Sunday, 9 February 2014

AYATOLLAH KHAMENEI : U.S UNABLE TO CHANGE IRAN GOVT


بسم الله الرحمن الرحیم

US unable to change Iran government: Imam Khamenei


Leader of the Islamic Revolution Ayatollah Seyyed Ali Khamenei says American officials are lying when they say they are not pursuing regime change in Iran. 

 

(Ahlul Bayt News Agency) - “American officials, in negotiations with the country’s (Iran) officials, say we are not after regime change in Iran but they are lying because if they had the ability to do this they would not hesitate one second," Ayatollah Khamenei said in an address to Iranian Air Force commanders on Saturday in Tehran.

“The other reason behind US inability to change the Islamic establishment [of Iran] is that the establishment relies on the nation’s faith, kindness and resolve," the Leader pointed out.

“One can change the tactics, but principles must remain rock solid,” Ayatollah Khamenei said.

The Leader emphasized that compromise with arrogant powers will lead to nowhere and stated that interventionist powers seek to put autocratic puppets at the helm.

The secret to the longevity of the Islamic Revolution is its reliance on Islamic values, Ayatollah Khamenei underscored.

The Leader stressed that seeking independence should not be translated into hostility with the rest of the world. Independence means resistance against the interventionist powers which do not respect the dignity of other nations for their personal interests.

The Leader said the imperial order has been manifested in absolute terms in the current US administration.

The United States threatens Iran and ridiculously expects it to reduce its defensive power, Ayatollah Khamenei said, adding the solution to economic problems does not lie in lifting sanctions.

 Amerika tidak mampu menggulingkan kerajaan Iran

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayyed Ali Khamenei berkata, para pegawai Amerika berbohong apabila mendakwa mereka tidak cuba menggulingkan kerajaan Iran.
 

 Amerika tidak mampu menggulingkan kerajaan Iran
Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.co) - "Para pegawai Amerika dalam rundingan rasmi dengan Iran berkata, kami tidak berusaha menukar pemerintahan di Iran, namun mereka berbohong kerana apabila sudah mendapat peluang, mereka tidak akan ragu walaupun satu saat," kata Ayatullah Khamenei kepada para komandan tentera udara, di Tehran hari ini.

"Alasan lain di sebalik tidak mampunya Amerika menukar pemerintahan Islam ialah kepercayaan yang diberikan rakyat, ketulusan dan ketabahan hati.

"Taktik boleh berubah, namun prinsip hendaklah kekal utuh," jelas beliau.

Sambil menegaskan bahawa tiada hasil muktamad dalam rundingan bersama kuasa angkuh dunia, beliau menyatakan kuasa dunia itu mula mencari boneka-boneka mereka.

Selain itu beliau turut menceritakan tentang rahsia kelestarian Revolusi Islam Iran ialah berasaskan kepercayaan terhadap nilai-nilai Islam.

Pemimpin Iran ini menekankan bahawa mencari kebebasan tidak boleh diterjemahkan sebagai permusuhan dengan dunia lain. Kebebasan yang dimaksudkan beliau ialah menentang campur tangan kuasa besar yang tidak menghormati kemuliaan bangsa lain demi kepentingan mereka sendiri.

Mengenai masalah ekonomi yang melanda negara Parsi itu, Ayatullah Khamenei berkata penyelesaiannya hendaklah tidak berdusta atas nama melonggarkan sekatan ekonomi. 
 


Iran Sending War Ships Close To US Border

A senior Iranian naval commander says his country has sent several warships to the Atlantic Ocean, close to US maritime borders for the first time. The commander of Iran's Northern Navy Fleet, Admiral Afshin Rezayee Haddad, is quoted by the official IRNA news agency as saying Saturday that the vessels have already begun the journey to the Atlantic Ocean via waters near South Africa. 

 Iran Sending War Ships Close To US Border
(Ahlul Bayt News Agency) - Iranian officials said last month that the fleet consisted of a destroyer and a logistic helicopter carrier, which will be on a three-month mission.

Haddad says the fleet is approaching US maritime borders for the first time. The Islamic Republic considers the move as a response to US naval deployments near its own coastlines. The US Navy's 5th fleet is based in nearby Bahrain.

In September 2012, Iran's Navy Commander Rear Admiral Habibollah Sayyari reiterated Iran's plans for sailing off the US coasts to counter the US presence in its waters in the Persian Gulf.

Sayyari had earlier informed of Tehran's plans to send its naval forces to the Atlantic to deploy along the US marine borders, and in September 2012 he said that this would happen "in the next few years".

The plan is part of Iran's response to Washington's beefed up naval presence in the Persian Gulf. The US Navy's 5th fleet is based in Bahrain - across the Persian Gulf from Iran - and the US has conducted two major maritime war games in the last two years.

In September 2011, Sayyari had announced that the country planned to move vessels into the Atlantic Ocean to start a naval buildup "near maritime borders of the United States".

"Like the arrogant powers that are present near our maritime borders, we will also have a powerful presence close to the American marine borders," Sayyari said.

Speaking at a ceremony marking the 31st anniversary of the start of the 1980-1988 war with Iraq, Sayyari gave no details of when such a deployment could happen or the number or type of vessels to be used.

