hingga kiamat kelak. Di dalamnya ada kabar tentang langit, bumi, sorga, neraka dan kabar tentang masa lalu dan sekarang dan aku mengetahuinya sedemikian rupa seperti melihatnya di telapak tanganku." (Ushul Al-Kaafi jilid 1, halaman 61, bab 20) Imam As-Shadiq as dilahirkan pada tanggal 17 Rabiul Awwal tahun 83 Hijriah di kota Madinah. Ayah beliau adalah Imam Muhammad Baqir as. Era Imam As-Shadiq as, merupakan penggalan sejarah Islam yang paling banyak mencatat peristiwa, menyusul transisi kekuasaan dari Bani Umayah menuju Bani Abbas dan dampak-dampaknya. Di sisi lain, era tersebut merupakan era interaksi berbagai pemikiran dan ideologi serta era pertukaran pendapat pemikiran filsafat dan teologi. Dibandingkan era sebelumnya, umat Muslim di era ini lebih menunjukkan antusias sangat besar terhadap ilmu pengetahuan. Dengan bekal ilmu yang mendalam dan besarnya tekad untuk menghidupkan dan menyebarkan agama Islam, Imam Ja'far As-Shadiq as membentuk sebuah markas ilmiah besar dan mencetak murid-murid ternama di berbagai bidang. Selain aktivitas ilmiah, Imam Shadiq as jua memperhatikan masalah pemerintahan dan mengecam para penguasa zalim. Terkait kerjasama dengan orang-orang zalim beliau berkata, "Orang yang memuji penguasa zalim dan merendahkan diri di hadapannya, dengan harapan mendapatkan harta dari penguasa, maka orang seperti ini akan bersama dengan penguasa zalim itu di neraka jahannam." (Ushul Al-Kaafi jilid 12, hal 133). Terkait kepemimpin umat (al-wilayah), beliau mengatakan, "Wilayah lebih utama dari shalat, puasa, zakat dan haji, karena wilayah (kepemimpinan) adalah kunci itu semua, penguasa dan pemimpin adalah pembimbing masyarakat menuju itu semua, (Ushul Al-Kaafi jilid 2, hal 242) Revivalisasi kembali mutiara ajaran Islam oleh Imam As-Shadiq as membuka ufuk-ufuk baru di hadapan umat Islam dan menciptakan gelombang semangat ke arah ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Salah satu pertanyaan ghalib tentang Al-Quran adalah, apakah Al-Quran mencakup seluruh ilmu pengetahuan umat manusia? Lahiriyah ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa kitab langit ini menjelaskan "segala sesuatu." Allamah Thabathabai, seorang ahli tafsir Al-Quran dalam hal ini menyatakan, "Maksud dari segala sesuatu itu adalah urusan-urusan yang berkaitan dengan hidayah (petunjuk) bagi umat manusia, yakni maarif hakiki yang berkaitan dengan dunia, penciptaan dan kiamat, akhlak mulia, syariat Allah, kisah dan nasehat-nasehat." Imam As-Shadiq as berkata, "Allah Swt telah menjelaskan segala sesuatu. Demi Allah, tidak ada yang kurang dalam sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga tidak ada orang yang akan berkata hal ini benar dan seharusnya disebutkan dalam Al-Quran. Sesungguhnya dalam Al-Quran telah disebutkan." Dinukil dari Imam As-Shadiq as, "Tidak ada satu masalah pun yang diperselisihkan oleh dua orang, kecuali telah ditetapkan sebuah pokok untuk menyelesaikannya dalam Al-Quran, akan tetapi akal manusia tidak menalarnya." (Ushul Al-Kaafi jilid 1, halaman 60, hadis 6) Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa segala sesuatu telah dijelaskan dalam Al-Quran, hanya saja semua masalah itu tidak dapat dinalar manusia yang tidak maksum. Imam Shadiq as berkata: "Aku mengetahui kitab Allah Swt. Di dalamnya telah disebutkan apa saja mulai dari awal penciptaan hingga kiamat kelak. Di dalamnya ada kabar tentang langit, bumi, sorga, neraka dan kabar tentang masa lalu dan sekarang dan aku mengetahuinya sedemikian rupa seperti melihatnya di telapak tanganku." (Ushul Al-Kaafi jilid 1, halaman 61, bab 20) Imam Shadiq as ditanya bagaimana mungkin setelah sekian lama tersebar dan dengan berlalunya masa, Al-Quran selalu baru akan tetapi tidak ada yang ditambahkan di dalamnya? Beliau menjawab, "Karena Allah Swt tidak menetapkannya (Al-Quran) untuk masa dan masyarakat tertentu. Sebab itu, Al-Quran hingga hari kiamat selalu baru di setiap masa dan selalu baru bagi sebuah kaum baru." Yang dimaksud Imam As-Shadiq as adalah bahwa Allah Swt menurunkan Al-Quran sedemikian rupa sehingga cocok untuk setiap masa dan menjawab seluruh tuntutan umat manusia. Karena Al-Quran dengan penjelasan hukum dan ketentuan universalnya serta kehadiran imam dan berlanjutnya ijtihad, memiliki potensi untuk menjadi sumber proses esktrasi jawaban bagi berbagai permasalahan baru di setiap masa. Mengenal Al-Quran sebagai kitab Allah Swt yang terlengkap sangat penting dan menjadi keharusan. Dalam hal ini Imam Ja'far As-Shadiq as berkata, "Sebaiknya jangan sampai seorang mukmin meninggal dunia sebelum dia mempelajari Al-Quran atau ketika sedang belajar Al-Quran." Yang dimaksud dalam hadis Imam As-Shadiq as tentu bukan membaca atau qiraah saja, melainkan pemahaman kandungan, arti dan perintah dalam Al-Quran serta pada akhirnya mengamalkannya. Karena Imam Shadiq as dalam hadis lain menyinggung orang-orang yang telah benar-benar melaksanakan tugasnya dalam membaca Al-Quran dan berkata, "Mereka membaca ayat-ayat Al-Quran, memahami maknanya, mengamalkan hukum dalam Al-Quran, berharap akan janji-janjinya serta takut akan azab, mencontohkan kisah-kisahnya, mengambil pelajaran dari kisah-kisahnya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Demi Allah bahwa tilawah Al-Quran bukan hanya menghapal ayat-ayatnya, menjelaskan huruf dan membaca surat-suratnya saja… masyarakat telah menghapal huruf Al-Quran dan membacanya dengan indah akan tetapi melanggar batasan-batasannya, melainkan perenungan ayat-ayat Al-Quran yang di dalamnya Allah Swt berfirman: telah Kami turunkan kitab penuh berkah ini kepadamu agar kau merenunginya." (Muntakahab Mizan Al-Hikmah halaman 418, hadis 5192) Seseorang bertanya kepada Imam Shadiq as, "Apa maksud dari ayat 59 surat Al-Nisa bahwa Allah berfirman patuhilah Allah Swt, Rasulullah Saw, dan Ulil Amr? Siapa sebenarnya itu Ulil Amr?" Imam Shadiq as menjawab, "Yang dimaksud Allah Swt adalah hanya kami Ahlul Bait dan Allah mewajibkan kaum mukmin untuk mematuhi kami hingga hari kiamat.' Beliau juga ditanya, "Mengapa nama Ali as dan Ahlul Bait tidak disebutkan dalam Al-Quran?" Imam Ja'far As-Shadiq as menjawab, "Allah Swt telah memerintahkan shalat dalam Al-Quran, akan tetapi tidak menyebutkan tiga atau empat rakaatnya. Sampai akhirnya Rasulullah Saw menafsirkannya (dan menjelaskan jumlah rakaat shalat), diturunkan pula ayat tentang zakat, sampai akhirnya Rasulullah menafsirkannya, dan diturunkan pula ayat tentang haji dan tidak disebutkan tujuh kali kalian bertawaf mengelilingi Ka'bah, sampai akhirnya Rasulullah Saw menafsirkannya, dan juga diturunkan ayat: اطیعوا الله و اطیعوا الرسول و اولی الامر منکم Tentang Ali, Hasan dan Husein as (akan tetapi nama mereka tidak disebutkan), kemudian Rasulullah Saw bersabda kepada Ali: Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga pemimpinnya. Kemudian beliau bersabda: Aku menasehati kalian untuk berpegang teguh pada Al-Quran dan Ahlul Baitku, karena aku telah memohon kepada Allah Swt agar keduanya tidak terpisahkan sampai bertemu denganku di telaga Kautsar (di sorga). Allah pun memberikannya kepadaku. Dan Rasulullah Saw bersabda: jangan kalian mengajari sesuatu kepada Ahlul Baitku, karena mereka lebih tahu dari kalian dan mereka tidak akan menyimpangkan kalian dari jalur hidayah dan tidak akan menjerumuskan kalian." Jika Rasulullah Saw diam dan tidak menjelaskan siapa Ahlul Baitnya, niscaya semua orang akan mengaku sebagai Ahlul Bait Rasulullah. Akan tetapi Rasulullah Saw telah menjelaskannya dan Al-Quran membenarkannya, "Sesungguhnya Allah Swt berkehendak membersihkan kalian Ahlul Bait dari keburukan dan menyucikan kalian. (Surat Al-Ahzab ayat 33) Sebelum pembahasan berakhir, berikut ini satu kisah hikmah yang dinukil oleh seorang lelaki yang bertanya kepada Imam Ja'far As-Shadiq as. Lelaki itu bertanya, "Wahai putra Rasulullah! Kenalkan aku dengan Allah. Apa itu Allah? Orang-orang yang berdiskusi memandangku sinis dan membuatku kebingungan. Imam Shadiq as menyatakan, "Wahai hamba Allah! Pernahkah kau naik kapal? Lelaki itu menjawab: iya. Imam berkata, Bayangkan kapal itu pecah dan tidak ada kapal lain yang akan menolongmu dan kamu tidak bisa menyelamatkan dirimu dengan berenang? Lelaki itu berkata: maka ketika itu aku akan berada di kondisi yang sangat mengerikan. Imam berkata, "Apakah dalam kondisi seperti ini kau merasa ada sesuatu yang kau harapkan dapat menyelematkanmu? Lelaki itu menjawab, tidak diragukan lagi dalam batinku aku ingin terselamatkan. Aku merasa ada kekuatan yang dapat membantuku. Imam Shadiq as berkata, apa yang kau harapkan itu adalah Allah Swt yang mampu menyelamatkan ketika tidak ada penyelamat lain..." ********************************************************************************************************************************** Hujjatul Islam Muhsin Qira’ati: 34 Tahun Mengisi Program Qur’ani Tanpa Sekalipun Absen ------------------------------------------------------------------- “Saya sudah 34 tahun mengisi acara program Qur’ani di Televisi yang disiarkan secara langsung, dan tidak pernah satu session pun yang saya absen, atau acara itu diliburkan. Ini menunjukkan betapa tinggi antusias masyarakat untuk mempelajari dan mendalami Al-Qur’an tersebut.” 34 Tahun Mengisi Program Qur’ani Tanpa Sekalipun Absen Menurut Kantor Berita ABNA, Hujjatul Islam wa Muslimin Muhsin Qiraati dalam acara penutupan Pertemuan Asatid Tafsir Al Qur’an Hauzah Ilmiah Qom yang kesembilan kamis [5/12], berkenaan dengan adanya perbedaan dalam memahami maksud ayat mengatakan, “Sebagian dari ayat Al-Qur’an sangat mudah dipahami begitu juga ketika diamalkan, namun sebagian lainnya tidak demikian. Satu pertanyaan yang muncul, mengapa demikian, apakah –Nauzubillah- Allah pada sebagian ayat meninggalkan kita?” “Sebagai seseorang yang selama bertahun-tahun bergiat dalam pengkajian tafsir Al-Qur’an, saya harus mengatakan, sambutan dan penantian masyarakat akan kitab-kitab tafsir Al-Qur’an semakin meningkat. Pada penyelenggaraan pameran buku internasional dalam beberapa tahun terakhir di Iran yang paling laris adalah kitab Tafsir. Masyarakat tidak pernah lelah dan bosan untuk terus ingin mengetahui apa yang dimaksudkan Allah dalam setiap firman-firmanNya.” Lanjut mufassir yang menghasilkan karya tafsir An Nur tersebut. Hujjatul Islam wa Muslimin Muhsin Qiraati melanjutkan, “Satu-satunya ‘perahu’ yang tidak akan bocor dan tidak akan pernah, adalah Al-Qur’an, sebab Allah yang menjaganya, sebagaimana janjiNya, Kamilah yang telah menurunkan az Zikra dan Kami jugalah yang akan menjaganya.” “Hari ini perhatian masyarakat atas tafsir Al-Qur’an sangat besar. Beberapa hari sebelumnya, saya ditanya langsung oleh beberapa arsitek berkenaan bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai perencanaan mengenai tata letak kota, dan membangun perumahan anti gempa. Sayapun menjawab, bahwa dalam Al-Qur’an, Allah mengibaratkan gunung-gunung ibarat paku yang tertancap di bumi. Karenanya untuk membangun bangunan yang ideal perhatikan bagaimana gunung itu tegak, berapa kedalamannya dan bagaimana ketinggiannya.” “Saya sudah 34 tahun mengisi acara program Qur’ani di Televisi yang disiarkan secara langsung, dan tidak pernah satu session pun yang saya absen, atau acara itu diliburkan. Ini menunjukkan betapa tinggi antusias masyarakat untuk mempelajari dan mendalami Al-Qur’an tersebut.” Hujjatul Islam Qira’ati menambahkan, “Tafsir Al-Qur’an bukan hanya menyangkut bagaimana menafsirkan, namun juga bagaimana mencerahkan dan memberi langkah perbaikan pada masyarakat serta menjadi bahan dakwah yang diandalkan. Tafsir yang bisa sekaligus menjadi hidayah, memperbaiki dan mencerdaskan masyarakat, menunjukkan tafsir tersebut diberkahi oleh Allah SWT.” ********************************************************************************************************************************** Fungsi Akal dalam memahami Al-Quran ------------------------------------------------- akalKalaupun ada sebagian orang berupaya untuk menampilkan peranan akal tidak signifikan untuk memahami Al-Quran, toh tidak dapat dimungkiri bahwa mereka masih menggunakan media akal untuk memahami dhahir-dhahir Al-Quran, tapi tetap saja mereka berusaha dengan argumentasi-argumentasi nalar logis dan berbagai alibi membuktikan peran lemah akal dalam memahaminya. Praktis tidak dapat diragukan bahwa minimal akal sebagai salah satu media tidak dapat diragukan oleh siapapun, akan tetapi apakah akal dikategorikan hanya sebagai media yang berfungsi memahami Al-Quran, ataukah berperanan lebih dari itu? Akal pastinya tidak hanya diyakini sebagai media tapi selain itu ia merupakan sumber pengetahuan, sebagai metodologi juga sebagai penyempurna bagi sumber-sumber pengetahuan selainnya sehingga meletakkan fungsinya dalam memahami Al-Quran. Pertama, akal mampu berfungsi dalam memahami dasar-dasar dan berbagai metodelogi memahami Al-Quran, apakah murni rasional digunakan secara independent ataukah digunakan sebagai basis pendukung rasional untuk sumber-sumber yang selainnya. Mufassir ketika menggunakan sumber pengetahuan yang lain untuk memastikan penting atau tidaknya digunakan untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran sebagaimana dengan riwayat-riwayat hadis pasti dengan rasionalisasi akal. Kedua, Akal sangat berperanan dalam memahami makna-makna tekstual ayat-ayat Al-Quran dalam kajian-kajian lunguistik Ketiga, akal mampu mendemonstrasikan secara rasional ayat-ayat Al-Quran, menafsirkan dan menjelaskannya. Keempat, akal mampu selain memahami arti tekstual ayat-ayat Al-Quran juga arti kontekstual yang terkandung di dalamnya. Dalam teori ilmu logika dijelaskan bahwa selain terdapat arti signifikansi teks ada juga arti signifikansi konteks. Kelima, akal mampu mengidentifikasi tujuan dan maksud Al-Quran ketika disandingkan secara bersamaan beberapa ayat dalam tema yang berbeda. Keenam, nilai-nilai aksiomatik logis dan murni dapat digunakan sebagai indikator dalam memahami Al-Quran. Ketujuh, akal mampu mengklasifikasikan ayat-ayat yang turun dengan tema-tema tertentu sesuai dengan asbab nuzulnya dan dapat memilahnya dari tema-tema yang selainnya sehingga tidak terjadi kerancuan. Dalam istilah ilmu ushul “تنقيح المناط و الغاء الخصوصية” yaitu menfokuskan kepada visi atau mengarahkan pada tujuan yang dimaksud dan membatalkan karakteristik diluar maksudnya (kaidah ini disebut juga dengan “قاعده جري و تطبيق” ) , yang demikian ini merupakan wilayah dan peran akal. Pastinya hal-hal yang dimaksud diatas adalah tidak keluar dari system logika yang benar, yang membutuhkan penjabaran yang lebih lanjut… Akan tetapi ironi sekali bilamana media penting akal ini tidak digunakan dengan semestinya, terkadang difungsikan tanpa kriteria kaidah-kaidah rasional sehingga memunculkan “tafsir bi ra’yi” yang fatal menyimpang dari maksud Al-Quran, yang penting adalah bahwa realisasi Al-Quran sebagai rujukan utama tidak mungkin terwujud tanpa menggunakan akal yang benar Oleh:Seyed Mofid Hoseini