Sayyari had first announced in July, 2011 that Iran was going to send "a flotilla into the Atlantic".

The Iranian navy has been developing its presence in international waters since 2010, regularly launching vessels in the Indian Ocean and the Gulf of Aden to protect Iranian ships from Somali pirates operating in the area.
LEBIH 800 ANGGOTA KUMPULAN TERRORIST DAESH TUMPAS DI IRAQ DALAM 3 BULAN TERAKHIR
هلاکت 800 عضو داعش در عراق

بیش از 800 نفر از اعضای گروه تروریستی داعش طی سه ماه گذشته در عملیات امنیتی نیروهای مسلح در سراسر عراق به هلاکت رسیدند. 

 هلاکت 800 عضو داعش در عراق
به گزارش خبرگزاری اهل‌بیت(ع) ـ ابنا ـ منابع امنيتي عراقی از هلاکت بيش از 800 نفر از اعضای گروه تروریستی داعش طی سه ماه گذشته در عملیات امنیتی نیروهای مسلح در سراسر عراق خبر دادند.
منابع رسانه ای عراقی به نقل از منابع امنیتی این کشور تأکید کردند، بیش از 300 نفر از کسانی که در عملیات نیروهای ارتش عراق از پای در آمده اند دارای تابعیت کشورهای دیگر عربی بوده اند.
این تروریستها در عملیات ارتش در انبار و کوههای حمرین ، نینوا ، صلاح الدین ، حزام بغداد و شمال بابل به هلاکت رسیده اند.
بر اساس این گزارش، گروه موسوم به "دولت اسلامی در عراق و شام" (داعش) در جریان عملیات ارتش عراق خسارتهای سنگینی دیده، درنتیجه برای اجرای حملات تروریستی خود با مشکلات بسیاری مواجه شده است.

HEZBOLLAH DAN TENTERA LUBNAN TANGKAP SATU KUMPULAN ALQAEDAH SETELAH SETAHUN DIPANTAU
حزب الله گروهی وابسته به القاعده را در بيروت متلاشی کرد

حزب‌الله این افراد را حدود یک سال زیر نظر داشت و با ارائه شواهد و مدارک به ارتش لبنان مقدمات دستگیری آنها را فراهم کرد. 

 حزب الله گروهی وابسته به القاعده را در بيروت متلاشی کرد
به گزارش خبرگزاری اهل‌بیت(ع) ـ ابنا ـ گروه مقاومت حزب الله و نیروهای امنیتی لبنان اعضای گروهی وابسته به القاعده را در جنوب بیروت دستگیر کردند.
شبه نظامیان وابسته به گروه موسوم به دولت اسلامی عراق و شام(داعش)، از تشکل‌های همسو با القاعده، در پوشش بنگاهی اقتصادی به منطقه ضاحیه در جنوب بیروت نفوذ کرده بودند.
 طبق گزارش ها، سازمان اطلاعات عربستان سعودی مجوز فعالیت اقتصادی در لبنان را خریداری کرده و در اختیار عناصر دولت اسلامی عراق و شام قرار داده است.
 اعضای این گروه در پوشش فعالیت اقتصادی در منطقه نزدیک به مقر حزب الله فعالیت می‌کردند.
حزب‌الله این افراد را حدود یک سال زیر نظر داشت و با ارائه شواهد و مدارک به ارتش لبنان مقدمات دستگیری آنها را فراهم کرد. اعضای این گروه در نهایت در عملیات ارتش لبنان بازداشت شدند.

Arab Saudi:
 Mufti Saudi Akui Para Pemuda yang Berjihad di Suriah Tertipu

"Harus dijelaskan kepada mereka. Kenapa mereka harus pergi dan hanya jasadnya yang kembali kepada kita? Pada dasarnya kenapa mereka pergi ke wilayah-wilayah itu? Mungkin saja orang-orang ini adalah para pendosa. Mereka bahkan tidak pernah dilatih prinsip-prinsip militer yang paling sederhana sekalipun. Masalah ini hanya merugikan saja. Oleh karena itu mereka tidak boleh pergi untuk berperang. Sebagian pemuda, kendati menikmati hidup makmur, tertipu untuk ikut berperang di Suriah, ini tidak benar." 

 Mufti Saudi Akui Para Pemuda yang Berjihad di Suriah Tertipu


 
Menurut
Kantor Berita ABNA, Di saat sebagian besar korban tewas warga asing dalam
perang Suriah berasal dari Arab Saudi, Mufti Agung negara itu mengatakan,
banyak pemuda kita yang tertipu dan terjerumus ke dalam jurang yang dinamakan
"jihad".
 
Stasiun
televisi Alalam (4/2) melaporkan, Abdul Aziz Al Syeikh, Mufti Saudi dalam
menjawab pertanyaan tentang diperbolehkannya mencegah perginya para pemuda ke
wilayah-wilayah dilanda perang dan krisis karena bahaya terjebaknya mereka
dalam fitnah, mengatakan, "Harus dijelaskan kepada mereka. Kenapa mereka
harus pergi dan hanya jasadnya yang kembali kepada kita? Pada dasarnya kenapa
mereka pergi ke wilayah-wilayah itu? Mungkin saja orang-orang ini adalah para
pendosa. Mereka bahkan tidak pernah dilatih prinsip-prinsip militer yang paling
sederhana sekalipun. Masalah ini hanya merugikan saja. Oleh karena itu mereka
tidak boleh pergi untuk berperang. Sebagian pemuda, kendati menikmati hidup
makmur, tertipu untuk ikut berperang di Suriah, ini tidak benar."
 
Ia
menambahkan, "Para pemuda itu tidak memiliki pengalaman dan miskin
informasi. Orang-orang itu mengatakan kepada mereka untuk berjihad di jalan
Tuhan tanpa menjelaskan kondisi yang sebenarnya."
 
Menurut
Al Syeikh, salah satu bentuk jihad adalah memberikan bantuan finansial kepada
para mujahid, juga jihad lisan, yaitu melawan kebatilan dengan lisan. Selain
itu ada jihad amal di masa darurat yang memerlukan perhatian terhadap kondisi
dan metode yang benar serta pemahaman nyata atas situasi yang ada. Pasalnya
jihad semacam ini adalah perbuatan baik dan kekayaan Islam. Akan tetapi apa
kondisi awal untuk terciptanya jihad itu? Kenapa seseorang yang pergi berjihad
pertama harus tahu untuk tujuan apa dan dengan siapa serta di bawah bendera
kelompok mana ia berjihad.  
 
Sepertinya
bagi Mufti Saudi hanya pemuda Saudi saja yang penting, karena peringatan yang
diberikannya hanya kepada mereka saja. Sementara itu sejumlah banyak pemuda
dari negara-negara Muslim lain tertipu untuk berangkat ke Suriah mengikuti
fatwa-fatwa para mubaligh ekstrem.
 
Doktor Ahmad Moballeghi:
 Alasan Menjadi Pengikut Ajaran Takfiri

Anasir-anasir Takfiri – berbeda dengan spirit Islam yang mengutamakan keramahan dan siap untuk mengabdi kepada masyarakat – selalu berpikir untuk membunuh manusia-manusia tak berdosa. 

 Alasan Menjadi Pengikut Ajaran Takfiri


 
Menurut
Kantor Berita ABNA, Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi umat Islam saat
ini adalah gerakan Takfiri. Wahabi Takfiri yang dibangun atas dasar
akidah-akidah sesat Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab, menuding kaum
Muslim di luar mereka sebagai musyrik dan mengeluarkan fatwa pembunuhan.
Teroris Takfiri – yang didukung oleh beberapa negara Arab di Timur Tengah dan
kekuatan-kekuatan dunia – berupaya untuk menciptakan perpecahan di dunia Islam
dan konflik di kawasan serta melakukan pembantaian kaum Muslim dan penyimpangan
akidah.
 
TERRORIST SAUDARA SYEIKH AHMAD ASEER TUMPAS DI SYRIA
برادر شیخ احمد الاسیر در سوریه به هلاکت رسید

برادر «شیخ احمد الاسیر» در عملیات ارتش سوریه علیه مقرهای عناصر مسلح در روستای «الزاره» در ریف حمص به هلاکت رسید. 

 برادر شیخ احمد الاسیر در سوریه به هلاکت رسید
به گزارش خبرگزاری اهل‌بیت(ع) ـ ابنا ـ «ماجد الاسیر»، برادر «شیخ احمد الاسیر» در عملیات ارتش سوریه علیه مقرهای عناصر مسلح در روستای «الزاره» در ریف حمص به هلاکت رسید.
در این عملیات که منجر به کشته شدن حدود 60 تروریست شد ده‌ها تروریست نیز زخمی شدند.
«ماجد ابو القاسم» یکی دیگر از تروریست سعودی نیز در عملیات ارتش سوریه کشته شد.





ABI Indonesia:
 Syiah Bukan Ancaman NKRI

Maka, agar tidak terjatuh pada lubang yang sama dua kali, kita wajib belajar dari sejarah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Hal ini sangat perlu dilakukan setidaknya untuk mendeteksi, siapa sih sesungguhnya yang sesuai faktanya benar-benar mengancam NKRI? 

 Syiah Bukan Ancaman NKRI
“Hanya keledai yang akan jatuh ke lubang yang sama dua kali.”

Ungkapan ini tak hanya sangat masyhur dan begitu akrab di telinga kita semua, namun lebih dari itu mampu memberi kita pelajaran dan penyadaran berharga tentang betapa naifnya kita manusia–yang bukan keledai–bila harus berulangkali jatuh di “lubang yang sama” itu. Karena itulah kepada kita dipesankan beragam tips jitu agar tak terjatuh pada lubang yang sama meski hanya dua kali, salah satunya dengan cara berupaya seserius mungkin mempelajari sejarah.

Begitu pun halnya perjalanan panjang bangsa kita yang besar ini sejak sebelum dan sesudah merdeka. Entah sudah berapa banyak kisah tertoreh dalam lembaran hari demi hari Republik Indonesia kita, tak terkecuali sejarah kelam kejamnya penjajahan dan bagaimana pahit getirnya upaya mempertahankan keutuhan NKRI karena berulangkali telah dikoyak sejumlah aksi pemberontakan.