Sunday, 19 January 2014

PEKAN PERPADUAN


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Iran aims to unite Muslims in weekly event Mon Jan 20, 2014 1:5AM GMT For the past three decades Iran has invited Islamic religious leaders, Sunni and Shia from all over the globe to Tehran, to discuss unity among Muslims. The Islamic Unity conference called for greater convergence among Muslim groups. The theme of this year's event was the Quran and its role in unity. "The holy Qur'an has the biggest role in uniting the Ummah, the holy Quran is the only book that all muslims recognize, there is no book or writing that comes close to the holy Quran. If we base our research and lifestyle on the holy book we will then find unity," Molavi Abdol Hamid, a leading Iranian Sunni religious leader said. The event gathered over 300 religious leaders, clerics and researchers from over 58 countries, Muhammad al-Asi says the real effect starts to happen when these people go back to their communities. "When they go back to whichever part of the country or the world they came from, they are going to go back with a message of reconciliation, and a message of common understanding. within the population base that they live in, so this goes a long way," Imam Muhammad al-Asi from the Washington Islamic Center said. Unity week in Iran is coming to an end, this week all Muslims Sunni or Shia celebrate the birth of the prophet of Islam. Religious scholar Ali al-Hakim said change towards Islamic unity is gradual. "Any form of change or development should be in a form of a gradual process, it starts definitely with people's minds with those who are thinkers." In the final speech at the event, Ayatollah Akbar Hashemi Rafsanjani, The head of Iran’s Expediency Council called on Muslims of all different sects and groups to unite in the face of attempts to drive them apart. " We are still far from the goals of this conference set years ago, I urge the leaders and clerics to double their efforts, as we really need the unity in the world of Islam at this time." In a final communiqué participants urged Muslims around the world to be wary of enemies’ plots that aim to create rifts among them. They also condemned any such attempts to wreak havoc on the Muslim world. PTC The 27th Islamic Unity Conference came to an end urging Muslims to unite on commonalities and using the holy book of Islam the Quran as a guide. Iran president urges moderation in Muslim world Iran’s President Hassan Rouhani addresses a meeting with Iranian officials and foreign participants in the 27th International Islamic Unity Conference in Tehran on January 19, 2014. Iran’s President Hassan Rouhani addresses a meeting with Iranian officials and foreign participants in the 27th International Islamic Unity Conference in Tehran on January 19, 2014. Sun Jan 19, 2014 6:27PM Iran’s President Hassan Rouhani has called on the Muslim world to choose the path of moderation and join hands against extremism and violence. “Today, we should establish moderation, unity, brotherhood, and fight against violence and extremism in the Muslim world,” Rouhani told Iranian officials and foreign participants in the 27th International Islamic Unity Conference in Tehran on Sunday. More than 300 prominent Muslim scholars and thinkers from 58 countries participated in the three-day conference which wrapped up in Tehran on Sunday. The Iranian president warned against enemy plots to sow discord among Muslims and halt their progress and noted that Islamic nations must promote their unity based on their religious commonalities and mutual interests. Rouhani called for the elimination of the roots of differences and noted that Muslims must join hands to revive the Islamic civilization by fighting discrimination, religious intolerance and different aspects of cultural and economic poverty. On December 18, 2013, the General Assembly overwhelmingly voted to approve Rouhani’s World Against Violence and Extremism (WAVE) proposal, which calls on all nations across the globe to denounce violence and extremism. The Iranian president made the proposal in his address to the UN Disarmament Conference in New York on September 25. Under the resolution, the Assembly would urge all member states to unite against violence and extremism in all its forms and manifestations, as well as sectarian violence.

Saturday, 11 January 2014

KONSPIRASI ZIONIS


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

اخبار کنگره خطر جریان‏های تکفیری ـ 14
 فرزند شهید بوطی: ملحدانی از 83 کشور برای ریختن خون مردم وارد سوریه شده‌اند
ANAK ASH SHAHEED SYEIKH SAEED AL BUTI : TERRORIST TAKFIRI DARI LEBIH 83 NEGARA DATANG MENGHANCURKAN TAMADDUN SYRIA
رئیس اتحادیه علمای بلاد شام با بیان اینکه تروریست‌هایی از بیش از 83 کشور در این جنگ برای نابودی تمدن سوریه وارد کشور شده‌اند گفت: پدیده سرطانی تکفیر که در جهان ظاهر شده است، ساخته و پرداخته خارج است تا کشور و دین و اسلام ما را نابود کند. 