Dalam masa-masa kelam itu, tercatat ada beberapa upaya pemberontakan rakyat atas pemerintah dan negara. Sebut saja Pemberontakan DI/TII, yang sering sekali disebut para guru sejarah kita semenjak kita masih duduk di bangku SD. Berikutnya ada Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), lalu Pemberontakan G30s/PKI, Republik Maluku Selatan (RMS), Pemberontakan Permesta dan masih banyak lagi yang lainnya.

Maka, agar tidak terjatuh pada lubang yang sama dua kali, kita wajib belajar dari sejarah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Hal ini sangat perlu dilakukan setidaknya untuk mendeteksi, siapa sih sesungguhnya yang sesuai faktanya benar-benar mengancam NKRI?

Akhir-akhir ini, baik di dunai maya (situs internet) berupa artikel dan berita propaganda, maupun di dunia nyata, saat ratusan bahkan ribuan seminar digelar serentak dan beruntun di seluruh kota besar di negeri kita. Agenda kegiatan berbungkus seminar namun sejatinya berisi hujatan, ujaran kebencian dan penghunjaman stigma ke benak publik agar di antara kita mulai saling curiga satu sama lain, lalu saling benci, saling tuding karena merasa paling benar sendiri, dan pada akhirnya ukhuwah tak lagi kokoh terjaga, toleransi dan saling menghargai tak lagi dianggap berharga. Propaganda dan ‘seminar’ yang digagas sekelompok orang maupun golongan tertentu dengan mengangkat tema seragam minimal senada: “Syiah, Ancaman Bagi NKRI” sebagai isu besar yang seakan-akan benar dan nyata adanya.

Padahal jika kita lihat dan cermati dari sejarah pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia, tidak ada dalam sejarah Republik ini sejak berdirinya hingga saat ini, tercatat ada pemberontakan yang dilakukan oleh kalangan/kelompok Syiah.

Dr. Rumadi, MA, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga Direktur Program The Wahid Institute menegaskan bahwa dilihat dari sejarah pemberontakan terhadap Republik Indonesia, memang belum pernah ada pemberontakan yang dilakukan oleh Syiah baik secara kelompok ataupun secara perorangan (yang mungkin bergabung dengan kelompok pemberontak tertentu) di Republik Indonesia ini.

“Isu seperti itu sebenarnya hanya sekedar bluffing saja ya, orang yang mengatakan Syiah sebagai ancaman bagi NKRI itu secara historis memang mustahil bisa membuktikan,” ujar Dr. Rumadi saat diminta tanggapan tim media Ahlulbait Indonesia via telepon perihal maraknya penyebaran isu Syiah mengancam NKRI.

Lebih jauh Dr. Rumadi menegaskan bahwa saat ini, ada beberapa organisasi yang secara terbuka melakukan ancaman terhadap NKRI, yang di antaranya ingin mendirikan Negara Islam atau Khilafah dan sebagainya, tapi entah kenapa justru tidak disebut sebagai ancaman terhadap NKRI. Inikah salah satu bukti bahwa bangsa kita mudah terpengaruh kamuflase dan propaganda?

Sementara itu, sejarahwan Anhar Gonggong, terkait sejarah pemberontakan yang mengancam NKRI, ternyata satu suara dengan Dr. Rumadi. Anhar menegaskan bahwa tidak ada dalam sejarah Indonesia, Syiah melakukan gerakan pemberontakan terhadap NKRI. Menurutnya, itu tidak pernah terjadi. Ahli sejarah terkemuka ini pun menjelaskan bahwa Kartosuwiryo, Kaharmuzakar maupun Ibnu Hajar yang pernah melakukan pemberontakan terhadap NKRI, mereka semua bukanlah orang Syiah.

Anhar Gonggong kemudian menjelaskan bahwa dalam sebuah pemberontakan terdapat dua hal yang harus dipenuhi. Pertama adalah ideologi yang dimiliki dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat dan yang kedua adalah memiliki kekuatan fisik. Jika dilihat dari kedua hal tersebut, menurut Anhar, kelompok Syiah itu sama sekali tak memiliki keduanya.

Tapi bagaimana tanggapan Anhar saat mendengar begitu marak dan masifnya penyebaran isu Syiah sebagai ancaman bagi NKRI? “Kartosuwiryo, Kaharmuzakar yang memiliki kekuatan besar saja gagal untuk memberontak, apalagi Syiah? Bunuh diri bila Syiah melakukan itu!” tegasnya dengan nada heran saat wawancara via telepon dengan tim media Ahlulbait Indonesia.

“Orang yang mengatakan bahwa Syiah mengancam NKRI itu, bahasa kasarnya adalah ngawur,” tegas Anhar.

Sementara itu, ketua umum DPP Ormas Islam Ahlubait Indonesia Hasan Daliel saat diwawancarai di kantornya terkait berkembangnya isu Syiah sebagai ancaman bagi NKRI justru menegaskan, “Bagi Syiah Indonesia, NKRI adalah harga mati!”