 فرزند شهید بوطی: ملحدانی از 83 کشور برای ریختن خون مردم وارد سوریه شده‌اند
به گزارش خبرگزاری اهل‌بیت(ع) ـ ابنا ـ نخستین پیش نشست علمی "کنگره بین المللی خطر جریان های تکفیری" روز گذشته ـ 27 آذرماه 1392 ـ در پایتخت سوریه برگزار ‌شد.
فرزند «شهید شیخ سعید البوطی» یکی از سخنرانان این همایش بود که حدود 100 نفر از علماء، اندیشمندان، مفتیان و شخصیت های شیعه و سنی در آن شرکت کرده بودند.
«دکتر توفیق البوطی» در سخنان خود در این نشست گفت: سوریه امروز در معرض جنگ صهیونیستی ـ آمریکایی قرار دارد که از ملحدان و دشمنان بشریت و دین برای ضربه زدن به امت اسلام تحت شعارهای تکفیر استفاده می‌کنند.
وی اعلام کرد: تروریست‌هایی از بیش از 83 کشور در این جنگ برای نابودی تمدن سوریه و ریختن خون مردم آن وارد کشور شده‌اند.
رئیس اتحادیه علمای بلاد شام تأکید کرد: کسانی که خواهان منزوی کردن ایران هستند، به‌دنبال متلاشی کردن صف اسلام و امت اسلام هستند و پدیده سرطانی تکفیر که در جهان ظاهر شده است، ساخته و پرداخته خارج است تا کشور و دین و اسلام ما را نابود کند.
این همایش دیروز با عنوان "بررسی کارنامه جریان های تکفیری در سوریه" و با همکاری نهاد نمایندگی مقام معظم رهبری در سوریه به عنوان "اولین پیش نشست کنگره بین المللی خطر جریان های تکفیری برای اسلام، مسلمین و بشریت و راههای برون رفت از آن" برگزار ‌گردید.
شایان ذکر است "کنگره بین المللی خطر جریان های تکفیری برای اسلام، مسلمین و بشریت و راههای برون رفت از آن" تحت اشراف دو مرجع تقلید شیعیان جهان ـ حضرات آیات عظام «مکارم شیرازی» و «سبحانی تبریزی» ـ و با همکاری مجمع جهانی اهل بیت(ع) در آبان 1393 در قم برگزار می‌شود.

Perselisihan mazhab adalah konspirasi Zionis

Setiausaha Agung Majma' Jahani Ahlul Bait menegaskan, "Sebagaimana Zionis melaga-lagakan bangsa yang ada di dalam beberapa negara, seperti itu juga mereka mengadu domba antara berbagai mazhab."

 Perselisihan mazhab adalah konspirasi Zionis
Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.co) - Dalam wawancara bersama Taghrib News Agency (TNA), Setiausaha Agung Majma' Jahani Ahlul Bait, Hujjatul Islam Wal Muslimin Muhammad Hasan Akhtari berkata, "Seminar dan dialog ilmu antara ulama Islam perlu dilaksanakan bagi menghadapi pemikiran Takfiri... Ulama Islam dan mereka yang menjejaki kebenaran serta mengetahui kedudukan Islam yang sebenar hendaklah mengadakan dialog dengan kumpulan yang mengkafirkan pihak lain, samada ianya pengikut agama Islam atau agama-agama lain. Mungkin mereka dapat memberikan bimbingan. Sekiranya masih belum menerima hidayah, para ulama di negara-negara Islam hendaklah memaklumkan pandangan yang sahih dan mengeluarkan fatwa." 

Tambah beliau lagi, "Ulama dunia Islam hendaklah bangkit menghadapi Takfiri dan mengingatkan umat tentang pengkafiran yang dilakukan mereka di samping mengistiharkan bahawa golongan ini tidak mewakili Islam sehingga kegiatan mereka dicegah dengan cara ini."

Akhtari menegaskan, "Negara-negara Islam juga dapat memberikan pengaruh dalam perkara ini. Negara-negara Islam hendaklah menangani dan menghalang kegiatan mereka ini di negara masing-masing berasaskan ikrar terhadap Islam. Mereka tidak boleh membiarkan sebahagian ulama memberikan fatwa peribadi yang tidak realistik iaitu mengkafirkan dan menghalalkan darah setiap individu yang tidak disukai mereka.

"Ulama juga mempunyai kebolehan untuk menghadapi pemikiran Takfiri, begitu juga negara-negara Islam, mereka mampu bertindak dalam perkara ini." Ujar beliau.

Mengenai peranan rejim Zionis yang menyokong golongan Takfiri, beliau berkata, "Bagi Zionis, tidak ada perbezaan yang ketara. Zionis mencari motif fitnah ini dan melaga-lagakan negara-negara... Sebagaimana Zionis melaga-lagakan bangsa yang ada di dalam beberapa negara, seperti itu juga mereka mengadu domba antara berbagai mazhab."

Beliau turut menceritakan bagaimana rejim Zionis mencari kesempatan untuk melemahkan umat. Tambahnya lagi, "Israel dan sekutu-sekutunya membantu dan menyalurkan dana kepada kumpulan-kumpulan Takfiri. Ketika kumpulan-kumpulan ini memerlukan senjata, mereka akan membekalkannya sehingga terjadi pertumpahan darah dan pembunuhan dalam negara-negara Islam. Penulisan buku-buku berkenaan Takfiri, mengeluarkan fatwa anti keganasan, mengutuk kumpulan Takfiri begitu juga menyedarkan umat, memberikan pendidikan, menganjurkan dialog dan debat dapat mencegah tindakan-tindakan Takfiri."


Friday prayer leader: West’s Support for Salafism Aimed at Destabilizing Muslim World

Tehran’s interim Friday prayers leader said the West is supporting Takfiris and Salafism in different countries with the aim of destabilizing the Muslim world. 

 Friday prayer leader: West’s Support for Salafism Aimed at Destabilizing Muslim World
(Ahlul Bayt News Agency) Ayatollah Mohammad Emami Kashani made the remark while delivering Friday prayer sermons at Tehran’s Imam Khomeini (RA) Mosalla (prayer hall) on December 27.

 He added that the West is also making attempts to present a distorted image of Islam to the world on the one hand and spread discord and divisions between Shia and Sunni Muslims on the other.

 The senior cleric noted that since the 1979 victory of the Islamic Revolution, Iran has been facing conspiracies and plots hatched by the West.

He referred to the events that took place after the 2009 presidential elections as one example of the West’s conspiracies whose purpose was to undermine the Islamic Republic’s establishment.

Ayatollah Mohammad Kashani further pointed to the recent agreement reached between Iran and the G5+1 (five permanent UN Security Council members plus Germany), saying that it proved that Iran does not seek nuclear weapons.

He underlined that the Iranian nation is a powerful nation who will never compromise its dignity and whose power will never diminish.

In his first sermon, Tehran’s interim Friday prayers leader elaborated on the meaning of Iffat (chastity) and urged the youth to exercise Taqwa (God-fearing).
Irak:
 Sayyid Muqtada Sadr Serukan Ulama Ahlus Sunnah Berlepas dari Al Qaeda

"Sampai saat ini kami belum mendapat jawaban dan tanggapan dari saudara kami ulama Ahlus Sunnah yang berupa pernyataan bara'ah [berlepas diri] dari aksi terorisme kelompok Al Qaeda yang semakin meraja lela merenggut nyawa warga-warga sipil yang tidak berdosa. Namun kami yakin, terlibatnya ulama baik dari kalangan Syiah maupun Sunni dalam masalah ini dapat mengurangi ketegangan dan insya Allah bisa diredam untuk kepentingan semua pihak." 

 Sayyid Muqtada Sadr Serukan Ulama Ahlus Sunnah Berlepas dari Al Qaeda
Menurut Kantor Berita ABNA, Sayyid Muqtada Sadr salah seorang tokoh Syiah Irak merasa optimis konflik yang memanas di Timur Tengah akan mereda dengan keterlibatan ulama-ulama Ahlus Sunnah yang berlepas diri dari kekerasan yang telah dilakukan jaringan teroris Al Qaedah dan memfatwakan haramnya saling menumpahkan darah antara Sunni dan Syiah. Tokoh Syiah Irak tersebut berkata, "Sangat memungkinkan terjadi, ulama Ahlus Sunnah atas kekhawatiran akan merebaknya teror dan aksi kekerasan dari kelompok Al Qaeda bekerjasama dan sepakat dengan ulama-ulama marja Syiah untuk berupaya keras mewujudkan perdamaian dan mencegah fitnah untuk saling memerangi satu sama lain."
Salah seorang pengikut Muqtada Sadr yang menulis surat dan menanyakan kepadanya, sikap Muqtada Sadr atas aksi penghinaan dan pelecehan yang dilakukan sejumlah oknum Syiah terhadap tokoh-tokoh yang diagungkan Ahlus Sunnah, dijawab dengan tegas haram hukumnya melakukan hal tersebut. Ditegaskannya pula, hal paling mendesak saat ini adalah terwujudnya persatuan umat Islam, sehingga siapapun pihak yang melakukan hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan semakin memperlebar jurang perbedaan antar mazhab-mazhab Islam berada diluar jalur perjuangan Islam.
Sayyid Muqtada Sadr menyampaikan terimakasihnya atas fatwa Syaikh Rafi ar Rafai Mufti Ahlus Sunnah Irak dan Syaikh Abdul Malij al Sa'idi Pimpinan Komunitas Ahlus Sunnah Irak yang telah memfatwakan haram hukumnya menumpahkan darah pengikut Syiah menyusul fatwa ulama marja Syiah Irak yang mengharamkan darah Ahlus Sunnah untuk ditumpahkan. Beliau turut meminta agar ulama-ulama Ahlus Sunnah juga berani untuk berlepas diri dari kelompok Al-Qaeda dan mengecam aksi-aksi kekerasan mereka.
"Sampai saat ini kami belum mendapat jawaban dan tanggapan dari saudara kami ulama Ahlus Sunnah yang berupa pernyataan bara'ah [berlepas diri] dari aksi terorisme kelompok Al Qaeda yang semakin meraja lela merenggut nyawa warga-warga sipil yang tidak berdosa. Namun kami yakin, terlibatnya ulama baik dari kalangan Syiah maupun Sunni dalam masalah ini dapat mengurangi ketegangan dan insya Allah bisa diredam untuk kepentingan semua pihak." Tegasnya.
Ulama Ahlus Sunnah Lebanon:
 Aksi Bom Bunuh Diri Tidak Ada Kaitannya dengan Ajaran Islam

"Kelompok yang melakukan aksi bom bunuh diri tersebut tidak ada kaitannya dengan Islam. Rujukan mereka adalah hawa nafsu dan guru mereka adalah internet. Guru-guru tersebut tidak ada nilai sedikitpun, ia duduk di suatu tempat tertentu, mengajar dan mengeluarkan fatwa pembunuhan dan pengkafiran dengan cara yang menjijikkan. Di sana terdapat perbuatan plagiat teks-teks yang dipotong dan manipulasi fatwa-fatwa menurut hawa nafsu mereka."

 Aksi Bom Bunuh Diri Tidak Ada Kaitannya dengan Ajaran Islam
Menurut Kantor Berita ABNA, Salah seorang ulama kharismatik Ahlusunnah Lebanon, Syeikh Maher Hammoud menyebutkan, dua serangan bom di depan kantor kedutaan besar Republik Islam Iran di Beirut adalah efek dari krisis di Suriah. Ini disebabkan konseptor fitnah di Suriah telah bersedia menunaikan apa saja permintaan Israel dan Amerika Serikat yang hendak mengadu Moqawama dengan sekterianisme.
Syeikh Maher Hammoud menyatakan hal tersebut dalam wawancaranya dengan media setempat Al Akhbar dan menyatakan pula bahwa pengeboman tersebut muncul menyusul kegagalan kelompok militant di Suriah, tindak balasan dari Arab Saudi yang mendapat lampu hijau dari Amerika Serikat. "Sudah menjadi fakta yang tidak bisa dibantah bahwa Arab Saudi saat ini dikendalikan oleh Bandar bin Sultan yang berada dibawah kontrol AS dan Israel sebagaimana telah diakui oleh internal keluarga Saud. Namun saya berpendapat, akhir yang bakal ditunai Saudi tidak ubahnya yang telah dialami oleh Qatar yaitu kekalahan." Jelasnya.
Syeikh Hammoud lebih lanjut menyebutkan penolakannya atas pengakuan Brigade Abdullah Azzam yang bertanggungjawab atas dua peledakan bom di Beirut. Menurutnya Al Qaeda juga tidak terlibat meskipun diakui pemimpin besar Al Qaeda di Lebanon Syaikh Sirajuddin Zureiqat. Baginya pelakunya adalah AS dan Israel, "Dari setting waktu peledakan bom tersebut saya melihat adanya rancangan yang begitu rapi. Pemilihan waktu peledakan bom bukan secara serampangan dan kebetulan belaka. Saya yakin, dalang dibalik pengeboman ini adalah negara adi kuasa." 
Berkenaan dengan keterlibatan Hizbullah secara langsung di wilayah konflik di Suriah yang awalnya ditentang oleh ulama-ulama Ahlus Sunnah Lebanon, Syaikh Hammoud berkata, "Kita hendaklah menjadi orang yang waras dalam berpikir. Terdapat perbedaan antara setiap manusia ditinjau dari tahap perkembangan pemikirannya. Kamipun awalnya ketika mendapat berita bahwa Hizbullah melibatkan diri dalam perang di Suriah dan sejumlah dari mereka menjadi korban mengecam keputusan tersebut. Kami marah dan mengirim surat protes kepada Sayyid Hasan Nashrullah terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan dari keputusan tersebut. Namun pendirian kami berubah setelah mendengar penjelasan langsung dari lisan Sayyid Hasan Nashrullah secara terperinci mengenai apa yang sesungguhnya yang terjadi di Suriah."

Syeikh Hammoud melanjutkan, "Sayang sekali, kami tidak mampu menceritakan semuanya secara terperinci kepada media, ini disebabkan ada perkara yang sulit untuk dipercayai oleh warga awam yang masih memendam kecurigaan terhadap Hizbullah. Contohnya operasi pembunuhan yang dialami kaum muslimin pengikut Syiah dan Alawi di Homs dan sebagainya. Tidak ada yang akan mempercayainya karena memang terlalu aneh. Saya sendiri secara pribadi menaruh kepercayaan kepada Sayid Hasan Nasrullah, saya percaya bahwa mereka yang berada di dalam Hizbullah sudah khatam pelajaran sebelum membuat keputusan. Kami tegaskan bahwa sebagian pihak mencemooh Hizbullah, karena tujuan mereka sejak awal  adalah untuk menjatuhkan karakter Hizbullah."

"Setelah jelas bahwa mereka yang berada di bumi Syria adalah golongan Takfiri dari kelompok Da'ash dan Jabha Nusra, dan mereka ini dianggap pengganti rezim Suriah sehingga tidak ada orang biasa yang dapat memahami mereka. Ketika kita sampai kepada hakikat bahwa Da'ash memamerkan jalan kekerasan dan kekejaman, maka campurtangan Hizbullah merupakan perkara yang mudah dipahami. Secara pribadi saya mohon maaf dan mengucapkan bela sungkawa yang mendalam kepada semua korban akibat konflik di Suriah, namun bagi orang yang  tahu, masalah dan situasinya tidaklah sebagaimana yang dilaporkan media-media."tambahnya.

Mengenai aksi bom bunuh diri yang terjadi di beberapa wilayah di seluruh dunia Islam, Syeikh Hammoud berkata, "Kelompok yang melakukan aksi bom bunuh diri tersebut tidak ada kaitannya dengan Islam. Rujukan mereka adalah hawa nafsu dan guru mereka adalah internet. Guru-guru tersebut tidak ada nilai sedikitpun, ia duduk di suatu tempat tertentu, mengajar dan mengeluarkan fatwa pembunuhan dan pengkafiran dengan cara yang menjijikkan. Di sana terdapat perbuatan plagiat teks-teks yang dipotong dan manipulasi fatwa-fatwa menurut hawa nafsu mereka."

"Saya sudah berkali-kali berbincang dengan para pemuda kami yang sangat besar permusuhannya terhadap Syiah. Saya katakan kepada mereka: Kamu semua tidak mengambil sikap  terhadap Syiah berdasarkan ilmu pengetahuan. Apa yang terjadi adalah sebaliknya, kamu melihat Syiah sudah maju kedepan. Mereka telah sampai ke tempat yang kamu tidak jangkau. Maka kedudukan gerakan Islam Sunni sentiasa berjalan ditempat dan masih sibuk mendebatkan metode yang tepat, sedangkan Syiah itu minoritas dan akidahnya meragukan seperti yang kamu katakan. Padahal kamu telah lihat mereka lebih maju daripada kamu, mereka mengambil perjuangan Moqawama, menduduki wajah politik di pentas dunia sehingga membuatkan hati kamu iri. Oleh itu pergilah buka lembaran kitab-kitab kuning sehingga mencium bau isi hati kamu, kamu terdesak, mereka berada di atas daripada kita sementara kita yakini bahwa aqidah mereka itu rusak."

Syeikh Hammoud menambahkan, "Saya rasa, apa yang terjadi adalah fatwa yang disalah gunakan, yang justru bersumber dari hawa nafsu, hasad dan keterbelakangan mereka, sudah pasti itu hanya berasaskan kepentingan mereka. Mereka mencoba memuaskan diri mereka sendiri, tetapi kekuatan mereka cacat di sisi Allah dan manusia."

Mengenai dampak permikiran Wahabi terhadap gerakan Islam, Syeikh Hammoud berkata, "Kita tidak boleh memandang remeh efek dari pemikiran Wahabi dan Saudi. Baik kita suka atau tidak, pengaruh Saudi terhadap gerakan Islam sangatlah besar dan semuanya ingin memenuhi tujuannya. Cara golongan Salafi menggunakan nash syar'i sangat bermasalah. Ia tidak mampu mencerna dan memahami hakikat nash. Golongan Salafi juga berkhayal bahwa akidah Syiah itu batil selirihnya, sehingga apa saja yang dilakukan Iran maupun Syiah mereka tolak mentah-mentah."

"Golongan Takfiri yang cenderung mengkafirkan semua orang, ini masalah besar yang tidak kita temui penyelesaiannya. Kita perlukan ruang yang benar-benar bebas, kita perlukan ulama, dialog yang aktif, dan bukan sekadar bersuara di media. Tetapi peranan cendikiawan dan cerdik pandai mungkin bisa membuat mereka gagal. Paling tidak bisa mengurangi aksi kekerasan dan teror mereka yang menumpahkan darah. Saya percaya, tanpa dorongan yang positif, ini sulit untuk diselesaikan." Jelasnya.

"Sekiranya kita ingin jujur mengenai kebenaran, maka sekarang ini tidak ada yang bisa mengklaim diri yang paling benar. Kami sering melakukan dialog secara ilmiah namun tidak juga bisa menuntaskan perbedaan yang ada. Sekiranya kita bisa lebih cerdas berpikir kemenangan Gaza tahun 2009 bisa memusnahkan sekterianisme. Namun sayang, sekarang isu beda mazhab dan sekterianisme malah cukup menjadi alasan untuk saling membunuh. Saya tegaskan, semua itu karena telinga ditulikan dari kenyataan dan lebih tertarik dengan biaya yang telah disediakan oleh Arab Saudi." Ungkapnya.
Mufti Ahlus Sunnah Lebanon lainnya, Syaikh Muhammad Rashid Qabbani dalam wawancaranya bersama stasiun televisi Lebanon turut mengecam aksi-aksi bom bunuh diri dan peledakan bom yang telah merenggut nyawa puluhan bahkan ratusan korban. "Aksi peledakan bom yang terbaru di Beirut menunjukkan pihak oposisi di Suriah telah gagal dan kali ini hendak menyulut api fitnah dikalangan rakyat Lebanon khususnya antar umat islam." Katanya.
"Para pelaku peledakan telah banyak belajar dari mereka yang memiliki hubungan dengan konspirasi kuasa-kuasa besar." Tambahnya lagi.
Diberitakan ulama Mufti Ahlus Sunnah Lebanon mengucapkan bela sungkawa atas kematian Hujjatul Islam Ebrahim Anshari yang menjadi korban jiwa dalam aksi peledakan bom di areal Kantor Kedutaan Besar Iran di Beirut selasa [19/11] lalu. Ucapan bela sungkawa tersebut disampaikan melalui pembicaraan via telepon kepada Kepala Duta Besar Republik Islam Iran di Beirut  Ghazanfar Rokne Abadi.
10,000 Foreign Terrorists Killed in Syria

News sources say more than 9900 foreign terrorists affiliated to Al-Qaeda have been killed in Syria by the army. 

 10,000 Foreign Terrorists Killed in Syria
(Ahlul Bayt News Agency) - News sources say more than 9900 foreign terrorists affiliated to Al-Qaeda have been killed in Syria by the army. 

The United Press news agency has published a report about the presence of foreign militants in Syria, putting the number of Al-Qaeda-linked terrorists killed in Syria so far at 9936.

The report said the majority of these armed elements belonged to the two groups Al-Nusra Front and the Islamic Government of Iraq and the Levant.

It said 1807 Libyans, 1432 Iraqis, 828 Lebanese, 821 Egyptians, 800 Palestinians, 714 Saudis, 571 Yemenis, 412 Moroccans, 274 Algerians, 202 Jordanians, 71 Kuwaitis, 21 Bahrainis, 19 Emiratis, 8 Qataris, 3 Sudanese and one from Mauritania were among those killed in clashes with the Syrian forces.

According to the report, there were also 30 terrorists from the Caucasus and Albania.

Syria has been the scene of unrest for nearly two years. Many people, including large numbers of army and security personnel, have been killed in the turmoil that began in March 2011.


Mass Murder in Middle East Is Funded by Our Friends "the Saudis"

World View: Everyone knows where al-Qa'ida gets its money, but while the violence is sectarian, the West does nothing. 
Patrick Cockburn

 Mass Murder in Middle East Is Funded by Our Friends "the Saudis"

(Ahlul Bayt News Agency) Donors in Saudi Arabia have notoriously played a pivotal role in creating and maintaining Sunni jihadist groups over the past 30 years. But, for all the supposed determination of the United States and its allies since 9/11 to fight "the war on terror", they have showed astonishing restraint when it comes to pressuring Saudi Arabia and the Gulf monarchies to turn off the financial tap that keeps the jihadists in business.

Compare two US pronouncements stressing the significance of these donations and basing their conclusions on the best intelligence available to the US government. The first is in the 9/11 Commission Report which found that Osama bin Laden did not fund al-Qa'ida because from 1994 he had little money of his own but relied on his ties to wealthy Saudi individuals established during the Afghan war in the 1980s. Quoting, among other sources, a CIA analytic report dated 14 November 2002, the commission concluded that "al-Qa'ida appears to have relied on a core group of financial facilitators who raised money from a variety of donors and other fund-raisers primarily in the Gulf countries and particularly in Saudi Arabia".