Hasan kemudian menjelaskan bahwa Imamah yang mungkin dikhawatirkan oleh sebagian orang sebagai anti Pancasila adalah tidak benar. Imamah dipahami Syiah tidaklah sama dengan Imamah yang ada di tempat lain yang ingin mengganti NKRI dengan kekhalifahan, Khilafah, Imarah, Daulah, atau apapun saja sebutan lainnya. Imamah yang dipahami oleh Syiah indonesia adalah hubungan spiritual dengan seorang Marja’ atau Fukaha, seperti halnya hubungan spiritual kaum Katolik dengan pemimpin mereka di Vatikan.

“Kami dari Ormas Islam Ahlulbait Indonesia menyatakan dengan tegas bahwa yang paling berharga bagi kami di negeri ini adalah darah suci para pahlawan yang telah memerdekakan negeri ini,” ujar Hasan Daliel kembali menegaskan bahwa Syiah Indonesia akan selalu setia kepada Pancasila dan NKRI.

“Bahkan pemimpin spiritual kami selalu menasihati agar kami berbakti, di manapun kami dilahirkan. Menurut Beliau adalah wajib hukumnya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur di negara kami masing-masing,” tambahnya.

Sungguh ironi bila kita tidak mau belajar dari sejarah kelam pemberontakan di Republik Indonesia ini, yang tidak pernah mencatat Syiah sebagai sebuah ancaman dengan melakukan pemberontakan terhadap Republik Indonesia tercinta ini. Maka, jika kita tidak ingin kembali terjatuh masuk ke lubang yang sama dua kali, jelas sudah bahwa bukan Syiah yang layak diwaspadai sebagai ancaman bagi NKRI.

Tapi biarlah torehan-torehan sejarah yang kelak akan menjawab siapa yang sebenarnya menjadi ancaman bagi NKRI. Biarlah para penuduh itu merasa bebas berekspresi seraya berharap bangsa kita dengan begitu mudahnya mereka tipu dan bodohi. Padahal sebaliknya, tabiat mereka tak ubahnya ibarat dua pepatah: Pertama, “Buruk muka cermin dibelah.” Kedua, “Siapa menepuk air di dulang, pasti terpercik ke muka sendiri.” (Lutfi/Yudhi)

Indonesia:
 Maulid Persatuan Sunni-Syiah di Bandung Momentum Persatuan Umat

NKRI harus selalu dijaga dari provokasi yang mengatasnamakan Islam, ini point penting, tema dari acara Maulid Nabi Muhammad saw yang berjudul “Dukung Persatuan Umat Dengan Cinta Nabi Pembawa Rahmat, yang diadakan di Bandung, oleh beberapa Ormas Islam, Sunni maupun Syiah.
 

 Maulid Persatuan Sunni-Syiah di Bandung Momentum Persatuan Umat
Menurut Kantor Berita ABNA, NKRI harus selalu dijaga dari provokasi yang mengatasnamakan Islam, ini point penting, tema dari acara Maulid Nabi Muhammad saw yang berjudul “Dukung Persatuan Umat Dengan Cinta Nabi Pembawa Rahmat, yang diadakan di Bandung, oleh beberapa Ormas Islam, Sunni maupun Syiah.
Hal itu disampaikan KH Alawi Nurum Alam Al-Bantani dalam sambutannya menjelang pembacaan tawasul pada acara Maulid Nabi Muhammad saw kerjasama bareng  muslim Sunni dan Syiah di Masjid Raya Bandung Jawa Barat Minggu, 19 Januari 2014.
Da’i dan penulis buku yang berjudul “Salafi Wahabi (Persis) bertanya Kiyai NU Menjawab” ini dengan tawadhu mengatakan, “Saya tak pantas memimpin tawasul ini karena masih banyak yang lebih layak dari saya.”
Acara Maulid Muhammad saw ini digarap beberapa ormas umat islam dari Sunni dan Syiah. Nahdatul Ulama (NU), Jama’ah Muslimat NU kota Bandung, GP Ansor, Banser, Pagar Nusa, Jaringan Gusdurian kota Bandung, Forum Silaturahim warga Nahdlilyin (FOSWAN), Jama’ah Masjid Raya Bandung, Jama’ah Masjid Raya Al Munawarah, Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Ahlul Bait Indonesia (ABI), Pesantren Al Quran Babusalam, Yayasan Fathul Qalbi, Anggota PMII, Anggota HMI, Anggota Deklarasi Sancang, Anggota Jaka Tarub, Paguyuban Pendekar Banten kota Bandung.
Penceramah Lembaga Ta’mir Masjid Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (LTM PBNU), KH. Abdul Manan A. Ghani menyinggung kelompok Islam radikal yang mengkampanyekan gerakan anti Maulid sebagai biang hancurnya negara seperti  Suriah dan pembunuh ulama Syaikh Mohamed Said Ramadan Al-Bouti.
“Rupanya sudah tergambar bagaimana musuh dari dalam islam itu begitu getol melakukan penggerogotan agar islam ini tercerai berai, dan dengan acara ini penyelenggara dan tentunya masyarakat sangat mengingingkan persatuan umat islam untuk keutuhan NKRI.” Papar KH. Abdul Manan A. Ghani.
Tak jauh beda dengan sebelumnya, penceramah lain KH Zainul Akifin Abbas menyinggung bahwa paham-paham yang selalu atau hobi berkata Bid’ah adalah paham-paham yang harus diwaspadai, dan inilah yang bisa merusak kerukanan keluarga hingga kerukunan bangsa.
“Jika maulid itu bid’ah, sisi bid’ahnya mana?” Tanyanya.
lebih jauh KH Zainul Akifin Abbas menceritakan pengalaman dirinya yang sering menerima sms bertuliskan bahwa dirinya adalah ahli neraka, dan masih banyak tudingan kasar yang dialamatkan kepadanya.
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat atau Kang Jalal pencermah dari Syiah menyampaikan tentang pentingnya maulid.  Maulid itu adalah kerinduan kita pada Rasulullah, kerinduan yang sangat dalam maknanya.
Kang Jalal menyampaikan kisah seorang yang begitu rindu pada Nabi lalu mengadakan maulid, dia sering sakit-sakitan, karena dengan kerinduannya itu pun dia bermimpi berjumpa Nabi.  Rasululllah menggosokkan/menyapu air liurnya pada orang tersebut sebagaimana Rasulullah pernah mengoleskannya pada Sayidina Ali bin Abi Thalib KW saat akan perang, dan orang itu sembuh bahkan seperti tidak pernah mengalami sakit.
“Sungguh keajaiban. Maka Maulid itu adalah kerinduan sekaligus mengobati.” Papar Kang Jalal.
Setelah doa penutup dipimpin oleh Habib Hasan Dalil Alaydrus, Maulid Nabi ini dilanjutkan pembagian 114 tumpeng kepada ribuan jamaah yang hadir di masjid Raya Bandung.
Sebelum acara akan berlangsung sempat ada rumor yang tersebar bahwa acara ini akan dihentikan atau mendapatkan ancaman dari pihak yang tidak senang dengan maulid atau tukang bid’ah. Namun ternyata selama acara tak ada gangguan pun yang terjadi, berkat kesiagaan para pembela persatuan umat. Inti dari acara ini pun tercapai, bahwa maulid sebagai sarana persatuan, sarana kerinduan bersatunya umat Islam dibawah bendera Rasulullah.
 