Seven years pass after the CIA report was written during which the US invades Iraq fighting, among others, the newly established Iraq franchise of al-Qa'ida, and becomes engaged in a bloody war in Afghanistan with the resurgent Taliban. American drones are fired at supposed al-Qa'ida-linked targets located everywhere from Waziristan in north-west Pakistan to the hill villages of Yemen.

But during this time Washington can manage no more than a few gentle reproofs to Saudi Arabia on its promotion of fanatical and sectarian Sunni militancy outside its own borders.

Evidence for this is a fascinating telegram on "terrorist finance" from US Secretary of State Hillary Clinton to US embassies, dated 30 December 2009 and released by WikiLeaks the following year. She says firmly that "donors in Saudi Arabia constitute the most significant source of funding to Sunni terrorist groups worldwide". Eight years after 9/11, when 15 of the 19 hijackers were Saudis, Mrs Clinton reiterates in the same message that "Saudi Arabia remains a critical financial support for al-Qa'ida, the Taliban, LeT [Lashkar-e-Taiba in Pakistan] and other terrorist groups". Saudi Arabia was most important in sustaining these groups, but it was not quite alone since "al-Qa'ida and other groups continue to exploit Kuwait both as a source of funds and as a key transit point".

Why did the US and its European allies treat Saudi Arabia with such restraint when the kingdom was so central to al-Qa'ida and other even more sectarian Sunni jihadist organisations? An obvious explanation is that the US, Britain and others did not want to offend a close ally and that the Saudi royal family had judiciously used its money to buy its way into the international ruling class.

Unconvincing attempts were made to link Iran and Iraq to al-Qa'ida when the real culprits were in plain sight.

But there is another compelling reason why the Western powers have been so laggard in denouncing Saudi Arabia and the Sunni rulers of the Gulf for spreading bigotry and religious hate. Al-Qa'ida members or al-Qa'ida-influenced groups have always held two very different views about who is their main opponent. For Osama bin Laden the chief enemy was the Americans, but for the great majority of Sunni jihadists, including the al-Qa'ida franchises in Iraq and Syria, the target is the Shia. It is the Shia who have been dying in their thousands in Iraq, Syria, Pakistan and even in countries where there are few of them to kill, such as Egypt.

Pakistani papers no longer pay much attention to hundreds of Shia butchered from Quetta to Lahore. In Iraq, most of the 7,000 or more people killed this year are Shia civilians killed by the bombs of al-Qa'ida in Iraq, part of an umbrella organisation called the Islamic State of Iraq and the Levant (Isil), which also encompasses Syria. In overwhelmingly Sunni Libya, militants in the eastern town of Derna killed an Iraqi professor who admitted on video to being a Shia before being executed by his captors.

Suppose a hundredth part of this merciless onslaught had been directed against Western targets rather than against Shia Muslims, would the Americans and the British be so accommodating to the Saudis, Kuwaitis and Emiratis? It is this that gives a sense of phoniness to boasts by the vastly expanded security bureaucracies in Washington and London about their success in combating terror justifying vast budgets for themselves and restricted civil liberties for everybody else. All the drones in the world fired into Pashtun villages in Pakistan or their counterparts in Yemen or Somalia are not going to make much difference if the Sunni jihadists in Iraq and Syria ever decide – as Osama bin Laden did before them – that their main enemies are to be found not among the Shia but in the United States and Britain.

Instead of the fumbling amateur efforts of the shoe and underpants bombers, security services would have to face jihadist movements in Iraq, Syria and Libya fielding hundreds of bomb-makers and suicide bombers. Only gradually this year, videos from Syria of non-Sunnis being decapitated for sectarian motives alone have begun to shake the basic indifference of the Western powers to Sunni jihadism so long as it is not directed against themselves.

Saudi Arabia as a government for a long time took a back seat to Qatar in funding rebels in Syria, and it is only since this summer that they have taken over the file. They wish to marginalise the al-Qa'ida franchisees such as Isil and the al-Nusra Front while buying up and arming enough Sunni war-bands to overthrow President Bashar al-Assad.

The directors of Saudi policy in Syria – the Foreign Minister Prince Saud al-Faisal, the head of the Saudi intelligence agency Prince Bandar bin Sultan and the Deputy Defence Minister Prince Salman bin Sultan – plan to spend billions raising a militant Sunni army some 40,000 to 50,000 strong. Already local warlords are uniting to share in Saudi largesse for which their enthusiasm is probably greater than their willingness to fight.

The Saudi initiative is partly fuelled by rage in Riyadh at President Obama's decision not to go to war with Syria after Assad used chemical weapons on 21 August. Nothing but an all-out air attack by the US similar to that of Nato in Libya in 2011 would overthrow Assad, so the US has essentially decided he will stay for the moment. Saudi anger has been further exacerbated by the successful US-led negotiations on an interim deal with Iran over its nuclear programme.

By stepping out of the shadows in Syria, the Saudis are probably making a mistake. Their money will only buy them so much. The artificial unity of rebel groups with their hands out for Saudi money is not going to last. They will be discredited in the eyes of more fanatical jihadis as well as Syrians in general as pawns of Saudi and other intelligence services.

A divided opposition will be even more fragmented. Jordan may accommodate the Saudis and a multitude of foreign intelligence services, but it will not want to be the rallying point for an anti-Assad army.

The Saudi plan looks doomed from the start, though it could get a lot more Syrians killed before it fails. Yazid Sayegh of the Carnegie Middle East Centre highlights succinctly the risks involved in the venture: "Saudi Arabia could find itself replicating its experience in Afghanistan, where it built up disparate mujahedin groups that lacked a unifying political framework. The forces were left unable to govern Kabul once they took it, paving the way for the Taliban to take over. Al-Qa'ida followed, and the blowback subsequently reached Saudi Arabia."

Suriah:
 Al Qaedah Latih Anak-anak untuk Jadi Teroris

Dalam sebuah laporan yang dikirim dari kota Maaloula, reporter TV-7 Bulgaria mengatakan, kelompok teroris dukungan asing merekrut anak-anak muda dari beberapa daerah untuk dilatih melawan pasukan tentara dan rakyat Suriah. Mereka juga memprovokasi anak-anak itu untuk melakukan serangan seksual terhadap perempuan Suriah. 

 Al Qaedah Latih Anak-anak untuk Jadi Teroris



Menurut Kantor Berita ABNA, kelompok-kelompok
teroris di Suriah bukan hanya beranggotakan laki-laki dewasa tetapi juga
anak-anak. Sebagaimana diberitakan Kantor Berita Al ‘Alam, anak-anak diculik
dari sekolah-sekolah dan rumah-rumah mereka dari beberapa daerah untuk kemudian
dilatih untuk memegang senjata dan memenggal kepala tahanan sipil, anak-anak
mudanya bahkan diprovokasi untuk memperkosa gadis-gadis serta wanita Suriah.



Dalam sebuah laporan yang dikirim
dari kota Maaloula, reporter TV-7 Bulgaria mengatakan, kelompok teroris
dukungan asing merekrut anak-anak muda dari beberapa daerah untuk dilatih
melawan pasukan tentara dan rakyat Suriah. Mereka juga memprovokasi anak-anak
itu untuk melakukan serangan seksual terhadap perempuan Suriah.



Laporan itu mengatakan, sejumlah besar penembak jitu yang berafiliasi dengan
Front al- Nusra terkonsentrasi di kota itu.



"Militan-militan ini sudah sering menyerang situs dan monumen bersejarah,
begitu pula warga Kristen dan gereja-gereja," kata laporan itu.



Laporan itu menambahkan, setidaknya 700 ribu warga meninggalkan rumah mereka
untuk menyelamatkan diri dari serangan kelompok-kelompok militan.



Laporan tersebut menekankan bahwa kelompok militan itu bukan pejuang kebebasan
dan demokrasi tapi ekstremis yang tidak akan berhenti sampai tujuan mereka
tercapai; meski harus membuat anak-anak muda itu melakukan pekerjaan kotor
seperti mereka.



Kelompok-kelompok HAM berulang kali mengatakan bahwa kelompok militan melakukan
pelanggaran HAM dalam perang dan menewaskan 3.500 lebih anak.



Militan dukungan Barat di Suriah itu secara terbuka memaksakan hukum mereka
sendiri di seluruh wilayah Suriah, menggeledah gereja-gereja Kristen dan bahkan
menyembelih tahanan dengan darah dingin.



Mereka juga dengan berani mengancam akan melakukan pembersihan etnis terhadap
warga Suriah yang menolak menerima kekuasaan mereka lewat senjata kimia.


Ulama Malaysia:
 Agama Islam Melarang Pengkafiran Sesama Muslim

"Umat Islam utamanya dari kalangan ulama hendaklah mengambil pendirian tegas terhadap kaum takfiri. Ini disebabkan tidak sepatutnya seseorang muslim mengkafirkan saudara seagama dengannya tanpa ilmu yang jelas. Barangsiapa yang melakukan perbuatan tersebut, maka kekafiran akan kembali kepadanya." 

 Agama Islam Melarang Pengkafiran Sesama Muslim
Menurut Kantor Berita ABNA, dalam wawancaranya dengan wartawan Taghrib News, pimpinan Himpunan Ulama Rantau Asia (SHURA) Syeikh Abdul Ghani Shamsudin berkata, "Umat Islam utamanya dari kalangan ulama hendaklah mengambil pendirian tegas terhadap kaum takfiri. Ini disebabkan tidak sepatutnya seseorang muslim mengkafirkan saudara seagama dengannya tanpa ilmu yang jelas. Barangsiapa yang melakukan perbuatan tersebut, maka kekafiran akan kembali kepadanya."

Syeikh Abdul Ghani juga menyerukan agar kedudukan ulama Syiah dan Sunni dapat diperhatikan baik dalam penyampaian fatwa, pengajaran hukum agama, kebudayaan Islam dan dialog persaudaraan. Menurutnya tidak semua berhak berbicara mengenai hukum syar’i dan mengambil istinbat hukum seenaknya, apalagi itu sampai mengkafirkan sesama muslim. Beliau turut mengingatkan mengenai bahaya yang menimpa dunia Islam jika trend pengkafiran sesama muslim dibiarkan.

"Pihak musuh yaitu Zionis, dan sekutunya dari adi kuasa berusaha menciptakan fitnah dan perpecahan antar mazhab di kalangan pengikut agama yang satu. Dengan cara ini mereka dapat meronrong kestabilan negara-negara Islam. Masalah ini juga dapat dilihat dalam transformasi Timur Tengah khususnya krisis di Suriah, serangan teroris di Irak, Afghanistan dan negara-negara Islam lainnya."

Ulama dan muballgih Malaysia tersebut turut meminta seluruh umat Islam terutama dari kalangan alim ulama untuk memberikan peringatan bahaya konspirasi Zionis yang berhasrat menyeret kaum muslimin ke arah perselisihan dan perpecahan yang dapat melemahkan kekuatan kaum muslimin.

Aktivis JAKIM:
 Media Membantu Penyebaran Syiah di Malaysia

Aktivis JAKIM mengakui, maraknya media menurunkan berita mengenai pemahaman Syiah justru semakin membuat masyarakat penasaran dengan ajaran Syiah dan mempelajarinya sendiri, hal tersebut membuat jumlah pengikut Syiah di Malaysia justru meningkat pesat hanya dalam beberapa bulan terakhir. 

 Media Membantu Penyebaran Syiah di Malaysia



Menurut Kantor Berita
ABNA, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia
(JAKIM) yang diwakili Mohd Aizam Mas’od dalam pernyataannya mengklaim mengenal
pasti sekitar 1.500 penganut Syiah yang tersebar di beberapa wilayah di
Malasyia dan menurutnya wilayah yang paling aktif di sekitar Selangor, Perak
dan Johor. Aizam Mas’od yang menjabat sebagai Penolong Pengarah Bahagian
Penyelidikan Akidah JAKIM tersebut menambahkan lembaganya bekerjasa dengan
Jabatan Agama Islam Negeri untuk mengambil tindakan hukum bagi para penganut
Syiah yang diketahui identitasnya tersebut.

“Selama ini pihak Jabatan
Agama Islam Negeri menghadapi masalah untuk mengajukan mereka ke Mahkamah
Syariah karena belum memiliki bukti yang mencukupi.” Ungkapnya sebagaimana
dinukil dari media Malaysia setempat The Malaysian Insider.

Dalam lanjutan
pernyataannya, aktivis Islam yang getol mendakwahkan kesesatan Syiah tersebut
mengakui gencarnya media menurunkan berita mengenai pemahaman Syiah justru
semakin membuat masyarakat penasaran dengan ajaran Syiah dan mempelajarinya
sendiri, hal tersebut membuat jumlah pengikut Syiah di Malaysia justru
meningkat pesat hanya dalam beberapa bulan terakhir.

Menurutnya hal tersebut sangat
mengkhawatirkan. “Yang penting dilakukan adalah pemantauan dan  tindakan tegas yang membuktikan kesungguhan
pemerintah dalam memberantas ajaran sesat tersebut.” Tambahnya.

Mohd Aizam juga menambahkan
bahwa JAKIM akan mengadakan kerjasama dengan Jabatan Agama Islam Negeri-negeri
untuk mencari jalan menghambat laju perkembangan Syiah di negeri Melayu
tersebut.

Mohd Aizam Mas’od belum
lama ini menjadi salah satu pembicara dalam sebuah seminar mengenai “Akidah
Ummah” yang terselenggara atas kerjasama JAKIM, Dewan Bahasa dan Pustaka serta
Penerbitan Dian Darulnaim Sdn Bhd. Dia membawakan tema seputar kesesatan
pemahaman Syiah.
JAKIM sebar fitnah, Syiah Kedah lapor polis

Berikutan fitnah Jabatan Kemajuan Islam Malaysia terhadap Syiah Imamiyah, sekumpulan pengikut mazhab tersebut yang diketuai ustaz Abdullah Hasan tampil membuat laporan di IPD Pendang.

 JAKIM sebar fitnah,  Syiah Kedah lapor polis
Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.co) - Beberapa orang penganut Syiah Imamiyah yang tidak berpuas hati dengan fitnah Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) terhadap mazhab mereka tampil membuat membuat laporan Polis. Rombongan Syiah yang diketuai ustaz Abdullah Hasan  membuat laporan tersebut di Ibupejabat Polis Daerah Pendang, pagi Khamis lalu.

Rombongan tersebut turut membawa naskah al-Qur'an cetakan Iran bagi membuktikan pembohongan melulu beberapa pihak bahawa Syiah mempunyai al-Qur'an yang berbeza dari Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Pihak Jakim dalam salah satu siri penindasan dan diskriminasi terhadap minoriti pengikut mazhab Syiah dikatakan telah mencanang beberapa pembohongan dalam khutbah Jumaat yang diedarkan ke seluruh negara untuk dibaca khatib-khatib pada 29 November lalu.

Khutbah berjudul 'Virus Syiah' tersebut disifatkan Abdullah sebagai penghinaan, fitnah dan membangkitkan api permusuhan antara umat Islam.

Antara perkara-perkara yang dibangkit dalam laporan polis tersebut ialah:

1. Mencabar peruntukan undang-undang dengan pemaksaan beramal dengan Ahli Sunnah Wal Jamaah.

2. Sengaja memburukkan mazhab Syiah dengan memanipulasi konsep Imamah sebagai rukun agama sedangkan ada ulama Sunni yang turut mengakui perkara tersebut.

3. JAKIM sengaja menimbulkan elemen kontroversi sahabat Nabi untuk mengkafirkan penganut mazhab Syiah Imamiyah.

4. JAKIM dengan sengaja menuduh mazhab Syiah percaya tentang tahrif al-Qur'an sedangkan beberapa orang ulama Sunni menolak kewujudan hal tersebut di kalangan Syiah.

5. JAKIM menuduh Syiah mengharuskan liwat untuk memfitnah dan mengaibkan Syiah seterusnya menimbulkan kebencian melulu terhadap mazhab yang ditindas ini.

6. JAKIM mempertikaikan hari mengenang kesyahidan Imam Husain (a.s) di hari Asyura.

7. JAKIM sengaja memburukkan mazhab Syiah Imamiyah dengan isu hukum nikah Mut'ah

8. JAKIM dengan sengaja menghasut kebencian terhadap Syiah dengan menuduh Syiah mempertikaikan kesahihan dan keutuhan mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah.

9. JAKIM dengan sengaja mendakwa kononnya mazhab Syiah cuba mencabar pihak berkuasa sedangkan perkataan ini boleh diucapkan oleh sesiapa sahaja.

Sementara itu tokoh radikal Sunni Kedah, Prof Madya Aziz Hanafi ketika dihubungi wartawan sebaliknya mengulas kumpulan Syiah semakin berani menentang pihak JAKIM. Beliau menegaskan pihaknya sentiasa mendukung kerajaan dalam menindas minoriti Syiah Malaysia. Walau bagaimanapun Aziz Hanafi tidak memberikan komen sedikitpun tentang pembohongan dan fitnah Jakim tersebut.
Syiah;
 JUST desak kerajaan patuhi Risalah Amman

Dr. Chandra Muzaffar desak kerajaan persekutuan dan mufti-mufti mengesahkan risalah Amman secara terbuka dan menyebarkannya ke sekolah-sekolah agama.

 JUST desak kerajaan patuhi Risalah Amman
Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.co) - Presiden International Movement for a Just World (JUST) mendesak kerajaan persekutuan dan mufti-mufti negeri mengesahkan secara terbuka tentang isu Sunni - Syiah berdasarkan mesej Amman.

Dr. Chandra Muzaffar menyatakan desakan tersebut kepada Agensi Berita Nasional (BERNAMA) kerana khuatir umat Islam di negara ini terkeliru akibat pembohongan yang dicanang oleh media-media Malaysia.

Beliau berkata, Risalah Amman dibentuk secara rasmi oleh 200 cendiakawan Islam terkemuka dari 50 buah negara termasuk Malaysia dalam persidangan antarabangsa di Amman, Jordan pada Julai 2005 atas inisiatif Raja Abdullah II demi memperkukuhkan perpaduan umat Islam.

Chandra berkata, risalah itu merangkumi tiga perkara penting:

* Ia mengiktiraf kesahihan kesemua lapan mazhab Sunni, Syiah dan Islam Ibandhi, teologi Islam tradisional, fahaman Tasawuf dan pemikiran Salafi yang tulen;

* Ia melarang takfir (mengisytiharkan murtad) antara umat Islam dan

* Ia menetapkan prasyarat subjektif dan objektif untuk mengeluarkan fatwa, sekali gus mendedahkan fatwa yang jahil dan tidak sah yang dibuat atas nama Islam.

Antara sebab betapa pentingnya risalah itu disahkan secara terbuka dan diberi komitment, beliau menjelaskan terdapat pihak yang mengambil kesempatan mendalamkan jurang antara Sunni dan Syiah bagi melemahkan umat Islam.

Beliau juga mencadangkan risalah itu diedarkan secara meluas ke sekolah menengah agama Islam termasuk kepada ustaz dan ustazah di seluruh negara. Kata beliau lagi, risalah itu juga boleh disisipkan dalam khutbah Jumaat dan disiarkan menerusi media-media tempatan.

Beliau yakin, risalah itu yang diterima pakai pada sidang kemuncak Pertubuhan Kerjasama Islam di Makkah pada Disember 2005 boleh membawa persefahaman dan muhibbah antara Sunni dan Syiah di negara ini.

Politisi Malaysia:
 Isu Syiah Hanya untuk Menutupi Kegagalan Kerajaan Mengatasi Krisis Ekonomi

"Rakyat disibukkan untuk memikirkan isu Syiah. Isu tersebut sengaja disebar pemerintah hanya untuk menutupi keadaan rakyat Malaysia yang semakin kesulitan ekonomi karena harga-harga yang melonjak tinggi."

 Isu Syiah Hanya untuk Menutupi Kegagalan Kerajaan Mengatasi Krisis Ekonomi
Menurut Kantor Berita ABNA, praktisi politik Malaysia Dyana Sofya Mohd Daud menyatakan partai UMNO dan Barisan Nasional gencar mengkampanyekan isu bahaya Syiah untuk mengalihkan wacana dan isu kenaikan harga yang semakin mempersulit kondisi perekonomian masyarakat.

"Rakyat disibukkan untuk memikirkan isu Syiah. Isu tersebut sengaja disebar pemerintah hanya untuk menutupi keadaan rakyat Malaysia yang semakin kesulitan ekonomi karena harga-harga yang melonjak tinggi." Ungkapnya sebagaimana dinukil dari The Malaysia Insider.


"Contohnya pengurangan subsidi minyak, penghapusan subsisdi gula, kenaikan tarif listrik, pemberlakuan pajak GST, kenaikan pajak pintu serta kenaikan tambang LRT dan monorel," kata Dyana yang juga petinggi politik Lim Kit Siang.



Dyana juga menyebut kerajaan Malaysia bermuka dua, menerapkan kebijakan yang menekan rakyatnya yang bermazhab Syiah namun masih tetap memberi izin warga negara Iran yang banyak menuntut ilmu di beberapa universitas dan perguruan tinggi di Malaysia.



"Malah, ribuan dari mahasiswa asing tersebut adalah warganegara Iran yang kebanyakannya pengikut ajaran Syiah yang bergaul secara terbuka dengan mahasiswa-mahasiwa rakyat Malaysia sendiri." Jelasnya.



"Saya yakin, di dalam Universitas Teknologi Mara (UiTM) sendiri terdapat kelompok mahasiswa-mahasiswa asing yang merupakan pengikut Syiah," kata Dyana yang juga alumni UiTM jurusan undang-undang.



"Kalau memang kerajaan Malaysia serius dalam memerangi Syiah, adakah mahasiswa-mahasiswa asing yang telah mengeluarkan banyak biaya untuk melanjutkan studi di Malaysia sebagaimana yang digalakkan kerajaan sendiri ini akan diarahkan untuk berhenti dari studinya dan keluar dari Malaysia secara serta-merta?"



"Ataukah sekedar menuntut mereka untuk mengamalkan keyakinan mereka secara diam-diam supaya umat Islam Malaysia tidak keliru dan terpengaruh dengan mereka?"



Dalam pernyataannya juga, Dyana juga menyebut kerajaan berfikiran sempit sehingga mewujudkan kekeliruan di kalangan masyarakat Melayu terhadap ajaran Islam.