Muballigh Wahabi:
 Membunuh Syiah adalah Kebanggaan Kami

“Membunuh Syiah adalah amalan syar’i yang wajib hukumnya, sebab ini adalah kebanggaan kami dan nenek moyang kami. Keharusan membunuh orang-orang Syiah dikenal pasca khalifah Yazid dan tingkatan paling rendah adalah dengan menghina dan melecehkan mereka.” 

 Membunuh Syiah adalah Kebanggaan Kami


 
Menurut Kantor Berita ABNA,
Abdullah al Muhisani, salah seorang muballigh Wahabi ekstrim Irak dalam salah
satu pengakuannya yang memicu kontroversi menyebutkan, “Salah satu amalan yang
membuat kami selalu merasa lebih baik adalah konsistensi kami dalam memusuhi
Syiah. Membunuh pengikut Syiah adalah amalan yang akan semakin memperkuat
keimanan dan menaikkan derajat kesalehan.”
 
Dalam lanjutan penyampaiannya, ia
berkata, “Membunuh Syiah adalah amalan syar’i yang wajib hukumnya, sebab ini
adalah kebanggaan kami dan nenek moyang kami. Keharusan membunuh orang-orang
Syiah dikenal pasca khalifah Yazid dan tingkatan paling rendah adalah dengan
menghina dan melecehkan mereka.”
 
“Seluruh kaum muslimin
berkewajiban melakukan hal ini. Setiap diri muslim adalah tentara pembela agama
Allah SWT. Perang saat ini yang berlangsung di Irak, sama hakikatnya dengan
perang Badar yan berlangsung antara orang-orang beriman dengan kaum munafikin.”
Lanjutnya lagi.

Dr. Alwi Shihab:
 Hindari Mengkafirkan Sesama Muslim

Seperti halnya Syiah dan Sunni, keduanya diakui sebagai mazhab dalam Islam. Dr. Alwi Shihab menceritakan bahwa ketika beliau bersama Profesor Quiraish Shihab menuntut ilmu di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, di sana mereka juga mempelajari mazhab Syiah sebagai salah satu mazhab Islam. Kalau bukan mazhab yang diakui dalam Islam, tidak mungkin mereka diberi pelajaran mengenai mazhab tersebut. Karenanya, adalah hal yang kurang bijak sekiranya ada sekelompok orang yang kemudian memperkeruh persatuan Islam dengan menyebarkan isu-isu tentang kesesatan Syiah. 

 Hindari Mengkafirkan Sesama Muslim


 







Mengenal Wahabi:
 Ulama Ahlu Sunnah dan Aliran Sesat Wahabi

Ketika Muhammad bin Abdul Wahab masih hidup, bukan saja Sheikh Sulaiman yang menentangnya dan banyak menulis kitab atau surat mempertanyakan kesesatan pendiri aliran Wahabi ini. Bahkan Abdullah bin Abdul Latif Syafii, salah satu ulama Ahlu Sunnah dan guru Muhammad bin Abdul Wahab menulis buku berjudul "Tajrid Saif al-Jihad Li Muddaa al-Ijtihad" yang isinya mengkritik ajaran kaum Wahabi. Sheikh Abdullah bin Ibrahim, ulama Taif dalam bukunya "Tahridh al-Aghbiya Aala al-Istighatsa bil al-Ambiya wa al-Auliya" menyebut bertawasul kepada pemuka agama bukan bid'ah. Dalam bukunya tersebut, Sheikh Abdullah menjawah syubhah yang dilontarkan kaum Wahabi.

 

 Ulama Ahlu Sunnah dan Aliran Sesat Wahabi
Para ulama dengan menunjukkan reaksinya terhadap ideologi menyimpang Muhammad bin Abdul Wahab telah berhasil mencerahkan pikiran rakyat terhadap ideologi sesat Wahabi. Para ulama dengan usahanya ini juga berhasil menyelamatkan banyak umat Muslim dari bahaya terjatuh dalam kebodohan  Wahabi.
Mayoritas pengikut Wahabi menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok Ahlu Sunnah (Sunni) dan memiliki akidah yang sama, namun kelompok Wahabi yang menyimpang ini dalam realitanya memiliki keyakinan yang berbeda dengan Sunni. Ulama Ahlu Sunnah di awal kemunculan kelompok  Wahabi gencar menulis kitab yang mempertanyakan keyakinan ajaran Muhammad bin Abdul Wahab.
Orang pertama yang mengkritik dan menyerang bid'ah yang ditebar Muhammad bin Abdul Wahab adalah Sheikh Sulaiman, yang tak lain saudara dari pendiri aliran Wahabi. Sheikh Sulaiman dalam kitabnya yang berjudul, al-Sawaiq al-Ilahiah fi Mazhab al-Wahabiyah dan Faslul Khitab fi al-Rad Aala Muhammad bin Abdul Wahab mengkritik keras bida'ah dan kesesatan saudaranya. Ia pun menentang habis-habisan ideologi Muhammad bin Abdul Wahab.
Ada dialog yang terkenal antara dua saudara ini dan layak untuk didengar. Sulaiman bertanya kepada Muhammad bin Abdul Wahab, "Wahai Muhammad! Rukun Islam ada berapa?" Saudaranya menjawab, ada lima. Sulaiman berkata, "Namun kamu meyakini rukun Islam ada enam. Rukun keenam adalah kamu menyakini mereka yang tidak mengkuti dirimu adalah kafir! Keyakinan ini dalam ideologimu termasuk rukun Islam keenam."
Mengingat dialog antara dua saudara ini, kita memahami sikap radikal paling mencolok Muhammad bin Abdul Wahab adalah keyakinannya "Yang tidak mengikuti dirinya adalah kafir". Umat Muslim paling banyak dirugikan oleh ideologi sesar Muhammad bin Abdul Wahab ini dan Wahabi ekstrim serta menyimpang sampai saat ini gencar membantai warga Sunni dan Syiah. Padahal dalam ajaran Islam, hubungan antara Tuhan dan makhluk berdasarkan pada rahmat dan kecintaan. Adapun hubungan sesama anggota masyarakat dilandasi oleh rasa persaudaraan.
Ketika Muhammad bin Abdul Wahab masih hidup, bukan saja Sheikh Sulaiman yang menentangnya dan banyak menulis kitab atau surat mempertanyakan kesesatan pendiri aliran Wahabi ini. Bahkan Abdullah bin Abdul Latif Syafii, salah satu ulama Ahlu Sunnah dan guru Muhammad bin Abdul Wahab menulis buku berjudul "Tajrid Saif al-Jihad Li Muddaa al-Ijtihad" yang isinya mengkritik ajaran kaum Wahabi. Sheikh Abdullah bin Ibrahim, ulama Taif dalam bukunya "Tahridh al-Aghbiya Aala al-Istighatsa  bil al-Ambiya wa al-Auliya" menyebut bertawasul kepada pemuka agama bukan bid'ah. Dalam bukunya tersebut, Sheikh Abdullah menjawah syubhah yang dilontarkan kaum Wahabi.
Al-Aqwal al-Mardiyah fi al-Rad Aala al-Wahabiyah yang ditulis oleh Sheikh Atha Dimsyiqi. Sayid Alawi bin Ahmad Haddad mengatakan, "Banyak jawaban dan kritikan yang dilontarkan oleh ulama besar mazhab Ahlu Sunnah mulai dari Mekah, Madinah dan kota-kota lain seperti Ihsa, Basra, Aleppo dan kota lain kepada Muhammad bin Abdul Wahab ."
Selama Muhammad bin Abdul Wahab hidup hingga kematiannya banyak ulama yang menentang ideologi menyimpang pendiri Wahabi ini. Di antara ulama tersebut, Afifuddin Abdullah bin Dawud Hanbali, Ahmad bin Ali Basri Syafii, Sheikh Atha Makki, Sheikh Tahir  Hanafi, Sheikh Mustafa Hamami Misri salah satu ulama al-Azhar yang menulis buku "Ghauts al-Ibad bihi Bayan al-Rashad".
Salah satu ulama dan mufti besar kota Mekah di akhir pemerintahan Utsmani, Sheikh Ahmad Zaini Dahlan terkait akidah sesat Muhammad bin Abdul Wahab menulis, "Ia menyangka ziarah ke kuburan Nabi Saw, dan bertawassul kepada beliau serta para nabi dan ulama serta ziarah kubur mereka untuk mendapat berkah adalah syirik. Ia pun menilai siapa saja yang menisbatkan sesuatu kepada selain Tuhan meski melalui jalur rasio yang diperbolehkan adalah syirik. Misalnya mengatakan, si fulan sembuh berkat obat saya... Muhammad bin Abdul Wahab dalam kata-katanya banyak melakukan falasi untuk menipu kaum awam serta menariknya menjadi pengikut aliran Wahabi. 
Meski adanya penentangan luas ulama dan pencerahan yang gencar mereka lakukan, namun sangat disayangkan benih-benih ideologi rapuh ini tumbuh subur berkat dukungan dana dan militer pemerintah al-Saud serta Inggris dan akhirnya tumbuh menjadi sebuah pohon. Pohon ini hanya membuahkan kekerasan, friksi dan bentrokan antara kaum Muslim.