"Akhir sekali, saya ingin bertanya sama ada kegiatan memerangi Syiah ini khas untuk orang Melayu-Islam di Malaysia saja?



"Sekiranya ini benar, adakah umat Islam di Malaysia ini berlainan dengan umat Islam dari negara lain? Jika definisi Islam disempitkan di negara kita adakah ia akan bermaksud bahwa umat Islam dari negara lain itu tidak akan dianggap sebagai Islam di negara kita?" kata Dyana lagi.



Isu Syiah menjadi tajuk utama dan isu populer media-media nasional Malaysia setelah Kementerian Dalam Negeri (KDN) mengeluarkan pernyataan bahwa mantan Presiden PAS Mohamad Sabu adalah penganut mazhab Syiah Perhimpunan Agung UMNO 2013.



Mohamad Sabu bereaksi keras atas tudingan tersebut dan akan melaporkannya secara hukum dengan dalih pencemaran nama baik dan tuduhan yang tidak berdasar.



Mohamad mengakui ia mengagumi perjuangan pemimpin besar revolusi Islam Iran Ayatollah Ruhullah Musawi al Khomeini tetapi itu tidak berarti bahwa dirinya berpahaman Syiah.

Mengenal Wahabi:
 Ulama Ahlu Sunnah dan Aliran Sesat Wahabi

Ketika Muhammad bin Abdul Wahab masih hidup, bukan saja Sheikh Sulaiman yang menentangnya dan banyak menulis kitab atau surat mempertanyakan kesesatan pendiri aliran Wahabi ini. Bahkan Abdullah bin Abdul Latif Syafii, salah satu ulama Ahlu Sunnah dan guru Muhammad bin Abdul Wahab menulis buku berjudul "Tajrid Saif al-Jihad Li Muddaa al-Ijtihad" yang isinya mengkritik ajaran kaum Wahabi. Sheikh Abdullah bin Ibrahim, ulama Taif dalam bukunya "Tahridh al-Aghbiya Aala al-Istighatsa bil al-Ambiya wa al-Auliya" menyebut bertawasul kepada pemuka agama bukan bid'ah. Dalam bukunya tersebut, Sheikh Abdullah menjawah syubhah yang dilontarkan kaum Wahabi.


 Ulama Ahlu Sunnah dan Aliran Sesat Wahabi
Para ulama dengan menunjukkan reaksinya terhadap ideologi menyimpang Muhammad bin Abdul Wahab telah berhasil mencerahkan pikiran rakyat terhadap ideologi sesat Wahabi. Para ulama dengan usahanya ini juga berhasil menyelamatkan banyak umat Muslim dari bahaya terjatuh dalam kebodohan  Wahabi.
Mayoritas pengikut Wahabi menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok Ahlu Sunnah (Sunni) dan memiliki akidah yang sama, namun kelompok Wahabi yang menyimpang ini dalam realitanya memiliki keyakinan yang berbeda dengan Sunni. Ulama Ahlu Sunnah di awal kemunculan kelompok  Wahabi gencar menulis kitab yang mempertanyakan keyakinan ajaran Muhammad bin Abdul Wahab.
Orang pertama yang mengkritik dan menyerang bid'ah yang ditebar Muhammad bin Abdul Wahab adalah Sheikh Sulaiman, yang tak lain saudara dari pendiri aliran Wahabi. Sheikh Sulaiman dalam kitabnya yang berjudul, al-Sawaiq al-Ilahiah fi Mazhab al-Wahabiyah dan Faslul Khitab fi al-Rad Aala Muhammad bin Abdul Wahab mengkritik keras bida'ah dan kesesatan saudaranya. Ia pun menentang habis-habisan ideologi Muhammad bin Abdul Wahab.
Ada dialog yang terkenal antara dua saudara ini dan layak untuk didengar. Sulaiman bertanya kepada Muhammad bin Abdul Wahab, "Wahai Muhammad! Rukun Islam ada berapa?" Saudaranya menjawab, ada lima. Sulaiman berkata, "Namun kamu meyakini rukun Islam ada enam. Rukun keenam adalah kamu menyakini mereka yang tidak mengkuti dirimu adalah kafir! Keyakinan ini dalam ideologimu termasuk rukun Islam keenam."
Mengingat dialog antara dua saudara ini, kita memahami sikap radikal paling mencolok Muhammad bin Abdul Wahab adalah keyakinannya "Yang tidak mengikuti dirinya adalah kafir". Umat Muslim paling banyak dirugikan oleh ideologi sesar Muhammad bin Abdul Wahab ini dan Wahabi ekstrim serta menyimpang sampai saat ini gencar membantai warga Sunni dan Syiah. Padahal dalam ajaran Islam, hubungan antara Tuhan dan makhluk berdasarkan pada rahmat dan kecintaan. Adapun hubungan sesama anggota masyarakat dilandasi oleh rasa persaudaraan.
Ketika Muhammad bin Abdul Wahab masih hidup, bukan saja Sheikh Sulaiman yang menentangnya dan banyak menulis kitab atau surat mempertanyakan kesesatan pendiri aliran Wahabi ini. Bahkan Abdullah bin Abdul Latif Syafii, salah satu ulama Ahlu Sunnah dan guru Muhammad bin Abdul Wahab menulis buku berjudul "Tajrid Saif al-Jihad Li Muddaa al-Ijtihad" yang isinya mengkritik ajaran kaum Wahabi. Sheikh Abdullah bin Ibrahim, ulama Taif dalam bukunya "Tahridh al-Aghbiya Aala al-Istighatsa  bil al-Ambiya wa al-Auliya" menyebut bertawasul kepada pemuka agama bukan bid'ah. Dalam bukunya tersebut, Sheikh Abdullah menjawah syubhah yang dilontarkan kaum Wahabi.
Al-Aqwal al-Mardiyah fi al-Rad Aala al-Wahabiyah yang ditulis oleh Sheikh Atha Dimsyiqi. Sayid Alawi bin Ahmad Haddad mengatakan, "Banyak jawaban dan kritikan yang dilontarkan oleh ulama besar mazhab Ahlu Sunnah mulai dari Mekah, Madinah dan kota-kota lain seperti Ihsa, Basra, Aleppo dan kota lain kepada Muhammad bin Abdul Wahab ."
Selama Muhammad bin Abdul Wahab hidup hingga kematiannya banyak ulama yang menentang ideologi menyimpang pendiri Wahabi ini. Di antara ulama tersebut, Afifuddin Abdullah bin Dawud Hanbali, Ahmad bin Ali Basri Syafii, Sheikh Atha Makki, Sheikh Tahir  Hanafi, Sheikh Mustafa Hamami Misri salah satu ulama al-Azhar yang menulis buku "Ghauts al-Ibad bihi Bayan al-Rashad".
Salah satu ulama dan mufti besar kota Mekah di akhir pemerintahan Utsmani, Sheikh Ahmad Zaini Dahlan terkait akidah sesat Muhammad bin Abdul Wahab menulis, "Ia menyangka ziarah ke kuburan Nabi Saw, dan bertawassul kepada beliau serta para nabi dan ulama serta ziarah kubur mereka untuk mendapat berkah adalah syirik. Ia pun menilai siapa saja yang menisbatkan sesuatu kepada selain Tuhan meski melalui jalur rasio yang diperbolehkan adalah syirik. Misalnya mengatakan, si fulan sembuh berkat obat saya... Muhammad bin Abdul Wahab dalam kata-katanya banyak melakukan falasi untuk menipu kaum awam serta menariknya menjadi pengikut aliran Wahabi. 
Meski adanya penentangan luas ulama dan pencerahan yang gencar mereka lakukan, namun sangat disayangkan benih-benih ideologi rapuh ini tumbuh subur berkat dukungan dana dan militer pemerintah al-Saud serta Inggris dan akhirnya tumbuh menjadi sebuah pohon. Pohon ini hanya membuahkan kekerasan, friksi dan bentrokan antara kaum Muslim.

Wahabi sejak awal terbentuknya telah melakukan pembantaian besar-besaran untuk menguasai Mekah dan Madinah, dua kota yang menjadi pusat Islam. Pengikut aliran Wahabi mengaku dirinya sebagai muslim paling benar. Tak hanya itu, mereka menisbatkan perilaku menyimpang dan kekerasan kepada Nabi Muhammad Saw serta ajaran al-Quran.
Pada awalnya ulama Sunni dengan baik menentang Wahabi, namun selanjutnya secara bertahap mereka lebih memilih bungkam dan membiarkan aliran menyimpang ini berkembang. Salah satu dalih kebungkaman mereka adalah ketakutan mereka terhadap aliran Wahabi dan sayang terhadap jiwa mereka. Dengan bungkamnya ulama dan maraknya propaganda Wahabi serta ancaman yang ditebar pengikut Muhammad bin Abdul Wahab ini, sejumlah pengikut Sunni berbalik menjadi pengikut Wahabi.
Fenomena maraknya pengikut Sunni yang menjadi pengikut Wahabi disebabkan ulama mereka tidak serius seperti pendahulunya dalam memberi pencerahan kepada umatnya terhadap bahaya ideologi Muhammad bin Abdul Wahab. Aliran Wahabi yang mendapat angin dan berkembang pesat di sejumlah negara Islam khususnya Arab Saudi mulai menerapkan kekerasan dan penentangannya terhadap rasio.  Dan para pengikutnya pun dipaksa untuk memusuhi akal sehingga terlelap dalam kejumudan.
Pembantaian muslim Suriah yang juga mencakup anak-anak tak berdosa merupakan contoh nyata dari ideologi sesat dan kejumudan akal Wahabi. Perusakan makam para pemuka agama, menistakan para wanita Suriah, memotong anggota badan penentangnya serta perilaku sadis lainnya menunjukkan fanatisme dan kekerasan yang ditebar pengikut Wahabi.
Kini semua telah menyadari bahwa klaim jihad, tuntutan kebebasan dan bantuan kepada rakyat Suriah semuanya sekedar alasan untuk merusak kehidupan rakyat negara ini. Wahabi ekstrim di Suriah bukannya tidak membantu rakyat negara ini, bahkan mereka malah merusak dan membuat kehidupan rakyat semakin buruk serta aktif membantai warga atau memaksanya mengungsi. Harta warga pun dijarah dan tidak memberi ampun kepada siapa pun termasuk anak-anak dan wanita. Sangat disayangkan ulama Ahlu Sunnah sampai saat ini belum menunjukkan sikap yang tegas terhadap kejahatan anti Islam yang menggunakan nama jihad.

Toleransi dan keras adalah dua sifat Nabi Saw dan ajaran al-Quran. Kedua sifat mulia ini pun menghiasidalam kehidupan politik dan sosial beliau sepanjang hidupnya baik dalam perilaku maupun amal. Keras dan teguh merupakan keharusan untuk menjalankan keadilan dan menjamin keamanan. Toleransi yang tak pada tempatnya malah akan menghilangkan hak manusia. Pengampunan dan kelembutan yang timbul dari kelemahan saat menghadapi kezaliman adalah kehinaan serta bentuk dari sikap menyerah terhadap kezaliman. Hal ini malah membuat pelaku kezaliman semakin leluasa menjalankan aksinya. 
Oleh karena itu, menolak toleransi seperti ini. Rasulullah Saw meski disebut sebagai Nabi pembawa rahmat bagi seluruh umat manusia, namun beliau tidak pernah mendiamkan ketidakadilan, kezaliman dan bid'ah. Beliau pun gencar memeranginya. Dalam ajaran Islam berdamai dengan orang zalim dan penumpah darah tidak pernah dibenarkan.
Mengingat ayat 73 surat al-Isra di mana Allah Swt memperingatkan Nabi-Nya soal berlemah lembut dengan orang kafir, kita memahami bahwa dalam pandangan al-Quran muslim dan mukmin tidak diperkenankan menunjukkan kelemahan dalam soal agama. Mereka dianjurkan untuk memerangi ahli bid'ah dan orang kafir dengan sungguh-sungguh. Dewasa ini umat Islam juga seharusnya tidak menunjukkan rasa toleransi terhadap propaganda anti agama musuh dan Wahabi yang menebarkan bid'ah.