Wahabi sejak awal terbentuknya telah melakukan pembantaian besar-besaran untuk menguasai Mekah dan Madinah, dua kota yang menjadi pusat Islam. Pengikut aliran Wahabi mengaku dirinya sebagai muslim paling benar. Tak hanya itu, mereka menisbatkan perilaku menyimpang dan kekerasan kepada Nabi Muhammad Saw serta ajaran al-Quran.
Pada awalnya ulama Sunni dengan baik menentang Wahabi, namun selanjutnya secara bertahap mereka lebih memilih bungkam dan membiarkan aliran menyimpang ini berkembang. Salah satu dalih kebungkaman mereka adalah ketakutan mereka terhadap aliran Wahabi dan sayang terhadap jiwa mereka. Dengan bungkamnya ulama dan maraknya propaganda Wahabi serta ancaman yang ditebar pengikut Muhammad bin Abdul Wahab ini, sejumlah pengikut Sunni berbalik menjadi pengikut Wahabi.
Fenomena maraknya pengikut Sunni yang menjadi pengikut Wahabi disebabkan ulama mereka tidak serius seperti pendahulunya dalam memberi pencerahan kepada umatnya terhadap bahaya ideologi Muhammad bin Abdul Wahab. Aliran Wahabi yang mendapat angin dan berkembang pesat di sejumlah negara Islam khususnya Arab Saudi mulai menerapkan kekerasan dan penentangannya terhadap rasio.  Dan para pengikutnya pun dipaksa untuk memusuhi akal sehingga terlelap dalam kejumudan.
Pembantaian muslim Suriah yang juga mencakup anak-anak tak berdosa merupakan contoh nyata dari ideologi sesat dan kejumudan akal Wahabi. Perusakan makam para pemuka agama, menistakan para wanita Suriah, memotong anggota badan penentangnya serta perilaku sadis lainnya menunjukkan fanatisme dan kekerasan yang ditebar pengikut Wahabi.
Kini semua telah menyadari bahwa klaim jihad, tuntutan kebebasan dan bantuan kepada rakyat Suriah semuanya sekedar alasan untuk merusak kehidupan rakyat negara ini. Wahabi ekstrim di Suriah bukannya tidak membantu rakyat negara ini, bahkan mereka malah merusak dan membuat kehidupan rakyat semakin buruk serta aktif membantai warga atau memaksanya mengungsi. Harta warga pun dijarah dan tidak memberi ampun kepada siapa pun termasuk anak-anak dan wanita. Sangat disayangkan ulama Ahlu Sunnah sampai saat ini belum menunjukkan sikap yang tegas terhadap kejahatan anti Islam yang menggunakan nama jihad.

Toleransi dan keras adalah dua sifat Nabi Saw dan ajaran al-Quran. Kedua sifat mulia ini pun menghiasidalam kehidupan politik dan sosial beliau sepanjang hidupnya baik dalam perilaku maupun amal. Keras dan teguh merupakan keharusan untuk menjalankan keadilan dan menjamin keamanan. Toleransi yang tak pada tempatnya malah akan menghilangkan hak manusia. Pengampunan dan kelembutan yang timbul dari kelemahan saat menghadapi kezaliman adalah kehinaan serta bentuk dari sikap menyerah terhadap kezaliman. Hal ini malah membuat pelaku kezaliman semakin leluasa menjalankan aksinya. 
Oleh karena itu, menolak toleransi seperti ini. Rasulullah Saw meski disebut sebagai Nabi pembawa rahmat bagi seluruh umat manusia, namun beliau tidak pernah mendiamkan ketidakadilan, kezaliman dan bid'ah. Beliau pun gencar memeranginya. Dalam ajaran Islam berdamai dengan orang zalim dan penumpah darah tidak pernah dibenarkan.
Mengingat ayat 73 surat al-Isra di mana Allah Swt memperingatkan Nabi-Nya soal berlemah lembut dengan orang kafir, kita memahami bahwa dalam pandangan al-Quran muslim dan mukmin tidak diperkenankan menunjukkan kelemahan dalam soal agama. Mereka dianjurkan untuk memerangi ahli bid'ah dan orang kafir dengan sungguh-sungguh. Dewasa ini umat Islam juga seharusnya tidak menunjukkan rasa toleransi terhadap propaganda anti agama musuh dan Wahabi yang menebarkan bid'ah.
 

No comments:

Post a Comment