Imam Wahabi puji dasar anti Syiah di Malaysia

Sheikh Dr. Khalid al-Ghamidi puji cubaan menegakkan prinsip Ahli Sunnah sebagai pegangan utama di Malaysia 

 Imam Wahabi puji dasar anti Syiah di Malaysia


Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.co) - Imam Masjidil Haram yang beraliran Wahabi, Sheikh Dr. Khalid al-Ghamidi memuji Malaysia sebagai negara Islam pertama yang tegas menjadikan prinsip Ahli Sunnah Wal Jamaah sebagai pegangan akidah rakyat Malaysia.

Ahli Majlis Tertinggi (MT) UMNO, Dr. Asyraf Wajdi Dusuki berkata, perkara itu dinyatakan imam Wahabi tersebut di dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak, hari ini.

Berasaskan laporan ini, beliau bersetuju apa yang dinyatakan oleh Sheikh Khalid itu selaras dengan ketegasan kerajaan yang memaksa umat Islam di negara ini berpegang dengan Ahli Sunnah Wal Jamaah.

''Berbanding negara seperti Syria, Qatar dan beberapa negara Arab lain, ketegasan Malaysia cukup terserlah. Kita tidak pernah mengambi kira fahaman lain kecuali Ahli Sunnah Wal Jamaah,'' katanya kepada Utusan Malaysia di Pusat Dagangan Dunia Putra (PWTC) di sini hari ini.

Beliau turut hadir pada pertemuan antara Perdana Menteri dan ulama Wahabi itu.

Menurut Asyraf Wajdi, negara-negara Arab lain memberikan kesaksamaan untuk mazhab lain seperti Syiah.

''Ini yang menyebabkan Sheikh Khalid kagum dengan ketegasan Malaysia dalam hal ini. Kita menyatakan yang Malaysia tidak pernah memberi ruang sedikit pun kepada mana-mana fahaman.

''Fahaman yang kita iktiraf hanya Ahli Sunnah Wal Jamaah,'' ujarnya.

Malaysia hari ini mendapat perhatian dunia apabila terdapat gerakan politik cuba mengeluarkan mazhab Syiah dari agama Islam dan menegakkan aliran Sunni versi Wahabi sebagai pegangan utama rakyatnya.

Parti politik berpengaruh di negara ini dilihat secara terbuka mengambil pendakwah Wahabi sebagai penasihat agama walaupun ajaran tersebut terkenal dengan kekerasan atau terrorisme.

K Pragalath;
 Jakim jahil tentang Syiah

Pernyataan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) bahawa amalan Syiah berkembang di Tanah Melayu selepas revolusi Islam Iran menunjukkan agensi kerajaan itu tidak memahami Syiah - K Pragalath


 Jakim jahil tentang Syiah
Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.co) - Penulis Malaysia Today, K Pragalath menyifatkan penegasan Jakim pada 14 Disember lalu bahawa ajaran  'Syiah Imamiyah Ithna Asyariyyah' atau 'Imam Dua Belas' aktif selepas revolusi Islam 1979 sebagai salah fakta.

Berasaskan tulisan beliau, kajian antropologi dan sosiologi menunjukkan pengikut Syiah sudah wujud di Tanah Melayu sejak berkurun lamanya sebelum tercetus revolusi Islam Iran.

Sebagai bukti kejahilan Jakim, beliau merujuk kepada jurnal bertajuk “The Malaysian Shi’a: A Preliminary Study Of Their History, Opprsssion and Denied Rights” di dalam Journal Of Shi’a Islamic Studies Jilid 6,No 4, 2013, yang menegaskan bahawa ajaran Syiah tiba di Malaysia seawal abad ke-tujuh ketika dunia Melayu menerima Islam, sedangkan mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah (ASWJ) pula tiba ke alam Melayu dalam abad ke 13.

Menurut beliau lagi, bukti paling kukuh berkenaan kedatangan pengaruh Syiah ini wujud di dalam Batu Bersurat Terengganu.  Batu bersurat ini juga menunjukkan bukti kedatangan terawal Islam ke Tanah Melayu.  Ia berusia lebih 700 tahun dan menggunakan skrip tulisan Jawi.

Bukti pengaruh Syiah di dalam Batu Bersurat Terengganu ialah perkataan ‘Santabi’ atau ‘Sahabi’.  Kajian dari sudut bahasa terhadap perkataan tersebut menunjukkan bahawa ia kata pinjaman dari Bahasa Sanskrit, ‘Sanabhya’ yang bermaksud hubungan darah.

Berdasarkan penterjemahan ini jelas terdapat pengaruh Syiah di dalam Batu Bersurat Terengganu kerana ia tidak merujuk kepada para sahabat Nabi Muhammad saw tetapi ahli keluarga baginda.

Antara tuduhan yang kerap dilontar terhadap masyarakat ialah yang berkaitan dengan solat.  Ada yang mendakwa bahawa Syiah hanya solat tiga waktu dan langsung dituduh bertentangan dengan rukun Islam kedua. Namun Fiqh Jafari di dalam ajaran Syiah menyatakan bahawa Syiah juga menunaikan solat lima waktu.  Yang berbeza hanyalah waktu solat.
Marivan Friday prayer leader: "Takfir is brainchild of ignorance"

A prominent Sunni cleric from Marivan, in Iranian Province of Kurdistan, condemned Takfiri crimes in the region and called these groups as brainchildren of ignorance and unawareness. 


 Marivan Friday prayer leader: "Takfir is brainchild of ignorance"
(Ahlul Bayt News Agency) Mamusta Mostafa Shirzadi, Friday prayer leader of Sunni Muslims in Marivan, Kurdistan Province, in an exclusive interview with Taqrib News Agency (TNA) noted,” To acquire knowledge is the way to pave the way for justice and logical behavior and if elites and thinkers are on top of each society, then safety, peace and determination are guaranteed for that society.”

He added,” Enemies of Islam are fully aware that the only way to dominate Muslims is to dominate their thoughts and in this way they try to impede increase of knowledge and awareness of Muslims in different areas of science, technology and culture.”

Friday prayer leader of Marivan referred to illogical measures by Takfiri groups in the region and added, “Murdering children, women and civilians in Islamic countries and killing religious brothers and sisters is inhumane act and those who commit these crimes are ignorant people.”

Mamusta Shirzadi also called Takfiri groups as brainchild of ignorance and unawareness in the world of Islam and if we study their objectives carefully we will find out their vain intentions.”

He added,” Capitalism is pursuing spread of a modern ignorance in Islamic countries and in this path some people and groups are scapegoats for their mean ambitions and we are witness to their brutal acts in Syria, Iraq and Afghanistan.”

Mamusta Shirzadi also said,” We have to stand against their intrigues vigilantly and spread knowledge of knowing enemies among the youths and prevent their entrapment in future.” 
3 SYEIKH TERRORIST TAKFIRI SEKUTU SYEIKH TAKFIRI AL ASEER PENGANJUR KEGANASAN MASUK PERANGKAP TENTERA LUBNAN
 شیخ تکفیری جنوب لبنان به دام افتاد + عکس

در عملیات ارتش لبنان در بخشی از مناطق شهر صیدا «علاء صالح» به همراه دو تن دیگر که از نزدیکان شیخ تکفیری «احمد الاسیر» است به دام نیروهای ارتش افتاد. 



به گزارش خبرگزاری اهل‌بیت(ع) ـ ابنا ـ عملیات ارتش لبنان در بخشی از مناطق شهر صیدا در جنوب لبنان که از صبح امروز ( پنجشنبه) شروع شده ضمن دستیابی به برخی از اهداف خود همچنان ادامه دارد.
منابع نظامی و امنیتی لبنانی گفتند که «علاء صالح» یک شیخ تکفیری به همراه دو تن دیگر به نام های «محمد الصوری» و «محمد العر» در عملیات نیروهای ارتش لبنان به دام افتادند که اطلاعات بدست آمده از آنها به نیروهای ارتش برای دست یافتن به اهداف از پیش تعیین شده کمک زیادی کرد.
منابع امنیتی لبنانی گفتند که شیخ علاء صالح از نزدیکان شیخ تکفیری «احمد الاسیر» است که نیروهای وابسته به او مدتی است در لبنان از جمله شهر صیدا و ضاحیه جنوبی بیروت دست به عملیات تروریستی علیه محور مقاومت ضد صهیونیستی می زنند.
بازداشت شدگان پیشتر از سوی دستگاه های اطلاعاتی و امنیتی لبنان احضار شده بودند.
بر اساس این گزارش، بازداشت این افراد سبب شد که ارتش لبنان به اطلاعات خوبی در خصوص برنامه ریزان اقدامات اخیر تروریستی علیه نظامیان این کشور در صیدا دست یابند.
در عملیات امروز که نیروهای واکنش سریع ارتش لبنان هم مشارکت دارند، مناطق الرمیله، مجدلیون، جزین، علمان، شرحبیل، بقسطا، عبرا، کفرفالوس و بسری شهر صیدا برای یافتن تکفیری های تروریست جست و جو شد.
ارتش لبنان در این عملیات علاوه بر استفاده بالگردهای نظامی از یک فروند هواپیمای شناسایی بدون سرنشین از نوع "سیسنا" برای اولین بار استفاده کرد و توانست از فراز مناطق هدف اقدام به تصویربرداری کند.
ارتش لبنان همچنین در جریان بازرسی های امروز از مناطق شرقی صیدا به میزان قابل توجهی از سلاح که توسط گروه های تروریستی مورد استفاده قرار می گرفته، دست یافته است.

Syrian Army Ambushed Nusra Militants in Damascus Countryside, Killing Dozens

Al-Manar correspondent reported that the Syrian Army ambushed Nusra Front militants in Qalamoun in Damascus countryside, killing 9 of them and injuring dozens of others. 

 Syrian Army Ambushed Nusra Militants in Damascus Countryside, Killing Dozens


(Ahlul Bayt News Agency) Al-Manar correspondent reported that the Syrian Army ambushed Nusra Front militants in Qalamoun in Damascus countryside, killing 9 of them and injuring dozens of others.

The ambush was near Yabroud which the militants try to head to in order to fight the Syrian army.

The opposing UK-based Syrian observatory asserted that the ambush took place northern Qalamoun, killing and injuring dozens of the militants.

A military source told SANA that the army ambushed and killed dozens of terrorists affiliated to Jabhet al-Nusra between the areas of Maaloula and al-Qastal, near Yabroud.




صلوات.....

اللهم اجعلنی فی درعک الحصینة التی تجعل فیها من ترید